Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TUGAS BIOASSAY

UJI AKTIVITAS EKSTRAK KULIT MANGGIS SEBAGAI ANTI


OKSIDAN

OLEH:

NAMA: APRYENDRI TASIK PASORONG

NIM: O1A14121

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menyimpan banyak sekali

tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Tumbuhan ini sudah lama digunakan oleh

nenek moyang kita untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penelitian yang

berkaitan dengan khasiat berbagai tumbuhan sudah banyak dilakukan untuk melihat

efektivitas terapinya. Metode yang digunakan untuk mencari tumbuhan yang memiliki

aktifitas dan menemukan senyawa baru secara garis besar dapat dilakukan dengan dua

metode yaitu metode secara fitokimia dan farmakologi. Metode secara fitokimia

dilakukan dengan cara proses isolasi metabolit sekunder dalam tumbuhan pengujian

aktifitas farmakologinya dilakukan terakhir setelah didapatkan isolat murninya.

Metode secara farmakologi dilakukan dengan cara menguji aktifitas farmakologi pada

setiap tahap isolasi yang dilakukan dengan dengan memasukkan metode bioassay.

Anggur merah merupakan tumbuhan yang buahnya memiliki banyak khasiat

untuk kesehatan. Salah satunya sebagai antiosidan. Hal ini didukung dengan

banyaknya kandungan flavanoid dala buah anggur merah ini. Makalah ini akan

membahas metode pengujian aktifitas antioksidannya secara bioassay.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana aktifitas antioksidan yang diperoleh dari ekstrak buah

anggur merah yang dilakukan menggunakan metode bioassai?


C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah unutk mengetahui aktifitas antioksidan

yang diperoleh dari ekstrak buah anggur merah yang dilakukan menggunakan

metode bioassai.

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah pembaca dapat

mengetahui penggunaan etode bioassai dalam menguji aktifitas farmakologi

suatu tumbuhan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manfaat dan Kandungan Kimia dalam Buah Anggur

Buah anggur dengan berbagai jenis yang beredar di pasaran diketahui

memiliki aktivitas antioksidan dan banyak penelitian tentang khasiat buah

anggur yang telah dilakukan. Masyarakat sering mengkonsumsinya karena rasa

yang manis pada buah tersebut. Grape atau buah anggur mengandung serat dan

resveratrol yang merupakan salah satu sumber antioksidan, yaitu flavonoid.

Flavonoid terdiri dari kuersetin, prosiadin, katekin, dan antosianin. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa resveratrol sangat bermanfaat bagi kesehatan

karena bisa mencegah resiko kanker dan membuat awet muda (Gustandi dan

Soegihardjo,2013). Buah anggur merupakan salah satu sumber antioksidan dari

tumbuh-tumbuhan dengan kandungan polifenol dan antosianin yang cukup

tinggi. Antosianin merupakan antioksidan yang memiliki potensi tinggi

sebagai scavenger radikal bebas dan memiliki aktivitas protektif terhadap

peroksidasi lipid (Siswanto, dkk., 2014).

Sinar ultraviolet, asap pabrik, asap kendaraan, asap rokok maupun efek

dari pemanasan global merupakan faktor yang mempengaruhi proses

metabolisme sel normal manusia maupun respon imun yang menyebabkan

terbentuknya radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas akan bereaksi

dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron sehingga

tercapai kestabilan atom atau molekul. Reaksi ini akan berlangsung terus
menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai

penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit

degeneratif lainnya. Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu substansi

penting, yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas tersebut

sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit (Gustandi dan

Soegihardjo,2013).

B. Preparasi Sampel

Buah anggur dipilih yang matang, seragam warna hitam keunguan

kemudian dicuci dengan akuades. Buah lalu dibersihkan dan dipisahkan dari

rantingrantingnya, kemudian dipotong-potong, ditiriskan, ditimbang sebanyak

150 g. Selanjutnya buah dihaluskan dengan menggunakan blender. Setelah

dihaluskan, simplisia tersebut dimasukan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan

ditambahkan larutan 300 ml etanol 96% sampai seluruh sampel terendam.

Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2 cm di atas permukaan simplisia,

ditutup dan dibiarkan selama 3 kali 24 jam dan dilakukan proses maserasi.

Maserat disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat diperoleh

melalui penyaringan dengan corong Buchner, kemudian ampas dimaserasi

kembali dengan etanol selama 3 kali 24 jam, sehingga filtrat hampir tidak

berwarna. Semua filtrat disatukan dan dipekatkan dengan menggunakan

vacuum rotary evaporator sampai tidak ada lagi cairan yang menetes

sehingga diperoleh ekstrak etanol buah anggur.


C. Fraksinasi sampel

Ekstrak etanol buah anggur yang telah diperoleh dipisahkan secukupnya untuk

selanjutnya dilakukan pengujian antioksidan. Ekstrak etanol buah anggur yang

tersisa selanjutnya dilakukan fraksinasi cair-cair dengan terlebih dahulu

melarutkannya dalam etanol. Fraksinasi ini dilakukan dengan menggunakan

pelarut non polar di mana pelarut non polar yang dipilih yaitu n-heksan.

Fraksinasi dilakukan hingga tidak ada lagi ekstrak yang tertarik oleh n-heksan

yang ditandai dengan jernihnya pelarut yang digunakan. Hal yang sama

dilakukan untuk pelarut semi polar menggunakan etil asetat. Hasil yang

diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator termasuk sisa

ekstrak yang tidak tersari pada pelarut nonpolar dan semipolar. Hasil yang

didapatkan berupa ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etil asetat, dan fraksi yang

tersisa dalam etanol.

D. Uji toksisitas

Uji toksisitas yang dipilih yaitu metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

menggunakan larva udang Artemia salina. Penggunaan metode ini berdasarkan

kemudahannya dan kecepatan memperoleh hasil uji toksisitas akut suatu

senyawa bahan alam. Selain itu, metode ini merupakan uji awal untuk melihat

efek sitotoksik senyawa bahan alam yang mempunyai potensi sebagai obat

antikanker.

1. Uji pendahuluan toksisitas

Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak yang efektif membunuh larva

Artemia salina Leach, maka dilakukan trial atau orientasi dengan uji coba dengan

menggunakan konsentrasi desimal, yaitu 1%, 0,5%, 0,2%, 0,1%, dan 0,05%.
Orientasi atau uji pendahuluan ini diperlakukan sama untuk fraksi yang lain

sehingga didapatkan konsentrasi yang efektif dan memenuhi syarat untuk

dilakukan uji toksisitas.

2. Uji toksisitas

Setiap fraksi dan ekstrak yang diperoleh dilakukan uji toksisitas dimana

seri konsentrasi yang digunakan disesuaikan dengan konsentrasi efektif

yang diperoleh dari uji pendahuluan. Penyiapan larva Artemia salina dilakukan

dengan menetaskan telurnya 48 jam sebelum dilakukan uji. Penetasan dilakukan

dengan cara merendam telur tersebut dalam air laut secukupnya dengan menerangi

bagian wadah yang tidak ditempati telur udang dengan sinar lampu.

Pelaksanaan uji dilakukan dengan mula-mula menyamakan volume akhir ekstrak

buah anggur dengan perbandingan konsentrasi perlakuan yang diencerkan dengan

menambahkan air laut terlebih dahulu ke dalam masing-masing tabung uji sampai

ekstrak etanol buah anggur larut, kemudian baru dimasukkan larva udang

8 yang telah berumur 48 jam ke dalam seri tabung uji yang berisi ekstrak buah

anggur yang telah disiapkan masing-masing sebanyak 10 ekor sehingga volume

dalam masing-masing tabung menjadi 5 ml. Untuk tabung yang berisi fraksi etil

asetat dan n-heksan perlu ditambahkan tween agar pelarut yang sifatnya sukar

bercampur dengan air laut dapat tercampur dengan baik. Tabung uji lalu

diletakkan di bawah penerangan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva

udang yang mati.

Kriteria standar untuk menilai kematian larva udang adalah bila larva udang tidak

menunjukkan pergerakan selama beberapa detik observasi. Setiap konsentrasi

perlakuan dilakukan replikasi sebanyak lima kali. Hasil yang diperoleh dibuat
kurva hubungan antara konsentrasi dan persen kematian larva udang dalam bentuk

probit, untuk selanjutnya ditentukan LD50-nya.

E. Uji aktivitas antioksidan

1. Pembuatan larutan DPPH

15,8 mg DPPH (BM: 394,33) dilarutkan ke dalam 100 mL etanol p.a sehingga

diperoleh larutan DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM. Larutan tersebut ditutup

dengan alumunium foil dan harus selalu dibuat baru.

2. Pembuatan larutan uji

Larutan uji untuk aktivitas antioksidan dibuat dari 12,5 mg hasil fraksi etil asetat

ditimbang, lalu di tambahkan metanol p.a sampai 25,0 mL. Diambil sebanyak 1;

2; 3; 4; 5 mL larutan tersebut, kemudian ditambahkan etanol p.a sampai 10,0 mL,

sehingga diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 10; 20; 30; 40; 50 μg/mL. Hal

yang sama dilakukan untuk ekstrak etanol buah anggur dan fraksi lainnya.

3. Pengukuran absorbansi larutan DPPH (kontrol)

Pada labu ukur 10 mL dimasukan sebanyak 2 mL larutan DPPH,

lalu ditambahkan larutan tersebut dengan etanol p.a hingga tanda batas. Larutan

tersebut kemudian dibaca absorbansinya pada saat OT dan panjang gelombang

maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dari rentang

400-600 nm. Pengerjaan dilakukan sebanyak 3 kali. Larutan ini digunakan sebagai

kontrol untuk menguji larutan uji.

4. Pengukuran absorbansi larutan uji

Sebanyak 1 mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam tabung reaksi

bertutup kemudian ditambah dengan 1 mL larutan pembanding dan uji pada

berbagai seri konsentrasi yang telah dibuat, selanjutnya ditambah dengan metanol

p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut kemudian divortex selama 30 detik dan
diamkan selama OT. Larutan dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer

visibel pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi. Pengujian dilakukan

dengan 3 kali replikasi. Setelah semua ekstrak dan fraksi sudah diuji selanjutnya

dilakukan perhitungan lalu dibuat kurva hubungan kemampuan menghambat

aktivitas radikal DPPH terhadap konsentrasi. Perhitungan yang dilakukan

berdasarkan rumus di bawah ini:

𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Aktivitas antioksidan (%) = 1 - x 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙

Anda mungkin juga menyukai