Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“KROMATOGRAFI”

Disusun Oleh

Nama : Dyah Anggita Rachmawati

NIM : 205040200111129

Kelas : H

Asisten : Alzena Aufannisa Syahda

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi merupakan suatu upaya yang biasanya digunakan unruk memisahkan
suatu bahan primer larutan dengan menggunakan fasa diam sebagai tempat untuk
meletakkan larutan yang akan di pisahkan dan fasa gerak sebagai larutan yang
digunakan untuk memisahkan larutan yang diteliti dengan fasa diam.
Dalam dunia pendidikan utamanya pertanian, kromatografi ini digunakan untuk
memisahkan kandungan pigmen atau zat warna yang dikandung oleh suatu
tanaman. Sehingga dengan menggunakan kromatografi ini, dapat diketahui pigmen
warna apa saja yang dikandung oleh suatu tanaman.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis tingkatan pigmen dari tanaman seperti bayam
dengan menggunakan metode atau teknik kromatografi.
1.3 Manfaat
Mahasiswa mengetahui tingkatan pigmen dari suatu tanaman dengan
memanfaatkan metode atau teknik dari kromatografi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kromatografi


1. Kromatografi merupakan suatu cara untuk memisahkan antar campuran dari
partikel fasa diam dan fasa geraknya. (Rizalina et al., 2018)
2. Metode pemisahan partikel atas dasar berbedanya Gerakan antar fase yaitu fase
diam dan fase gerak dalam memisahkan partikel pada larutan disebut kromatografi.
(Hernawati et al., 2018)
3. Chromatography is an analytical technique used to analyze the aggregate content
and protein portion. (Vajda, Weber, Brekel, et al., 2016)
Kromatografi adalah suatu teknik analitik yang digunakan untuk menganalisis
kandungan agregat dan bagian dari protein.
4. Chromatography is a method that uses a size exclusion strategy to purify the
primary parts of an object. (Vajda, Weber, Stefaniak, et al., 2016)
Kromatografi merupakan suatu metode yang menggunakan strategi pengecualian
ukuran untuk memurnikan bagian primer dari suatu benda.
2.2 Macam-macam Kromatografi
1. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi ini memiliki permukaan yang datar dan umumnya berbentuk
persegi dan merupakan alat kromatografi sederhana. Kromatografi lapis tipis ini
umumnya menggunakan alat yang memudahkan penggunaan fase diam.
2. Kromatografi kolom
Kromatografi ini memiliki kolom yang spesifik untuk memisahkan partikel-
partikel pigmen. Kromatografi kolom terdiri dari dua jenis yaitu kolom analitik
dengan diameter 2 mm hingga 6 mm, sedangkan pada kolom preparative
berdiameter 6 mm.
3. Kromatografi cair kinerja tinggi
Kromatografi jenis ini memiliki pendeteksi yang lebih sensitif dalam
menunjukkan pigmen warna dan merupakan kromatografi yang efisien dan
cepat.
4. Kromatografi gas
Kromatografi ini menggunakan partikel gas yang harus bersifat inert sebagai
fase geraknya, misalnya gas yang umum digunakan yaitu nitrogen, argon,
hidrogen, dan helium.
5. Kromatografi kertas
Kromatografi ini menggunakan media kertas untuk menjadi fase diamnya.
Kertas sebagai tempat untuk larutan warna yang akan diuji pigmentasinya.
(Putri, 2017)
2.3 Prinsip Kerja Kromatografi Kertas
Pelarut atau fasa gerak akan bergerak secara perlahan pada kertas, lalu partikel-
partikel larutan uji akan ikut bergerak Bersama dengan fasa gerak dengan kecepatan
yang berbeda-beda. Larutan akan dipisahkan atas dasar berbedanya pigmen warna
larutan. (Yani, 2014)
2.4 Pigmen Warna Pada Tumbuhan
Tumbuhan memiliki beberapa jenis pigmen yang mengandung zat pewarna untuk
setiap bagian tubuh dari tanaman tersebut. Beberapa jenis pigmen tersebut yaitu:
1. Karotenoid merupakan pigmen yang mengandung zat warna oranye.
2. Antosianin merupakan pigmen yang mengandung warna merah atau ungu.
3. Klorofil merupakan pigmen yang mengandung warna hijau. Klorofil ini dibagi
lagi menjadi dua macam yaitu klorofil a yang mengandung zat warna hijau
kebiruan atau hijau tuda dan klorofil b yang mengandung zat warna hijau
kekuningan atau hijau muda.
4. Xanthofil merupakan pigmen yang mengandung warna kekuningan.
(Hernawati et al., 2018)
2.5 Definisi Rf
Nilai Rf merupakan jarak yang ditimbulkan oleh fasa gerak dari titik awal mula
tinta larutan hingga didapatkan akhir pigmen warna. (Zaki, 2013)
Pada ukuran pigmentasi tanaman memiliki kisaran angka yaitu:
1. Karoten memiliki kisaran nilai Rf 0,88—0,93
2. Klorofil A memiliki kisaran nilai Rf 0,40—0,65
3. Klorofil B memiliki kisaran nilai Rf 0,30—0,58
4. Xanthofil memiliki kisaran nilai Rf 0,10—0,30
5. Antosianin memiliki kisaran nilai Rf 0,36-0,38
(Arifah et al., 2019)

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat
Nama Foto Fungsi
Bejana Tempat proses
kromatografi kertas

Mortar dan Pistil Menghaluskan daun


bayam

Pipet Tetes Untuk mengambil


larutan dalam jumlah
tertentu
Beakerglass Sebagai tempat larutan

Gelas Ukur Mengukur jumlah


larutan yang
dibutuhkan

Timbangan Analitik Menimbang bayam


Kertas Saringan Sebagai Fasa diam

Pial Film Tempat


menghomogenkan
larutan bayam dengan
aseton

Penggaris dan Pensil Mengukur nilai Rf

Bahan
Nama Foto Fungsi
Aseton Meluruhkan
pigmen
Larutan Buffer Sebagai fasa
gerak
Bayam Merah Spesimen

Bayam Hijau Spesimen


3.2 Cara Kerja

3.3 Analisa Perlakuan


Hal pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan yang terdiri dari
mortar dan pistil, timbangan analitik, pipet tetes, beakerglass, gelas ukur,kertas
saringan Whatsman, pial film, bejana, penggaris, serta pensil. Selain alat yang telah
tersedia, praktikan juga harus menyiapkan beberapa bahan yaitu daun bayam merah
dan hijau, aseton, dan larutan buffer. Setelah menyiapkan bahan dan alat, praktikan
dapat menimbang daun bayam merah dan daun bayam hijau masing-masing
sebanyak 3 gram. Masing-masing daun bayam yang telah ditimbang dihaluskan
dengan menggunakan mortar. Kemudian setelah daun bayam halus, praktikan dapat
memasukkan masing-masing daun bayam ke dalam pial film, dan menambakan
10ml aseton kemudian dikocok hingga homogen. Setelah selesai dikocok larutan
bayam dan aseton harus didiamkan selama 5 menit supaya pigmen warna dapat
keluar. Sembari menunggu larutan daun bayam, praktikan dapat membuat penanda
pada kertas saringan yaitu titik-titik asal dengan jarak dari tepi sekitar 2cm dan tiap
titik diberi jarak kurang lebih 5cm dan membuat 4 titik asal. Kemudian membuat
batas garis akhir dengan jarak 10cm dari garis titik asal. Setelah genap 5 menit,
larutan daun bayam diteteskan diatas titik-titik asal dan ditunggu hingga kering.
Setelah kering, kertas saringan dimasukkan ke dalam bejana yang telah berisi
larutan buffer sebanyak 300ml dan didiamkan hingga 15 menit untuk memastikan.
Apabila sudah 15 menit, data yang didapatkan diamati kemudian dicatat dan
dihitung Rf-nya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

Daun Klorofil A Klorofil B Jarak yang


digerakkan
pelarut dari
titik asal

U1 U2 U1 U2

Bayam 3,4 cm 3,2 cm 2,0 cm 2,9 cm 10 cm


Hijau

Bayam 1,8 cm 3,6 cm 2,6 cm 2,4 cm 10 cm


Merah

4.2 Hasil Perhitungan


a. Bayam Hijau
a) Nilai Rf Klorofil A
3,4
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐴 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 = = 0,34
10
3,2
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐴 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 = = 0,32
10
3,4𝑐𝑚 + 3,2𝑐𝑚
( )
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐴 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 0,33
10
b) Nilai Rf Klorofil B
2,0
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐵 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 = = 0,2
10
2,9
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐵 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 = = 0,29
10
2,0𝑐𝑚 + 2,9𝑐𝑚
( )
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐵 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 0,245
10
b. Bayam Merah
a) Nilai Rf Klorofil A
1,8
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐴 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 = = 0,18
10
3,6
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐴 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 = = 0,36
10
1,8𝑐𝑚 + 3,6𝑐𝑚
( )
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐴 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 0,27
10
b) Nilai Rf Klorofil B
2,6
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐵 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 = = 0,26
10
2,4
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐵 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 = = 0,24
10
2,6𝑐𝑚 + 2,4𝑐𝑚
( )
𝑅𝑓 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝐵 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 = 0,25
10
4.3 Pembahasan Umum
a. Perbandingan nilai Rf bayam merah dan bayam hijau
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, nilai klorofil A pada bayam
hijau terlalu lebih banyak jika dibandingkan dengan nilai klorofil A pada bayam
merah. Selisih yang didapatkan yaitu sekitar 0,06 lebih unggul klorofil A yang
dikandung oleh bayam hijau.
Sedangkan pengamatan kandungan klorofil B pada kedua bayam, ternyata daun
bayam hijau masih tetap unggul dalam kandungan klorofil B. selisih antara kedua
nilai Rf-nya yaitu 0,02 lebih banyak pada daun bayam hijau.
b. Hubungan antara nilai Rf dengan identifikasi pigmen
Pada bayam hijau, rata-rata nilai krolofil a sama dengan 0,33 sedangkan rata-rata
nilai Rf klorofil b sama dengan 0,245. Berdasarkan kisaran nilai Rf pigmen yang
dikemukakan oleh (Arifah et al., 2019) kedua klorofil ini tidak memasuki rentan
nilai Rf atau berada di bawah batas kisaran nilai Rf dimana kisaran klorofil a yaitu
0,40—0,65 dan klorofil b dengan kisaran nilai Rf 0,30—0,58. Kemudian pada
pigmen klorofil a dan b bayam merah memiliki nilai dibawah kisaran nilai Rf
yang telah dikemukakan tadi. Sehingga nilai Rf kedua bayam dapat dikatakan
menyimpang atau perlu diragukan apakah benar pigmen warna tersebut adalah
klorofil a maupun b.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dengan menggunakan metode kromatografi, mahasiswa mampu menganalisis
pigmen warna yang terdapat pada bayam hijau dan bayam merah. Metode
kromatografi yang digunakan ada kromatografi kertas, karena kromatografi jenis
ini tergolong kromatografi sederhana yang mudah penggunaannya. dengan
dilakukannya proses kromatografi sebanyak dua kali ulangan, didapatkan hasil
pigmentasi warna klorofil a dan klorofil b masing-masing untuk bayam hijau
maupun merah, dimana kandungan klorofil a dan klorofil b pada bayam hijau
ternyata lebih banyak jika dibandingkan dengan kandungan klorofil a dan klorofil
b pada bayam merah. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan
nilai Rf, yang komponen-komponen perhitungannya didapatkan dari jarak yang
digerakkan oleh senyawa dari titik asal dan jarak yang digerakkan oleh pelarut dari
titik asal. Setelah mengetahui perhitungan nilai Rf-nya, ternyata klorofil a dan b
yang dimiliki oleh bayam hijau maupun bayam merah tidak memenuhi kisaran nilai
Rf untuk pigmen warna klorofil a dan klorofil b tepatnya berada dibawah batas
kisaran nilai Rf dari literatur.
5.2 Saran
Proses praktikum online sudah berjalan dengan sangat baik, sehingga belum ada
saran untuk memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, R. U., Sedjati, S., Supriyantini, E., & Ridlo, A. (2019). Kandungan
Klorofil dan Fukosantin serta Pertumbuhan Skeletonema costatum pada
Pemberian Spektrum Cahaya Yang Berbeda. Buletin Oseanografi Marina,
8(1), 25. https://doi.org/10.14710/buloma.v8i1.19986

Hernawati, D., Badriah, L., Fitriani, R. (2018). VARIASI PIGMEN TUMBUHAN


YANG TERDAPAT PADA WARNA DAUN YANG BERBEDA DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK PAPER CHROMATOGRAPHY . Penelitian
Internal, 1–5.

Putri, R. A. O. (2017). Isolasi Metabolit Sekunder dari Fraksi Aktif Antioksidan


Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Makinoa crispata (Steph.) Miyak. 1–97.

Rizalina, H., Cahyono, E., Mursiti, S., & Nurcahyo, B. (2018). Optimasi
Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas Chromatography.
Indonesian Journal of Chemical Science, 7(3), 254–261.

Vajda, J., Weber, D., Brekel, D., Hundt, B., & Müller, E. (2016). Size distribution
analysis of influenza virus particles using size exclusion chromatography.
Journal of Chromatography A, 1465, 117–125.
https://doi.org/10.1016/j.chroma.2016.08.056

Vajda, J., Weber, D., Stefaniak, S., Hundt, B., Rathfelder, T., & Müller, E. (2016).
Mono- and polyprotic buffer systems in anion exchange chromatography of
influenza virus particles. Journal of Chromatography A, 1448, 73–80.
https://doi.org/10.1016/j.chroma.2016.04.047

Yani, W. (2014). PENGARUH EKSTRAK DAUN Thespesia populnea (L.) Soland


Ex Correa TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT
TERINDUKSI ALOKSAN DAN PROFIL KLT FRAKSI AKTIF. 7–19.
http://repository.unib.ac.id/8624/

Zaki, M. M. (2013). Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak n-Heksana


Lumut Hati Mastigophora diclados ( Brid . Ex Web ) Nees.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai