Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN

“PIGMEN FOTOSINTESIS”

Disusun Oleh:
Nama : Septiana Wahyu Simbolon
NIM : 205040200111178
Kelas :H
Asisten : Hana Syifa Salsabila Hasibuan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang
keberadaannya sangat penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup
lainnya. Tumbuhan bersifat autotrof yaitu dapat menghasilkan makanannya
sendiri melalui proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses biokimia
yang dilakukan tumbuhan untuk memproduksi nutrisi dengan
memanfaatkan energi cahaya. Proses fotosintesis terjadi pada daun
tumbuhan dan hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Selain
itu, fotosintesis juga dipengaruhi oleh kemampuan daun menyerap
spektrum cahaya, perbedaan ini disebabkan oleh adanya pigmen pada
jaringan daun. Pada proses fotosintesis tumbuhan memerlukan cahaya
matahari untuk menangkap cahaya, tumbuhan menggunakan pigmen yang
disebut klorofil.
Klorofil merupakan pigmen penting dalam proses fotosintesis
karena klorofil merupakan pigmen yang memberi warna hijau pada
tumbuhan yang mampu menangkap sinar matahari dan mengubahnya
menjadi energi. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas.
Pada tumbuhan tingkat tinggi mengandung dua macam klorofil, yaitu
klorofil a dan klorofil b. Selain klorofil, di dalam tumbuhan juga terdapat
pigmen warna lain yaitu karotenoid dan antosianin. Pigmen dalam tanaman
memiliki jenis dan fungsi yang berbeda – beda dalam memberikan warna.
Kandungan pigmen klorofil, karotenoid, dan antosianin antar spesies
tanaman tidak dalam jumlah yang sama. Hal ini yang menyebabkan
perbedaan warna pada tanaman baik pada daun, buah, bunga maupun bagian
tanaman lainnya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pigmen fotosintesis ini, yakni:
1. Untuk mengetahui definisi dari klorofil
2. Untuk mengetahui peranan klorofil dalam fotosintesis
3. Untuk mengetahui macam – macam pigmen pada tanaman
4. Untuk mengetahui perbedaan dari klorofil a dan klorofil b
5. Untuk mengetahui faktor pembentuk klorofil

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan praktikum ini adalah
praktikan dapat memahami definisi dari klorofil, peran klorofil dalam
fotosintesis,mengetahui macam – macam pigmen tanaman, mengetahui
perbedaan dari klorofil a dan klorofil b, dan faktor pembentuk klorofil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Klorofil
Klorofil merupakan butir – butir hijau yang terdapat dalam kloroplas
(Atmanegara, 2014)
“Chlorophyll is the green pigment in plants, algae and bacteria”
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pda tumbuhan, alga dan
bakteri (Rohmat, 2014)
“Chlorophyll is the pigment that gives plants their green color, and
is an essential component of photosynthesis whereby plants derive their
energy for metabolism, growth, and reproductive processes.”
Klorofil adalah pigmen yang memberi warna hijau pada tanaman,
dan merupakan komponen penting dari fotosintesis dimana tanaman
memperoleh energi mereka untuk metabolisme, pertumbuhan, dan proses
reproduksi (Valerro, 2016).
“Chlorophyll is an important photosynthetic pigment to the plant,
largely determining photosynthetic capacity and hence plant growth.”
Klorofil adalah pigmen fotosintesis yang penting bagi tanaman,
sangat menentukan kapasitas fotosintesis dan karenanya pertumbuhan
tanaman (Li, 2018).
“Chlorophyll is the most widely distributed natural pigment and
occurs in the leaves and other parts of almost all plants.”
Klorofil merupakan pigmen alami yang paling banyak tersebar dan
terdapat pada daun dan bagian lain dari hampir semua tumbuhan
(Humphrey, 2006).

2.2 Peranan Klorofil dalam Fotosintesis


Tiga fungsi utama klorofil dalam proses fotosintesis adalah
memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan
karbohidrat dan menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan.
Karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis diubah menjadi protein,
lemak, asam nukleat dan molekul organik lainnya. Klorofil menyerap
cahaya yang berupa radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata
(visible).
Cahaya matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata
dari merah sampai violet, tetapi tidak semua panjang gelombang diserap
dengan baik oleh klorofil. Klorofil dapat menampung cahaya yang diserap
oleh pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai
pigmen pusat reaksi fotosintesis (Ai, 2011).
2.3 Macam – Macam Pigmen pada Tanaman
Beragamnya warna daun pada tumbuhan, memperlihatkan bahwa
pada daun terdapat pula berbagai macam pigmen seperti klorofil, karoten,
xantofil dan warna-warna lainnya. Pigemen – pigmen tersebut menduduki
tempat yang khusus pada organel suatu tumbuhan (Hernawati, 2012).
Dalam (Sutanto, 2012), adapun jenis – jenis senyawa zat wana alam
yang terkandung dalam tumbuhan adalah klorofil (hijau) pada daun; karoten
(kuning oranye) pada umbi dan daun; likopene (merah) pada bunga dan
buah; flavon (kuning) pada bunga, akar dan kayu; antosianin (kuning
kemerahan, merah lembayung) pada buah dan bunga; betalain (kuning
merah) menyerupai antosianin atau flavonoid pada beet merah; xanton
(kuning) pada buah manga.

2.4 Perbedaan Klorofil a dan Klorofil b


tanaman tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu klorofil
a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg)
yang berwarna hijau muda. Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap
cahaya di bagian merah (600-700 nm), dan paling sedikit menyerap cahaya
hijau (500-600 nm). Energi yang diserap oleh klorofil b dan karotenoid
diteruskan kepada klorofil a untuk digunakan dalam proses fotosintesis fase
I (reaksi terang) yang terdiri dari fotosistem I dan II, demikian pula dengan
klorofil-b. Klorofil a paling banyak terdapat pada Fotosistem II sedangkan
pada klorofil b paling banyak terdapat pada Fotosistem I (Ai, 2011).

2.5 Faktor Pembentuk Klorofil


Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil
antara lain gen, cahaya, dan unsur N, Mg, Fe sebagai pembentuk dan katalis
dalam sintesis klorofil. Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan
klorofil b. Klorofil a menyusun 75 % dari total klorofil (Andita, 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Bayam hijau Spesimen yang diamati
2. Bayam merah Spesimen yang diamati
3. Gunting Untuk memisahkan daun dari tulang daun
4. Pistil dan Mortar Untuk menghaluskan specimen
5. Timbangan analitik Untuk menimbang specimen
6. Gunting Untuk memotong kertas whatman
7. Cuvet Sebagai tempat meletakkan ekstrak daun
bayam yang dimasukkan spektofotometer
8. Spektofotometer Untuk menghitung nilai absorbansi
9. Aceton Untuk meluruhkan klorofil
10. Kertas Whatman Untuk menyaring ekstrak daun bayam

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Cara Kerja Identifikasi Pigmen

Menyiapkan alat dan bahan

Daun bayam ditimbang

Menghaluskan daun hingga halus

Daun dimasukkan ke dalam fia film dan menambahkan 10 ml aceton

Dihomogenkan selama 2 menit

Menyaring dengan kertas whatman

Pemisahan larutan dengan kromatografi

1 ml larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan aceton 9ml

Larutan hasil kromatografi dimasukkan ke dalam cuvet spektofotometer


dengan panjang gelombang 430nm, 460nm, dan 663nm.
3.2.2 Cara Kerja Pengamtan Kadar Pigmen

Menyiapkan alat dan bahan

Daun bayam ditimbang

Menghaluskan daun hingga halus

Daun dimasukkan ke dalam fia film dan menambahkan 10ml acetom

Dihomogenkan selama 2 menit

Menyaring dengan kertas whatman

1ml larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan


ditambahkan aceton 9 ml

Larutan dimasukkan ke dalam cuvet

Cuvet dimasukkan ke dalam spektofotometer dengan panjang


gelombang 646nm dan 664nm

Mencatat hasil dan menghitung nilai klorofil a dan klorofil b


3.3 Analisa Perlakuan
Sebelum melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan untuk
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya, memisahkan
daun bayam dari tulang menggunakan gunting dan menimbangnya.
Kemudian, menghaluskan daun hingga halus menggunakan mortar dan
pistil. Memasukkan daun ke dalam fia film dan menambahkan 10 ml aseton,
serta menghomogenkan selama 2 menit. Selanjutnya, menyaring dengan
menggunakan kertas Whatman. Untuk identifikasi pigmen, akan dilakukan
pemisahan larutan dengan kromatografi. Kemudian, masukkan 1 ml larutan
ke dalam tabung reaksi, serta ditambahkan aseton 9 ml. Larutan hasil
kromatografi dimasukkan ke dalam cuvet spektofotometer dengan panjang
gelombang 430 nm, 460 nm, dan 663 nm. Catat hasil dan identifikasi jenis
pigmen berdasarkan nilai absorbansi.
Untuk pengamatan kadar pigmen, setelah menyaring dengan
menggunakan kertas Whatman masukkan 1 ml larutan ke dalam tabung
reaksi, serta ditambahkan aseton 9 ml. Kemudian, larutan dimasukkan ke
dalam cuvet, Menyiapkan alat dan bahan Daun bayam ditimbang
Menghaluskan daun hingga halus Daun dimasukkan ke dalam fia film dan
menambahkan 10 ml aceton Dihomogenkan selama 2 menit Menyaring
dengan kertas Whatman 1 ml larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan aceton 9 ml Larutan dimasukkan ke dalam cuvet Cuvet
dimasukkan ke dalam spektofotometer dengan panjang gelombang 646 nm
dan 664 nnm Mencatat hasil dan menghitung nilai krofil a dan b setelah itu
memasukann cuvet ke dalam spektofometer dengan panjang gelombang 646
nm dan 663 nm. Langkah terakhir, mencatat hasil dan menghitung klorofil
α dan klorofil β. Setelah praktikum selesai, praktikan diharapkan untuk
membersihkan dan mengembalikan alat dan bahan praktikum yang telah
digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Identifikasi Pigmen
Larutan Panjang Gelombang Nilai
(nm) Absorbansi
Larutan A 430 3,345
460 0,370
646 0,458
663 2,549
Larutan B 430 1,235
460 3,443
646 1,105
663 0,106
Larutan C 430 2,973
460 2,375
646 0
663 0

Pada larutan A panjang gelombang 430 nm memiliki nilai


absorbansi 3,345; panjang gelombang 460 nm memiliki nilai 0,37;
panjang gelombang 646 nm memiliki nilai 0,458; dan panjang
gelombang 663 nm memiliki panjang 2,549. Pada larutan B panjang
gelombang 430 nm memiliki nilai absorbansi 1,235; panjang gelombang
460 nm memiliki nilai 3,443; panjang gelombang 646 nm memiliki nilai
1,105; dan panjang gelombang 663 nm memiliki panjang 0,106. Pada
larutan C panjang gelombang 430 nm memiliki nilai absorbansi 2,973;
panjang gelombang 460 nm memiliki nilai 2,375; panjang gelombang
646 nm memiliki nilai 0; dan panjang gelombang 663 nm memiliki
panjang 0.

4.1.2 Hasil Pengamatan Nilai Absorbansi


Tanaman Nilai Absorbansi
PG. 646 nm PG. 663 nm
Bayam Merah 1,009 2,547
Bayam Hijau 0,547 1,548

Pada bayam merah panjang gelombang 646 nm bernilai 1,009


sedangkan bayam hijau 0,547. Pada panjang gelombang 663 nm, bayam
merah memiliki nilai 2,547 sedangkan bayam merah 1,548.
4.1.3 Tabel Hasil Perhitungan Klorofil
Tanaman Nilai Klorofil Total
Klorofil a Klorofil b (Ca+Cb)
Bayam Merah 17,4557 18,28746 35,74316
Bayam Hijau 9,4631 11,11464 20,57774

Perhitungan Klorofil Bayam Merah :


- Ca = (17,3 x A646)
= (17,3 x 1,009)
= 17,4557 mg/g

- Cb = (7,18 x A663)
= (7,18 x 2,547)
= 18,28746 mg/g

- Ct = Ca + Cb
= 17,4557 + 18,28746
= 35,74316 mg/g

Perhitungan Klorofil Bayam Hijau


- Ca = (17,3 x A646)
= (17,3 x 0,547)
= 9,4631 mg/g

- Cb = (7,18 x A663)
= (7,18 x 1,548)
= 11,11464 mg/g

- Ct = Ca + Cb
= 9,4631 + 11,11464
= 20,57774 mg/g

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan antara Panjang Gelombang, Nilai Absorbansi, dan
Pigmen Fotosintesis
Spektrum warna merah dan biru berperan penting dalam proses
fotosintesis tumbuhan karena tumbuhan dapat memperoleh seluruh
kebutuhan energinya dari spektrum merah dan biru. Klorofil a yang
berwarna hijau-biru akan memantulkan warna hijau dan menyerap
warna merah, karena spektrum warna merah memiliki panjang
gelombang yang panjang dan spektrum warna biru memiliki energi yang
besar, sehingga kedua spektrum warna inilah yang mampu menembus
lapisan atmosfer bumi dan diserap secara maksimal oleh molekul
klorofil daun. Untuk puncak-puncak lain yang berada di antara panjang
gelombang 500- 600 nm sangat sedikit cahaya yang diserap karena
spektrum warna hijau akan dipantulkan oleh molekul klorofil (Ginting,
2018)

4.2.2 Perbedaan Kadar Klorofil pada Bayam Hijau dan Bayam


Merah
Berdasarkan hasil perhitungan data dari spesimen bayam merah dan
bayam hijau dapat diketahui adanya perbedaan hasil secara nyata. Hasil
perhitungan data nilai absorbansi pada spesimen daun bayam merah
memiliki kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil berturut-turut
sebesar 17,4557 mg/g; 18,28746 mg/g; dan 35,74316 mg/g. Sedangkan
data spesimen daun bayam hijau memiliki kandungan klorofil a, klorofil
b dan total klorofil berturut-turut sebesar 9,4631 mg/g; 11,11464 mg/g;
dan 20,57774 mg/g. Analisis dari data tersebut menunjukkan bahwa
kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total daun bayam hijau
lebih tinggi daripada kandungan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil
daun bayam merah. Dalam (Ginting, 2018), hal ini disebabkan karena
kandungan klorofil pada tanaman akan memberi pengaruh terhadap
jumlah foton yang diabsorbsikan oleh molekul klorofil sehingga nilai
absorbsi sampel dan laju fotosintesis terkena pengaruhnya. Spektrum
absorbsi klorofil a pada sampel daun bayam hijau pada panjang 663 nm
adalah 2,579 dan pada bayam merah adalah 1,548. Dengan demikian,
sampel daun bayam hijau memiliki kemampuan menyerap foton yang
lebih baik daripada bayam merah
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang
keberadaannya sangat penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup
lainnya. Tumbuhan bersifat autotrof yaitu dapat menghasilkan makanannya
sendiri melalui proses fotosintesis. Klorofil merupakan faktor utama yang
mempengaruhi fotosintesis. Klorofil merupakan pigmen utama yang
terdapat dalam kloroplas. Klorofil dibagi menjadi dua yaitu klorofil a dan
klorofil b yang memiliki peran berbeda tetapi saling berkaitan antara satu
sama lain.

5.2 Kritik dan Saran


Kegiatan praktikum sudah berjalan dengan baik dan pemberian
materi sudah jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ai, B. Y. (2011). KONSENTRASI KLOROFIL DAUN SEBAGAI INDIKATOR
KEKURANGAN AIR PADA TANAMAN. Jurnal Ilmiah Sains,
11(2):167-173.
Andita, M. (2014). CHLOROPHYLL CONTENT OF DOMINANT PLANT IN
POST-FIRE PEATLANDS AND ITS USE FOR THE DESIGN OF
STUDENT WORKSHEET ON BIOLOGY IN SENIOR HIGH SCHOOL.
Pekanbaru: Universitas Riau.
Anwar, S. (2013). KARAKTERISTIK FOTOSINTETIK DAN SERAPAN
FOSFOR HIJAUAN ALFALFA (Medicago sativa) PADA TINGGI
PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN NITROGEN YANG BERBEDA.
Jurnal Agriculture, 2(1):86-96.
Atmanegara, P. (2014). ANALISA PERBANDINGAN KANDUNGAN KLOROFIL
MENGGUNAKAN INDEKS VEGETASI DENGAN DATA HYMAP.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Ginting, K. (2018). Pengaruh Pencahayaan terhadap Kandungan Pigmen
Tetraselmis chuii sebagai Sumber Antioksidan Alami. Jurnal Oseanografi,
7(2):91-97.
Hernawati, D. (2012). VARIASI PIGMEN TUMBUHAN YANG TERDAPAT
PADA WARNA DAUN YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK PAPER CHROMATOGRAPHY. Tasikmalaya: Universitas
Siliwangi Tasikmalaya.
Humphrey. (2006). Chlorophyll as a Color and Functional Ingredient. Congress
of Food Science and Technology.
Li, Y. (2018). Factors Influencing Leaf Chlorophyll Content in Natural Forests at
the Biome Scale. China: Chaoyang Engineering Technical School,
Liaoning, China.
Rohmat, N. (2014). PENGARUH PERBEDAAN SUHU DAN LAMA
PENYIMPANAN RUMPUT LAUT Sargassum polycystum TERHADAP
STABILITAS EKSTRAK KASAR PIGMEN KLOROFIL. Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(1):118-126.
Sutanto. (2012). Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kecombrang Sebagai Pewarna
Alami Pada Makanan Cenil. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Valerro, D. (2016). Environmental Biotechnology. Journal Biosystem Approach,
2(4):151-207.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai