: 1313015051
KELAS : S1-B
JURNAL 1
Pertumbuhan dan Uji Kualitatif Kandungan Metabolit Sekunder Kalus Gatang
(Spilanthes acmella Murr.) dengan Penambahan PEG untuk Menginduksi Cekaman
Kekeringan
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metoda eksperimen menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan yang diberikan
adalah dengan penambahan A. 0% PEG setara dengan 0 MPa, B. 1% PEG setara dengan
-0,01 MPa, C. 2% PEG setara dengan -0,02 MPa, D. 3% PEG setara dengan -0,03 MPa,
E. 4% PEG setara dengan -0,04 MPa, F. 5 % PEG setara dengan -0,05 MPa (Michael
dan Kaufmann, 1973).
HASIL
Setelah 21 hari kalus ditanam pada media perlakuan didapatkan kalus dengan
pertumbuhan yang baik. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase hidup kalus Gatang
(Spilanthes acmella Murr.) pada semua perlakuan adalah 100%. Hal ini menunjukan bahwa
cekaman kekeringan yang ditimbulkan oleh pemberian PEG pada medium dengan konsentrasi
tersebut masih bisa ditoleransi oleh kalus sehingga kalus masih dapat tumbuh dan bertahan
terhadap perlakuan yang diberikan.
Hasil analisa Kandungan Metabolit Sekunder pada Kalus Spilanthes acmella Murr.
dengan penambahan PEG dengan beberapa konsentrasi sebagai elisitor dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Perlakuan
A. 0% PEG
Alkaloid
+
Terpenoid
+
Fenolik
-
B. 1% PEG
C. 2% PEG
++
D. 3% PEG
++
E. 4% PEG
++
F. 5 % PEG
++
dengan signifikan pada pemberian 5% PEG. Pada uji kualitatif kandungan metabolit sekunder,
kandungan alkaloid meningkat dengan penambahan 2% dan 5% PEG dengan kadar sedang,
kandungan terpenoid meningkat pada penambahan 3% dan 4% PEG dengan kadar sedang dan
senyawa fenoik muncul pada penambahan 4% PEG dengan kadar sedikit.
JURNAL 2
yang terbentuk. Jumlah bercak dari ekstrak daun lebih banyak dari pada
yang ditemukan pada ekstrak kalus. Pada sinar UV l 254 nm diperoleh 5
bercak dari ekstrak daun dan 3 bercak dari ekstrak kalus. Pada sinar UV l
366 nm diperoleh 2 bercak dari ekstrak daun, 1 bercak dari ekstrak kalus,
setelah disemprot dengan penampak bercak diperoleh 3 bercak dari masingmasing ekstrak. Pada bercak yang memiliki hRf sama dan warna yang sama
diduga memiliki senyawa yang sama dan pada bercak yang berbeda warna
maupun hRf diduga senyawa yang berbeda baik yang terdapat pada ekstrak
daun maupun ekstrak kalus. Hal ini diduga karena terbentuknya senyawa
baru pada proses pembentukan kalus, dan belum sepenuhnya terbentuk
senyawa yang terdapat pada daun karena
kalus belum membentuk difrensiasi menjadi tanaman yang utuh.
KCKT. Profil kromatogram dari ekstrak daun dan ekstrak kalus pada
230 nm diperoleh jumlah puncak yang berbeda. Profil kromatogram dari
ekstrak daun dan ekstrak kalus pada 360 nm, diperoleh hasil yang hampir
sama dengan profil sebelumnya, yaitu ada perbedaan profil kromatogram
tetapi dengan adanya perbedaan itu tidak menutup kemungkinan ada
senyawa yang sama karena pada beberapa retention time memberikan
puncak yang sama walau tinggi puncaknya sedikit berbeda. Hal ini mungkin
disebabkan dari konsentrasi senyawa
yang tidak sama.
KESIMPULAN
Hasil uji penapisan fitokimia dari daun dan kalus mahkota dewa
menunjukkan bahwa keduanya mengandung metabolit sekunder yang sama
yaitu golongan alkaloid, flavonoid,saponin, tannin, steroid/triterpenoid.
Hasil KLT dan KCKT memberikan bercak dan sedikit berbeda, tetapi
tidak sepenuhnya berbeda karena masih menunjukkan beberapa
persamaan. Sehingga diduga kalus dari mahkota dewa dapat menghasilkan
senyawa metabolit sekunder yang sama dengan daun dari tanaman asalnya.
JURNAL 3
kekuningan untuk pereaksi Mayer, endapan coklat untuk pereaksi asam nitrat pekat,
dan endapan coklat untuk pereaksi Bauchardat.
b. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak etil asetat : metanol
(2:8). Bercak diamati dengan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm
dan pereaksi semprot Dragendorf. Kemudian dihitung harga Rf masing-masing bercak.
HASIL
Keberhasilan pembentukan kalus terbesar pada penambahan zat pengatur
tumbuh 2 ppm NAA dan 2 ppm FAP dengan keberhasilan pembentukan kalus 60%.
Media MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh tidak dapat menumbuhkan kalus
karena pertumbuhan kalus dibutuhkan zat pengatur tumbuh untuk melengkapi nutrisi
pada media dasar. Hal ini menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh NAA dan FAP
sangat mempengaruhi pertumbuhan kalus. Keadaan umur dari daun yang diambil juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan kalus, jika daun yang diambil terlalu tua maka
proses pembelahan lambat karena aktifitas metabolisme yang rendah sehingga
kebutuhan dari zat pengatur tumbuh perlu ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan
dari sel tersebut.
PEG memberikan efek terhadap penurunan berat basah kalus dimana berat basah kalus
menurun dengan signifikan pada pemberian 5% PEG. Pada uji kualitatif kandungan
metabolit sekunder, kandungan alkaloid meningkat dengan penambahan 2% dan 5%
PEG dengan kadar sedang, kandungan terpenoid meningkat pada penambahan 3% dan
4% PEG dengan kadar sedang dan senyawa fenoik muncul pada penambahan 4% PEG
dengan kadar sedikit.
Jurnal kedua merupakan analisis metabolit sekunder dari kalus mahkota dewa
dengan metode Analisa kualitatif secara KLT (kromatografi lapis tipis) dan Analisa
kualitatif secara KCKT (kromatografi cair kinerja tinggi). Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa Hasil uji penapisan fitokimia dari daun dan kalus mahkota
dewa menunjukkan bahwa keduanya mengandung metabolit sekunder yang
sama yaitu golongan alkaloid, flavonoid,saponin, tannin, steroid/triterpenoid.
Hasil KLT dan KCKT memberikan bercak dan sedikit berbeda, tetapi tidak
sepenuhnya berbeda karena masih menunjukkan beberapa persamaan.
Sehingga diduga kalus dari mahkota dewa dapat menghasilkan senyawa