Anda di halaman 1dari 12

I. PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, secara umum tanaman mengalami dua fase yaitu fase vegetatif dan fase reproduktif. Walaupun berbeda tetapi kedua fase itu tetap jalan bersama, artinya tanaman yang sedang menjalani fase vegetatif sebenarnya juga melakukan kegiatan reproduktif meskipun sedikit, demikian sebaliknya. Suatu tanaman disebut sedang mengalami fase vegetatif atau reproduktif tergantung pada dominasi salah satu fase. Apabila fase vegetatif lebih dominan dari pada fase reproduktif berarti tanaman berada pada fase vegetatif. Sebaliknya bila fase reproduktif lebih dominan dibanding fase vegetatif, berarti tanaman sedang mengalami fase reproduktif. Salah satu pemicu terjadinya proses pembuahan adalah adanya akumulasi karbohidrat hasil fotosintesis yang disimpan sebagai buah (cadangan makanan tumbuhan). Artinya jika kadar karbohidrat (dengan karbon sebagai penyusun utamanya) memiliki nilai yang tinggi, proses pembentukan buah lebih mudah terjadi. Hal inilah yang mendasari munculnya teori rasio C/N. Proses pembungaan dan pembuahan pada tanaman berhubungan dengan rasio C (Karbon) dan N (Nitrogen) pada tajuk. Karbon sangat penting bagi tanaman karena merupakan bahan baku pembentuk energi dan buah, sedangkan nitrogen adalah pembentuk jaringan. Pola pertumbuhan tanaman, terutama tanaman buah-buahan sangat penting untuk dimengerti, karena dengan mengetahui pola pertumbuhan tanaman, maka pembudidaya tanaman akan mendapatkan suatu strategi yang tepat untuk melakukan pemeliharaan tanaman yang tepat dan efektif. B. Tujuan Makalah ini disusun untuk mengkaji pengaruh C/N rasio terhadap perimbangan pertumbuhan dan pengaturannya untuk mempercepat pembuahan pada tanaman buah. II. PEMBAHASAN

A. Fase Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terdiri dari dua fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Fase ini berhubungan dengan tiga proses penting yaitu pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari diferensiasi sel (Setyati, 1994). 1. Pembelahan sel Pembelahan sel terjadi pada pembuatan sel-sel baru. Sel-sel baru ini memerlukan karbohidrat dalam jumlah yang besar, karena dinding-dinding sel terbuat dari selulosa dan protoplasmanya kebanyakan terbuat dari karbohidrat/gula. 2. Perpanjangan sel Perpanjangan sel terjadi pada pembesaran sel-sel baru tersebut. Proses ini memerlukan air yang banyak, hormon-hormon yang memungkinkan dinding-dinding sel merentang dan adanya gula. Daerah pembesaran sel-sel berada di belakang titik tumbuh. Kalau sel-sel di daerah ini mulai membesar, vakuola-vakuola yang besar terbentuk. Vakuola ini secara relatif menghisap air dalam jumlah besar. Akibat dari absorpsi air ini dan adanya hormon perentang sel, sel-sel memanjang. Sebagai tambahan dari pertambahan besar sel. Dinding-dindingnya bertambah tebal, karena menumpuknya selulosa tambahan yang terbuat dari gula. 3. Diferensiasi sel Diferensiasi adalah suatu situasi dimana sel-sel meristematik berkembang menjadi dua atau lebih macam sel/jaringan/organ tanaman yang secara kualitatif berbeda satu dengan yang lainnya. Merupakan proses hidup yang menyangkut transformasi sel tertentu ke sel-sel yang lain menurut spesialisasinya (baik spesialisasi dalam hal proses biokimia, fisiologi, maupun struktural) Misalnya pada pembentukan jaringan xylem dan floem. Diferensiasi sel, atau pembentukan jaringan terjadi pada perkembangan jaringan-jaringan primer. Perkembangannya memerlukan karbohidrat, seperti penebalan dinding dari sel-sel pelindung pada epidermis

batang dan perkembangan pembuluh-pembuluh kayu baik di batang maupun di akar. Karena pembelahan, pembesaran dan pembentukan jaringan memerlukan persediaan karbohidrat dan karena karbohidrat dipergunakan dalam proses-proses ini, perkembangan batang, daun dan akar memerlukan pemakaian karbohidrat. Jadi, dalam fase vegetatif dari suatu perkembangan tanaman, karbohidrat dipergunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknya. Proses sebaliknya terjadi pada fase generatif, karbohidrat disimpan dan tanaman tersebut menyimpan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknya. Fase vegetatif dan generatif dari perkembangan tanaman dapat diumpamakan dengan timbangan. Tangan satu dari timbangan dapat diandaikan dengan fase vegetatif yaitu perkembangan batang, daun dan akar. Tangan satunya dapat diandaikan sebagai fase generatif yaitu perkembangan bunga, buah dan biji atau organ-organ penyimpanan. Fase vegetatif mungkin dominan atas fase generatif, fase generatif mungkin dominan atas fase vegetatif dan fase vegetatif dan generatif tidak satupun yang nampak dominan. Pada umumnya semua tanaman memerlukan dominasi dari fase-fase vegetatif selama tahap persemaian. Sesudah tahap ini tanaman dapat dibagi ke dalam tiga golongan,yaitu: 1. Tanaman-tanaman yang berbatang basah yang memerlukan suatu dominasi dari fase vegetatif selama tahap pertama hidupnya, dan dominasi dari fase generatif selama masa akhir hidupnya, dimana yang pertama kehilangan dominasinya secara berangsur-angsur. 2. Tanaman yang berbatang basah yang tidak memerlukan dominasi dari kedua fase vegetatif maupun generatif. Jadi keduanya harus seimbang. 3. Tanaman berkayu yang memerlukan suatu dominasi dari fase vegetatif selama bagian pertama dari tiap musim dan dominasi fase generatif selama bagian terakhir dari musim itu. B. Pengaruh C/N Rasio terhadap perimbangan pertumbuhan

Perimbangan C/N rasio akan menentukan perimbangan terjadinya fase vegetatif dan generatif. Jumlah nitrogen yang lebih tinggi atau C/N rasio yang kecil akan membuat tanaman tetap pada fase vegetatif. Tanaman yang tetap berada dalam fase vegetatif tentu saja akan mengalami masalah pada proses pembungaan dan pembuahannya sebab syarat terjadinya proses pembungaan adalah tercapainya fase generatif. Tanaman dengan C/N rasio yang tinggi akan lebih mudah dirangsang untuk segera memasuk fase generatif sehingga proses pembungaan dan pembuahan dapat segera terjadi. Namun nilai C yang terlalu tinggi tanpa diimbangi oleh jumlah nitrogen yang cukup akan menyebabkan kematian tanaman atau tidak berbuah pada musim berikutnya (Ashari, 1995). Itulah mengapa ketika tanaman berada dalam kondisi N yang tinggi, semisal dipupuk Urea-dengan kadar N 46%-terlalu tinggi dibarengi dengan kandungan C yang tinggi, pembungaan menjadi terhambat (Madjid, 2009). Oleh karena itu pemupukan seharusnya dilakukan dengan berimbang dan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Pada saat pohon dipangkas atau kehilangan banyak daun, sedangkan sebelumnya belum memiliki jumlah dan kualitas daun yang memadai, persediaan karbohidrat (C) menjadi sangat rendah akibat hasil fotosintesis menjadi rendah dengan berkurangnya daun, sementara C diperlukan dalam memasuki fase generatif. Pada kondisi ini rasio C/N menjadi sangat kecil dan tumbuhan akan sulit untuk berbunga. Apabila nitrogen dalam tanaman melimpah, namun nilai karbon dalam tanaman pun juga demikian, artinya saat rasio C dan N sebanding, atau sama banyak, tanaman juga sulit berbunga. Pada kondisi ini organ vegetatif akan tumbuh dengan subur, sehingga C hanya habis dimanfaatkan untuk pertumbuhan vegetatif akibatnya karbohidrat tidak dapat disimpan. Apabila kondisi ini terjadi saat pohon masih terlalu muda untuk berbunga, maka fase vegetatif perlu dijaga agar tumbuhan tetap subur dan siap di bungakan. Namun jika kondisi ini terjadi pada tanaman yang tua, maka tanaman hanya akan memproduksi cabang/ranting terus menerus. Dalam kondisi tertentu ujung tanaman tumbuh terus tanpa adanya cabang, atau disebut dengan apikal dominan. Hal ini disebabkan pasokan karbohidrat membanjir memenuhi

kebutuhan vegetatif sehingga pertumbuhan cabang dan bunga menjadi terhambat. Pada kondisi ini perlu dilakukan pemangkasan. Tujuannya adalah agar karbohidrat dalam tanaman lebih fokus dipergunakan untuk pembungaan. C. Pengaturan C/N Rasio Untuk Mempercepat Tanaman Berbuah Tanaman yang sudah saatnya berbuah tetapi belum juga muncul buahnya, akan bisa segera berbuah dengan jalan mengatur keseimbangan C/N ratio dalam tanaman tersebut. C/N ratio ini mempengaruhi fase vegetatif dan fase reproduktif dalam tanaman. C adalah jumlah karbohidrat dalam daun dan N adalah jumlah nitrogennya. C/N ratio yang tinggi dapat sangat diperlukan untuk pembentukan bunga dan buah. Dengan C/N ratio yang tinggi maka akan terjadilah penumpukan karbohidrat yang akhirnya akan terbentuklah bunga dan buah. Santosa (2010) menyatakan C/N ratio ini dapat diatur dengan cara : pemangkasan, pelilitan/pencincinan/pengikatan, pelukaan batang- akar atau umbi, pemotesan ujung tunas cabang, pemupukan, pengairan, dan pemberian hormon pertumbuhan. 1. Pemangkasan Pemangkasan bisa dibedakan menjadi tiga yaitu pemangkasan ringan, sedang dan berat. Pemangkasan ringan yaitu pemangkasan yang dilakukan dengan tujuan untuk membuang ranting-ranting yang tidak produktif. Biasanya dilakukan pada tanaman buah supaya tunas-tunas produktif lebih dapat menghasilkan buah. Pemangkasan sedang biasanya dilakukan pada tanaman anggur, apel, jeruk yaitu pemangkasan cabang-cabang yang rusak dan ujung-ujung cabang agar lebih cepat berbuah (Soeparmo, 1969). Pemangkasan berat biasa dilakukan dengan tujuan untuk meremajakan tanaman yang sudah tua, hingga buahnya bisa menjadi lebat kembali. Selain itu pemangkasan berat bisa juga untuk memperpendek tanaman buah-buahan hingga memudahkan untuk memanen hasilnya. Untuk melakukan pemangkasan harus memperhatikan kondisi lingkungan dan kondisi tanaman itu sendiri. Terutama untuk pemangkasan berat, sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau atau awal musim penghujan, sebab suhu udaranya waktu itu tidak terlalu tinggi, sehingga

penguapan cairan dalam tganaman pun tidak terlalu tinggi, sehingga tunastunas baru akan lebih cepat tumbuh. Untuk lebih amannya dari serangan hama dan penyebab penyakit pada bekas luka pemangkasan dipoles dengan cat, tir atau parafin. 2. Pelilitan/Pencincinan/Pengikatan Melilit pohon merupakan suatu cara tradisionil, tujuannya untuk mempercepat proses pembuahan. Dahulu kita tidak mengerti mengapa dengan diikat demikian tak lama kemudian pohon berbunga dan berbuah. Memang dengan melilit batang tanaman, pengangkutan karbohidrat hasil fotosintesis ke bagian akar menjadi terhambat dan akhirnya terjadilah timbunan-timbunan zat makanan yang kemudian akan merangsang timbulnya pembungaan dan pembuahan. Bagian tanaman yang dililit bisa pada batang primernya maupun pada batang sekundernya. Alat yang digunakan untuk melilit biasanya adalah kawat, Kawat ini dililitkan pada batang kencang sekali. Setelah tanaman buah-buahan tersebut berbunga atau setelah bakal-bakal buahnya bermunculan barulah lilitan dilepas. 3. Pelukaan Batang, Akar atau Umbi Pelukaan merupakan cara yang sudah lama, namun bila tidak hati-hati melakukannya tanaman akan mati. Dengan pelukaan, pengangkutan hasil fotosuntesis ke bagian akar menjadi terganggu. Sehingga terjadilah pemusatan zat-zat makanan ke cabang-cabang daun dedaunan. Pemusatan ini akan mendorong proses pembungaan untuk lebih cepat terjadi, yang kemudian diikuti dengan proses pembuahan. Pelukaan ini bisa dilakukan pada pangkal batang yang disebut penyunatan, bisa pada batang yang disebut pencacahan. Untuk pelukaan pada akar/ umbi jarang dilakukan sebab terlalu riskan. Bila pelukaan pada akar/ umbi jangan lupa diolesi dengan parafin, cat tau tir untuk menghindari infeksi jamur dan sebagainya. Ada pula dengan cara pengerokan kulit batang pohon. Biasanya cara ini digunakan untuk mempercepat pembungaan dan

pembuahan pada tanaman lengkeng. Pengerokan ini dilakukan setelah pemangkasan. 4. Pemotesan ujung tunas batang (Pinching) Dalam pemotesan ini dengan cara memangkas ujung-ujung tunas, sehingga pertumbuhan memanjang dari cabang-cabang dapat dihambat. Dengan demikian zat-zat hara yang digunakan untuk membentuk tunas-tunas cabang bisa ditimbun untuk pembentukan buah. Pemotesan bisa menggunakan gunting pangkas. 5. Pemupukan Pemupukan untuk merangsang tanaman agar cepat berbuah, akhirakhir ini banyak menggunakan pupuk daun. Pupuk daun adalah pupuk yang diberikan kepada tanaman melalui penyemprotan pada daun. Pemberian pupuk lewat daun ini mempunyai kelebihan yaitu unsur hara lebih cepat terserap sehingga tidak mengalami fiksasi (khususnya pupuk N yang mudah terfiksasi) hasilnya lebih bisa cepat dilihat dengan munculnya tunas-tunas baru ataupun kuncup bunga. Pupuk daun yang cocok untuk merangsang tanaman agar cepat berbuah adalah pupuk daun yang kandungan unsur P nya tinggi. Seperti kita ketahui pupuk P bermanfaat untuk mempercepat pembungaan dan pembuahan. Menyemprotnya memerlukan teknik khusus. Untuk itulah kita harus tahu cara-cara penyemprotannya serta alat yang cocok digunakannya. Pemberian pupuk daun harus sesuai benar dengan anjuran, dilihat benar-benar aturan penggunaanya seperti dalam label anjuran. Bila tidak ada aturannya, cukup disemprot sampai semua daunnya basah saja. Interfal pemakaian biasanya dilakukan 7-10 hari sekali. Yang penting, penyemprotan dilakukan terhadap sisi permukaan bawah daun, sebab ditempat inilah penyerapan yang paling efektif pada daun, karena tempat stomata-stomata yang berp-eranan dalam penyerapan zat hara. Ada satu hal yang perlu diingat dalam penyemprotan pupuk daun ini yaitu jangan sampai bersamaan dengan penyemprotan insektisida berperekat. Sebab akan mengganggu proses penyerapan oleh daun. Pupuk daun akan menjadi

lengket dengan daun dan karena sifatnya yang higroskopis, air dalam daun bisa terserap keluar dan akhirnya daun menjadi hangus karenanya. Ada beberapa macam pupuk daun yang digunakan untuk pembungaaan dan pembuahan yaitu BASF Foliar B, Gandasil A, Hyponex Biru, Molyfert, Shell Foliar B, Spacial B, Top Foliar A, Fitabloom Special Biru, Vitalik P, dan lainlain. 6. Pengairan Air mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap tanaman. Manfaat air antara lain sebagai pelarut untuk memudahkan zat hara dalam tanah diangkut, mempertahankan tekanan turgor dalam transpirasi dam pertumbuhan tanaman, sebagai zat hara untuk pertumbuhan tanaman. Kekurangan air pada tanaman bisa menimbulkan hal yang fatal. Tanaman menjadi layu dan lama kelamaan akan mati. Bisa pula menimbulkan gugurnya bunga dan gagalnya perkembangan bakal buah menjadi buah. Kelebihan air pun bisa fatal, akar menjadi busuk dan tanaman bisa mati karenanya. Untuk itu dalam pengairan harus hati-hati, jangan sampai terlalu banyak dan jangan sampai kurang. Pengairan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitasnya, pengairan bisa merangsang pertumbuhan dan perkembangan bunga serta buah. Pada tanaman buahbuahan tertentu bahkan perlu penggenangan pada saat kemarau untuk merangsang timbulnya bunga. 7. Pemberian hormon Hormon adalah zat yang berfungsi sebagai pengatur yangdapat mempengaruhi jaringan-jaringan berbagai organ maupun sistim organ tanaman. Untuk memperoleh tanaman agar cepat berbuah, dapat diberikan hormon yang dapat merangsang pertumbuhan dan pembentukan bunga dan buah, sehinghga selain pertumbuhan bunga dan buah lebih cepat, akan diperoleh hasil yang banyak. Ada pula hormon yang bisa menyebabkan buah lebih serempak dan menjaga buah agar lebih bagus. Secara umum penggunaan hormon dengan cara menyemprotkannya pada tanaman, ada pula yang dibasahkan pada akar tanaman, dengan

penyuntikan (penginfusan) pada batang tanaman. Disamping mempercepat tanaman berbuah, juga bisa untuk meningkatkan kualitas buah dalam ukuran buah. Cara penggunaan hormon harus tepat yaitu digunakan pada saat pertumbuhan vegetatifnya sudah maksimum. Dosis yang digunakan harus sesuai anjuran yang terdapat pada labelnya. Beberapa zat pengatur tumbuh yang banyak dipakai untuk keperluan tanaman cepat berbuah anta lain Atonik, Darmasri 5 EC, Ethrel 40 PGR, Florita, Gibberelin, Hidrasil, Kalsium Karbit, Mixtalol, Sitosim dan lain sebagainya.

III. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Fase vegetatif tanaman berhubungan dengan tiga proses penting yaitu pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari diferensiasi sel. 2. Ada tiga kemungkinan dalam perimbangan pertumbuhan yaitu, Fase vegetatif berlangsung sampai waktu tertentu kemudian berangsur diganti fase generatif, Fase vegetatif dominan atas fase generative dan Fase generatif berjalan (hampir) bersamaan dengan fase vegetatif. 3. C/N ratio ini mempengaruhi fase vegetatif dan fase reproduktif dalam tanaman. C adalah jumlah karbohidrat dalam daun dan N adalah jumlah nitrogennya. C/N ratio yang tinggi dapat sangat diperlukan untuk pembentukan bunga dan buah. Dengan C/N ratio yang tinggi maka akan terjadilah penumpukan karbohidrat yang akhirnya akan terbentuklah bunga dan buah. 4. C/N ratio dapat diatur dengan cara : pemangkasan, pencincinan/pengikatan, pelukaan batang-akar atau umbi, pemotesan ujung tunas cabang, pemupukan, pengairan, dan pemberian hormon pertumbuhan. B. Saran Teknik pengaturan C/N rasio perlu dipelajari oleh para praktisi pertanian untuk mempercepat tanaman berbuah sehingga produktifitas buahbuahan meningkat dalam waktu yang relatif singkat.

DAFTAR PUSTAKA Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta. 485 hal. Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online untuk mata kuliah: (1) Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (2) Kesuburan Tanah, dan (3)

Pengelolaan Kesuburan Tanah Lanjut. Fakultas Pertanian Unsri & Program Pascasarjana Unsri. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. Santosa, S. J. 2010. Membuat Tanaman Cepat Berbuah. Laporan Pengabdian Masyarakat. Unisri : Surakarta. Setyati, H., S. 1994. Perbaikan Pendidikan di Bidang Hortikultura. Hort. Nas., Malang. p 27-29. Proc.Simp.

Soeparmo, S. 1969. Hortikultura I. Pekarangan dan Buah-buahan. CV Yasa Guna. 160 hal.

PENGATURAN C/N RASIO DALAM PERIMBANGAN PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH

Disusun oleh: NDARU PRIASMORO NIM. H0709078

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Anda mungkin juga menyukai