Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM 1

“REVIEW JURNAL FLAVONOID “

DISUSUN OLEH:

Nama : IKHSAL MUKRI JUMADILA

NIM : 1801019

Kelas : S1-4A

Dosen Pengampu : DR. EMRIZAL, M.Si., Apt

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

PEKANBARU
UJI KANDUNGAN TOTAL POLIFENOL DAN FLAVONOID EKSTRAK ETIL
ASETAT KULIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca var. sapientum)

Latar Belakang Penelitian :Tanaman pisang adalah salah satu tanaman unggulan di Indonesia,
karena besarnya volume produksi nasional dan luas hasil panen yang melebihi komoditi lainnya
(Deptan, 2005). Data produksi buah Indonesia tahun 2013, menunjukkan bahwa produksi pisang
adalah sebesar 5.359.126 ton dan merupakan jumlah produksi buah terbesar dibandingkan dengan
buah lainnya (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2013). Kulit pisang juga memiliki banyak
manfaat namun belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Kulit buah pisang dapat meredakan
nyeri pada luka bakar, mengatasi gatal pada kult, mengobati kutil, mempercepat penyembuhan
luka yang sudah mulai kering dan menyuburkan tanah (sebagai pupuk). Kulit pisang bahkan
digunakan untuk memurnikan air dan menyaring logam berat terutama timbal (Pb) dan tembaga
(Cu) (Sopyan, 2012).

Tujuan penelitian: Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan total
polifenol dan flavonoid ekstrak etil asetat kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. sapientum)

Manfaat penelitian:Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan tentang
kandungan total polifenol dan flavonoid ekstrak etil asetat kulit pisang raja (Musa paradisiaca var.
sapientum)

Metode Penelitian:

a. Jenis penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorium yang


bertujuan untuk mengetahui kandungan total polifenol dan flavonoid ekstrak etil asetat
kulit pisang raja ( Musa paradisiaca var. sapientum ).
b. Waktu dan tempat penelitian: Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 21 maret – 15
juni 2017 yang bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Makassar pada bulan April 2017.
c. Pengambilan dan penyiapan sampel: Sampel yang digunakan adalah kulit pisang raja
(Musa paradisiaca var. sapientum ). Kulit tersebut dipisahkan dari buahnya kemudian
dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan air yang mengalir sampai benar-benar
bersih. Kemudian kulit buah pisang raja dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan
caradi oven pada suhu sekitar 50°c sampai benar-benar kering. Setelah kering, dilakukan
sortasi kering, kemudian simplisia yang didapat kemudian ditimbang untuk proses
ekstraksi selanjutnya.

Prosedur kerja:

1. Pembuatan ekstrak:
Sejumlah 250 g simplisia Pisang raja ( Musa paradisiaca sapientum ) dimasukkan kedalam
bejana maserasi kemudian ditambahkan pelarut etanol sampai seluruh sampel terendam
sempurna. Simplisia diaduk rata, kemudian bejana maserasi ditutup rapat. Proses maserasi
dilakukan dengan beberapa kali pengadukan dan disimpan ditempat gelap pada suhu
kamar. Maserat yang dihasilkan kemudian disaring dengan menggunakan kapas.
Kemudian filtrate diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
2. Fraksinasi ekstrak
Ekstrak etil asetat: 1. Ekstrak etanol sebagian dimasukkan kedalam gelas piala kemudian
ditambahkan 20 ml air suling dan 10 ml larutan etil asetat, lalu diaduk 2. Dimasukkan ke
dalam corong pisah, didiamkan hingga terjadi pemisahan antara air dan etil asetat. 3.
Kemudian dikeluarkan air, dimasukkan ke dalam gelas piala dan etil asetat dimasukkan ke
dalam vial sebagai ekstrak etil asetat
3. Uji kualitatif: Uji flavonoid Ekstrak ditimbang sebanyak 0,5 gram ditambahkan dengan
etanol. Kemudian ditambahkan 5-6 tetes HCl pekat, membentuk warna merah yang
menunjukkan adanya flavonoid dan pembentukan warna orange menandakan adanya
senyawa flavon (tiwari et al, 2011).
4. Uji kuantitatif: Penentuan total flavonoid Prosedur penentuan kandungan total flavonoid
menggunakan metode Meda et al. (2005). 1 ml larutan ekstrak 50% (b/v) ditambah dengan
0,2 ml aluminium klorida 10% yang telah dilarutkan dengan etanol, kemudian divortex dan
absorbans dibaca pada λ 440 nm menggunakan spektrofotometer. Kandungan total
flavonoid dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin dalam mg/kg ekstrak. Kurva kalibrasi
dipersiapkan dengan cara yang sama kuersetin sebagai standar.
a. Penentuan Kurva Standar Kuersetin Sebanyak 50 mg kuersetin tambahkan 5 ml etanol
96 % tambahkan aquadest sampai 100 ml. Dari larutan induk dipipet 2, 6, 10, 14, 18 ml
dan diencerkan dengan aquadest sampai volume 100 ml. sehingga dihasilkan konsentrasi
10, 30, 50, 70, dan 90 mg/L kuersetin. Dari masing-masing konsentrasi diatas dipipet 1 ml
ditambah 0,2 ml natrium asetat dan 0,2 ml AlCl3 kemudian kocok hingga homogen. Ukur
serapan pada panjang gelombang serapan maksimum 440 nm, lalu buat kurva kalibrasinya
hubungan antara konsentrasi kuersetin dengan absorban.
b. Absorbansi ekstrak Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam labu ukur 50 ml dengan
pelarut etanol hingga tanda. Lalu larutan tersebut dipipet sebanyak 1 ml dilarutkan dalam
labu ukur 10 ml direaksikan dengan 0,2 ml natrium asetat dan 0,2 ml AlCl3 10% kedalam
larutan, kemudian didiamkan selama 30 menit. Diukur absorbansi larutan pada panjang
gelombang 440 nm dengan spektrofotometer UV-Vis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak kulit pisang raja menggunakan metode
yang dikembangkan oleh Guevera (1985). Penapisan fitokimia yang dilakukan adalah
untuk mengetahui adanya kandungan metabolik sekunder yaitu alkaloid, tanin, polifenol,
flavonoid, saponin dan triterpenoid.
Prinsip penetapan kadar flavonoid adalah adanya reaksi antara flavonoid dengan AlCl3
kompleks berwarna kuning dan dengan penambahan natrium asetat akan membentuk
senyawa kompleks berwarna merah muda yang diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 440 nm (Rohman et. al, 2009). Kuersetin digunakan sebagai standar
pengukuran dikarenakan kuersetin merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol
(Harborne, 1987). Kandungan flavonoid total dapat ditentukan secara spektrofotometri
dengan reagen AlCl3 dan dinyatakan dalam QE (quersetin equivalent) yaitu jumlah
kesetaraan miligram quersetin dalam 1 gram sampel. Kadar kandungan total flavonoid
ekstrak etil asetat kulit pisang raja yaitu sebesar 2,076153% b/v atau 20,76153 mg QE/g
ekstrak.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa kandungan total fenolik dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu sebesar
3,50104% b/v atau 35,0104 mg GAE/g ekstrak, sedangkan kandungan total flavonoid
dengan menggunakan reagen AlCl3 sebesar 2,076153% b/v atau 20,76153 mg QE/g
ekstrak.
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN GULMA SIAM (Chromoleana odorata L.)
DENGAN METODE 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL

Latar Belakang Penelitian : Tumbuhan gulma siam adalah tumbuhan yang mudah ditemukan di
mana saja karena sifatnya yang dapat tumbuh di sembarang tempat, seperti di pinggir jalan, pinggir
sungai, pinggir gunung, hutan dan daerah tanaman perkebunan. Penamaan gulma siam sekarang
adalah Chromoleana odorata bersinonim dengan nama sebelumnya Eupatorium odoratum famili
Asteraceae (Ngozi, dkk., 2009). Di Indonesia, selain dikenal dengan nama gulma siam juga
disebutkan dengan nama kurinyuh, laruna, kopasanda, pokok selaput tunggul dan tekelan.
Khususnya di Aceh sering disebutkan dengan nama sikhohkhoh, seurapok dan serunei. Daun
gulma siam kaya akan polifenol, tanin, saponin, terpenoid, flavonoid (kalkon, flavon, flavonol dan
auron), alkaloid dan glikosida sianogenik (Rofida dan Nurwahdaniati, 2015; Ngozi, dkk., 2009).
Senyawa polifenol dan flavonoid merupakan antioksidan alami yang banyak terdapat di tumbuhan.
Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon,
kateksin, flavonol dan kalkon (Hermiati, dkk., 2013). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat
menyumbang satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas dapat
distabilkan dan proses oksidasi berkelanjutan dapat dihentikan. Tubuh manusia secara alami
mampu memproduksi antioksidan, seperti glutation peroksidase, superoksida dismutase dan
gluation s-tranferase (Ramdani, dkk., 2013). Namun, kemampuan ini terbatas dan semakin
berkurang seiring bertambah usia, sedangkan reaksi oksidasi yang mengawali munculnya radikal
bebas terjadi setiap saat. Keadaan ini semakin bertambah buruk ketika tubuh mengalami stres
oksidatif, yaitu dimana jumlah radikal bebas melebihi kapasitas kemampuan netralisasi
antioksidan.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui aktivitas antioksidan daun gulma siam (chromoleana
odorata l.)

Manfaat penelitian: Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan tentang
aktivitas antioksidan daun gulma siam (chromoleana odorata l.)

Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Kimia Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Teknik Kimia Univeritas Syiah Kuala Darussalam Banda
Aceh, pada bulan Februari sampai dengan Juni 2017. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah daun gulma siam segar sebanyak 1,3 kg yang didapatkan di Gampong Bugak Krueng
Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.

Preparasi Sampel dan Ekstraksi: Tumbuhan gulma siam yang telah dipanen, disortir untuk
diambil daunnya saja sebanyak 1,3 kg, diracang kecil-kecil dan dikering-anginkan selama 11 hari
dalam keadaaan terkontrol dan tanpa terkena sinar matahari langsung. Daun gulma siam yang
sudah kering dihancurkan dengan blender, sehingga diperoleh berbentuk bubuk. Selanjutnya,
dimaserasi menggunakan pelarut etanol 95% selama 3x24 jam, setiap 1x24 jam pelarut diganti.
Filtrat dikumpulkan, dievaporasi pada suhu 50oC dengan kecepatan 45 rpm, sehingga diperoleh
ekstrak kental etanol daun gulma siam.

Skrining Fitokimia : Uji flavonoid dilakukan dengan cara tiga bagian plat tetes masing-masing
dimasukkan 1 mL ekstrak etanol. Bagian 1 ditambahkan larutan NaOH 10% beberapa tetes,
terjadinya perubahan warna menunjukan positif fenol. Bagian 2 ditambahkan sedikit serbuk
magnesium dan 1-2 tetes HCl pekat, terbentuknya warna jingga menunjukan adanya flavonoid
golongan flavonol dan flavanon. Bagian 3 ditambahkan dengan HCl pekat beberapa tetes,
terbentuknya warna merah menunjukan adanya flavonoid golongan antosianidin. Uji tanin
dilakukan dengan cara sebanyak 1 mL ekstrak etanol ditambahkan 1-2 tetes FeCl3 1%. Terbentuk
larutan hijau kehitaman positif tanin katekol dan biru kehitaman positif tanin galat.

Prosedur kerja:

Fraksinasi dengan Pelarut: Sebanyak 10 gram ekstrak kental etanol dilarutkan dalam 100 mL
metanol teknis, kemudian dipartisi dengan 100 mL n-heksana teknis. Digojok, didiamkan sampai
terbentuk 2 lapisan, dipisahkan. Lapisan bawah (metanol) dipartisi ulang dengan heksana teknis
sampai lapisan n-heksana tidak berwarna lagi. Hasil fraksinasi dipekatkan dengan rotary
evaporator (Sembiring, dkk., 2016; Sariningsih, dkk., 2015; Anastasia, dkk., 2016). Selanjutnya,
kedua fraksi dilakukan uji flavonoid dengan tiga jenis uji, yaitu NaOH 10%, Wilstatter dan Bate-
Smith. Fraksi yang menunjukkan paling banyak positif dilakukan kromatografi lapis tipis (KLT),
kromatografi kolom dan diuji aktivitas antioksidan.
Kromatografi Lapis: Tipis Fase diam yang digunakan adalah plat silika gel 60 F254 dan eluen
yang digunakan adalah pelarut n-heksana, etil asetat, diklorometana dan metanol serta campuran
dari pelarut-pelarut tersebut. Hasil KLT yang didapatkan diamati pola pemisahan yang terbentuk
secara langsung. Jika pola tidak terlihat maka digunakan lampu UV 254 nm dan 365 nm, kemudian
dihitung harga Rf. Perbandingan eluen yang memiliki pemisahan noda terbaik akan digunakan
pada kromatografi kolom.

Kromatografi Kolom: Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan dengan hati-hati ke dalam kolom,
kemudian dielusi dengan eluen yang memiliki pemisahan terbaik pada KLT. Eluen diatur
terusmenerus sampai terjadi pemisahan. Eluat ditampung pada tiap botol penampung fraksi
sebanyak 10 mL/fraksi. Fraksi tersebut dilakukan KLT penggabungan serta sekaligus
diidentifikasi senyawa flavonoid. Fraksi yang menunjukkan positif flavonoid dilanjutkan ke FTIR
dan dilakukan uji aktivitas antioksidan.

Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH: Larutan DPPH dibuat 1 mM sebagai larutan
induk, kemudian diencerkan sampai 0,05 mM dalam labu 10 mL sebagai larutan kontrol. Diukur
arsobansinya pada panjang gelombang 500-560 nm. Ditentukan panjang gelombang maksimum,
digunakan untuk pengukuran absorbansi larutan uji. Sampel yang dilakukan uji aktivitas
antioksidan adalah ekstrak etanol dan fraksi positif flavonoid. Larutan uji sampel divariasikan 5,
10, 15 dan 20 ppm. Dibuat dengan cara mengambil larutan induk 100 ppm sebanyak 0,5; 1; 1,5
dan 2 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ke dalam labu ukur masing-masing
ditambahkan 0,5 mL larutan DPPH 1 mM, kemudian dicukupkan dengan metanol sampai tanda
batas. Campuran tersebut digojok hingga homogen, diinkubasi selama 30 menit. Digunakan asam
askorbat sebagai pembanding dengan konsentrasi divariasikan 1, 2, 3 dan 4 ppm, dilakukan dengan
perlakuan yang sama (Anastasia, dkk., 2016; Katrin, dkk., 2012; Sembiring, dkk., 2012). Setelah
didapatkan absorbansi ditentukan persen inhibisi menggunakan persamaan berikut:

% Inhibisi = A𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−A𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 A 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑥 100

Selanjutnya, dibuat kurva dan ditentukan persamaan garis linearnya. Kemudian ditentukan harga
IC50, dimana Y = 50.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Besarnya aktivitas antioksidan berbanding terbalik dengan nilai IC50, artinya semakin
besar aktivitas antioksidan maka semakin kecil nilai IC50 yang didapatkan. Berdasarkan
data pada Tabel 5, besarnya aktivitas antioksidan sampel secara berurutan dari besar ke
kecil yaitu fraksi metanol > ekstrak etanol > fraksi B > fraksi A. Esktrak etanol, fraksi
metanol dan fraksi B mempunyai aktivitas antioksidan sangat kuat terhadap radikal DPPH
0,05 mM, dengan nilai IC50 yang diperoleh lebih kecil daripada 50 ppm. Fraksi A
mempunyai aktivitas antioksidan kuat terhadap radikal DPPH 0,05 mM, dengan nilai IC50
yang diperoleh 82,7808 ppm.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa: 1)


Ekstrak etanol daun gulma siam positif mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin dan steroid, sedangkan fraksi metanol positif senyawa alkaloid,
flavonoid, saponin dan tanin. 2) Isolasi dan karaketrisasi senyawa flavonoid pada daun
gulma siam diperkirakan fraksi A mengandung senyawa golongan isoflavon dan fraksi B
mengandung senyawa golongan flavon, flavonol, isoflavon dan kalkon. 3) Hasil pengujian
aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, diperoleh IC50 untuk sampel ekstrak
etanol 15,5067 ppm, fraksi metanol 9,5671 ppm, fraksi A 82,7808 ppm dan fraksi B
16,2336 ppm, sedangkan untuk pembanding (asam askorbat) 0,8913 ppm.

Anda mungkin juga menyukai