Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DENGAN CARA KUALITATIF

DAN KUANTITATIF

Dosen Pengampu : Jessica Rusli,S.Si, M.Si

Disusun oleh kelompok 5


1. Maldino Akbar 202151063
2. Adelia Unayah 202151063
3. Fadhil Atthallah 202151043

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL- KAMAL
JAKARTA BARAT 2023
1. KADAR SAPONIN EKSTRAK BUAH MANGROVE (Sonneratia alba) DAN
DAYA HAMBATNYA TERHADAP RADIKAL BEBAS DPPH

 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar saponin dalam ekstrak


buah mangrove (Sonneratia alba) hasil ekstraksi dengan pelarut berbeda, serta
mengetahui daya hambat senyawa saponin terhadap radikal bebas DPPH.

 Prosedur Penelitian

 Pengambilan sampel dan preparasi buah S. alba


Buah S. alba dikumpulkan dari hutan mangrove di Kecamatan Anggrek
Kabupaten Gorontalo Utara. Preparasi sampel diawali dengan mengeluarkan
kelopak buah, mencuci buah dengan air yang mengalir, mengiris tipis lalu
mengering anginkan diruang terbuka selama 7-10 hari sampai membentuk
simplisia kering

 Proses ekstraksi buah S. alba


Ekstraksi buah S. alba menggunakan metode maserasi yang mengacu pada
Permadi (2018). Sebanyak 100g simplisia dilarutkan dengan masing-masing
pelarut (metanol, etanol dan air) dalam gelas ukur 1000 ml. Maserasi dilakukan
dalam suhu ruang selama 2x24 jam sambil sesekali diaduk. Filtrat hasil filtrasi
dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50-60 ℃.

 Uji kualitatif saponin secara fitokimia dan penegasan dengan


Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Uji kualitatif fitokimia mengacu pada Astuti et al., (2011). Ekstrak buah
S.alba sebanyak 0,5 mL dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0,5
mL akuades sambil dikocok selama 1 menit, lalu ditambahkan 2 tetes HCl 1 N.
Apabila busa terbentuk tetap stabil ± 7 menit, maka ekstrak positif mengandung
saponin. Identifikasi juga dilakukan menggunakan KLT yang mengacu pada
Alen et al., (2017). Pemisahan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan
menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran yang berbeda yaitu
metanol : N-heksan (3:2) untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan
pemisahan yang baik serta noda zat warna yang bagus. Penetuan golongan
senyawa pada uji KLT dilakukan dengan penyemprotan plat KLT dengan
pereaksi. Komponen kimia yang dievaluasi dari ekstrak meliput uji saponin
dengan menggunakan pereaksi HCl 1 N. Noda atau bercak pada permukaan plat
diamati dengan lampu UV pada panjang gelombang 366 nm. Kemudian
disemprot dengan penampak noda dari masingmasing golongan senyawa dan
dipanaskan di oven pada suhu 60 ℃ selama 10 menit. Selanjutnya diamati
masing-masing noda yang terbentuk, meliputi jumlah noda, warna noda dan
jarak perpindahan noda dari tempat asalnya, dan dihitung nila Rf nya.
 Uji kadar saponin sperektrofotometri
Uji kadar saponin menggunakan spektrofotometri dengan terlebih dahulu
membuat larutan standard saponin dari Sigma. Larutan sampel masing-masing
ekstrak mengikuti cara pembuatan larutan standard, kemudian diukur
serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum. Konsentrasi saponin
dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan regresi dari kurva baku
kalibrasi standard.

 Uji daya hambat saponin terhadap radikal bebas DPPH.


Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 2,2-diphenyl-1-
picrylhydrazyl (DPPH) mengacu pada Molyneux (2004).

 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua
kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian yaitu jenis pelarut berbeda yakni
Metanol (P1), Etanol (P2), dan air/akuades (P3). Parameter uji yaitu rendemen,
keberadaan saponin (secara fitokimia dan KLT), kadar saponin, dan daya
hambat saponin terhadap DPPH. Data hasil pengamatan dianalisis dengan
Analisis Varians (ANOVA) dan diuji lanjut dengan Duncan. Semua data
ditabulasi dengan bantuan aplikasi SPSS 24.

 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa buah S. alba
mengandung saponin. Perbedaan jenis pelarut metanol, etanol, dan air
berpengaruh terhadap rendemen, kadar saponin dan daya hambatnya terhadap
redikal bebas DPPH. Metanol dan etanol memiliki kemampuan lebih tinggi
dibandingkan air dalam mengestrak saponin dari buah S. Alba. Daya hambat
DPPH dari saponin dalam ekstrak metanol dan ekstrak etanol terukur paling
tinggi dibandingkan dengan saponin dalam ekstrak air.
2. UJI IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID EKSTRAK METANOL
DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk) DARI KAB.ENDE NUSA
TENGGARA TIMUR SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid ekstrak


etanol daun Kelor (Moringa oleifera L.) dengan menggunakan pereaksi dan
Kromatografi Lapis Tipis.

 Prosedur Peneitian

 Pengambilan Sampel
Sampel daun Kelor (Moringa oleifera L.) yang diambil pada pagi. Daun
yang diambil adalah daun segar dengan cara di petik satu-persatu dari batang
daunnya.

 Pengelolaan Sampel
Daun kelor (Moringa oleifera L.) yang telah dikumpulkan, dibersihkan
dengan cara dicuci di air yang mengalir lalu dipotongpotong kecil kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, setelah kering sebagian diserbukkan
lalu dilakukan proses ekstraksi kemudian dilakukan uji identifikasi kimia.

 Pembuatan Ekstraksi Sampel


Daun Kelor (Moringa oleifera L.) yang telah dipotong-potong kecil,
ditimbang 500 gram. Lalu dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan
ditambahkan metanol hingga terendam sempurna. Bejana ditutup rapat lalu
didiamkan selama 3 x 5 hari dan sesekali diaduk selama 24 jam. Ekstrak yang
diperoleh dikumpulkan kemudian diuapkan dengan menggunakan rotavapor
untuk mendapatkan ekstrak kental dan senyawa di identifikasi secara
kromatografi lapis tipis.

 Pembuatan Pereaksi
a. Pereaksi mayer Sebanyak 5 gram kalium iodida dilarutkan dalam 10 ml
air suling. Kemudian ditambahakan larutan 1,36 gram HgCl dalam 60 ml
air suling. Larutan dikocok dan ditambahkan air suling hingga 100 ml.
b. Pereaksi dragendorf Sebanyak 8 gram bismuth nitrat dilarutkan dalam
asam nitrat 20 ml kemudian dicampur dengan larutan kalium iodida
sebanyak 27,2 gram dalam 50 ml air suling. Campuran didiamkan
sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan
dengan air secukupnya hingga 100 ml.
c. Pereaksi bouchardat Sebanyak 4 gram kalium iodida ditimbang,
dilarutkan dalam air suling secukupnya, lalu ditambahkan 2 gram iodium
kemudian ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml
 Identifikasi secara kualitatif
Uji alkaloid
a. Ditimbang serbuk daun kelor (Moringa oleifera L.) sebanyak 10 mg, lalu
ditambahkan sebanyak 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml air lalu
dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit didinginkan lalu disaring.
b. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:
c. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer
menghasilkan endapan putih atau putih kekuningan.
d. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi dragendorff
menghasilkan endapan merah jingga.
e. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes peraksi bouchardat
menghasilkan endapan coklat sampai kehitaman.

 Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Sebelum melakukan proses pemisahan secara KLT, lempeng KLT terlebih
dahulu dipanaskan dalam oven dengan suhu 1100C selama 30 menit. Ekstrak
metanol daun kelor disuspensikan dengan pelarut metanol. Setelah itu ditotolkan
pada lempeng KLT yang sudah diberi garis batas elusi.

Identifikasi dengan metode kromatografi lapis tapis, menggunakan eluen


etil asetat : nheksan (7: 3). Setelah itu eluen dijenuhkan dalam chember dengan
menggunakan kertas saring. Selanjutnya lempeng KLT yang telah ditotol
dengan ekstrak dimasukkan kedalam chember dan kemudian dielusi.
Pengamatan terhadappenampakan noda dilakukan dengan menggunakan sinar
UV 254 nm kemudian deteksi bercak dengan menyemprotkan pereaksi
dragendorff, lalu dihitung harga Rf.

 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada daun kelor (Moringa oleifera Lamk) terdapat senyawa alkaloid.
Adapun hasil dari penelitian ini dengan metode kualitatif yaitu uji alkaloid
dengan campuran sampel serbuk daun kelor (Moringa oleifer Lamk), HCL 2N,
air dengan menggunakan tiga pereaksi, pereaksi pertama yaitu mayer tidak
menghasil endapan putih kekuningan, pereaksi kedua yaitu pereaksi dragendroff
tidak menghasilkan endpan merah jingga, pereaksi yang ketiga yaitu pereaksi
bouchardat menghasilkan endapan coklat.
Hasil pengamatan pada lempeng KLT ekstrak metanol dengan
menggunakan eluen n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 7 : 3 terdapat
dua noda. Salah satu dari noda tersebut membentuk warna merah jingga,
sehingga menandakan bahwa daun kelor mengandung senyawa alkaloid.
3. PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan total flavonoid
ekstrak etanol kulit buah alpukat dengan menggunakan sinar UV-Vis
spektrofotometri.

 Prosedur Penelitian

 Pengambilan dan Pengolahan Sampel


Pengambilan Sampel buah alpukat (Persea americana Mill.) dilakukan
pada pagi hari sekitar pukul 10.00 WITA di Malino, Sulawesi selatan.
Kemudian disortasi basah untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya
yang masih menempel pada sampel. Kemudian buah alpukat dipisahkan dari
daging buah dan kulit buahnya lalu di bersihkan. Kulit buah alpukat (Persea
americana Mill.) yang telah dibersihkan dilakukan pengubahan bentuk dengan
cara dipotong-potong kecil, selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan selama beberapa hari pada udara terbuka dengan tidak terkena sinar
matahari langsung. Setelah kering sampel ditimbang dan dicatat berat keringnya
kemudian diserbukkan setelah itu ditimbang kembali berat sampel serbuk yang
di peroleh (Dahlia & Ahmad 2016, h. 16).

 Proses ekstraksi kulit alpukat (Persea americana Mill.)


Sebanyak 50 gram sampel kulit buah alpukat (Persea americana Mill.)
dimasukkan kedalam wadah maserasi. Kemudian ditambahkan dengan etanol
96% 200 mL sampai seluruh sampel terendam, kemudian ditutup dan dibiarkan
selama 24 jam. Maserat disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat
diperoleh melalui penyaringan dengan corong, kemudian ampas dimaserasi
kembali dengan etanol 96% 200 mL, sehingga filtrat hampir tidak berwarna.
Semua filtrat disatukan dan dipekatkan dengan menggunakan rotavapor sampai
tidak ada lagi cairan yang menetes sehingga diperoleh ekstrak etanol kulit buah
alpukat (Persea americana Mill.). Ekstrak kental kulit buah alpukat (Persea
americana Mill.) yang didapatkan digunakan untuk dianalisis lebih lanjut
(Gustandy, M dan Soegihardjo, C,J 2016).

 Analisis Kuantitatif
Kandungan Flavonoid Sebanyak 1 mg ekstrak etanol kulit buah alpukat
(Persea americana Mill.) ditambahkan dengan 2 tetes FeCl3. Terbentuknya
warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya senyawa flavonoid dalam
bahan (Harborne, J.B 1987).
 Analisis Kualitatif
 Kandungan Flavonoid Penentuan panjang gelombang maksimum (£maks)
kuersetin
Penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin dilakukan dengan
running larutan kuersetin pada range panjang gelombang 400 - 450 nm. Hasil
running menunjukkan panjang gelombang maksimum standar baku kuarsetin
berada pada panjang gelombang 435 nm. Panjang gelombang maksimum
tersebut yang digunakan untuk mengukur serapan dari sampel ekstrak etanol
kulit buah alpukat (Persea americana Mill.)

 Pembuatan kurva standar kuarsetin


Ditimbang sebanyak 25 mg baku standar kuersetin dan dilarutkan dalam
25 mL etanol. Larutan stok dipipet sebayak 1 mL dan dicukupkan volumenya
sampai 10 mL dengan etanol sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm. Dari
larutan standar kuersetin 100 ppm, kemudian dibuat beberapa konsentrasi yaitu
6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm dan 14 ppm. Dari masing-masing konsentrasi
larutan standar kuersetin dipipet 1 mL. Kemudian ditambahkan 1 mL AlCl3 2%
dan 1 mL kalium asetat 120 mM. Sampel diinkubasi selama satu jam pada suhu
kamar. Absorbansi ditentukan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang maksimum 435 nm (Stankovic, M.S., 2011, h. 65).

 Penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea
americana Mill.)
Ditimbang 15 mg ekstrak, dilarutkan dalam 10 mL etanol, sehingga
diperoleh konsentrasi 1500 ppm. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL kemudian
ditambahkan 1 mL larutan AlCl3 2% dan 1 mL kalium asetat 120 mM. Sampel
diinkubasi selama satu jam pada suhu kamar. Absorbansi ditentukan
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum 435 nm. Sampel dibuat dalam tiga replikasi untuk setiap analisis dan
diperoleh nilai rata-rata absorbansi (Stankovic, M.S., 2011, h. 65)

 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa kadar flovonoid total dari ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea
americana Mill.) yaitu 4,0122 mgQE/g ekstrak.
DAFTAR PUSTAKA

Repli Labagu dkk. 2022. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Negeri
Gorontalo, Jl.Jenderal Sudirman No.06, Kota Gorontalo 96128, Gorontalo,
Indonesia.” KADAR SAPONIN EKSTRAK BUAH MANGROVE (Sonneratia
alba) DAN DAYA HAMBATNYA TERHADAP RADIKAL BEBAS DPPH ”.
Jambura Fish Processing Journal Vol. 4 No. 1

Nurul Izzah dkk. Program Studi D-III Farmasi Sandi Karsa “ DAUN KELOR (Moringa
oleifera Lamk) DARI KAB.ENDE NUSA TENGGARA TIMUR SECARA
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS ”. [JFS] Jurnal Farmasi Sandi Karsa Volume 5,
Nomor 1

Aminah dkk. Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia” PENETAPAN KADAR


FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH ALPUKAT (Persea
americana Mill.) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS “. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, Vol. 4 No.2.

Anda mungkin juga menyukai