Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yuni Shara

NIM : 135080300111049
Kelas : T06

Aktivitas Antitumor Esktrak Spons Petrosia sp. dan
Callyspongia sp.

ABSTRAK

Spons merupakan salah satu biota laut yang sangat prospektif sebagai sumber
senyawa-senyawa bahan alam yang memiliki aktivitas biologis. Spons memiliki kandungan
metabolit sekunder dengan bioaktivitas menarik, antitumor. Beberapa senyawa bioaktif
berhasil diisolasi salah satunya yaitu spons Petrosia sp. yang berasal dari perairan Korea
mengandung bioaktif poliasetilen, sitotoksinya`kuat terhadap sel tumor leukemia pada
manusia (K-562). Selain itu, spons merah Callyspongia siphonella kaya akan senyawa
triterpenoid sipholane, yaitu sipholenol A dan sipholenone A yang aktif sebagai
antiproliferasi dan antiangiogenik terhadap sel tumor.
KATA KUNCI : Spons, Antitumor, Petrosia sp, Callyspongia siphonella

1. Pendahuluan
Indonesia memiliki lautan dengan biota laut yang beranekaragam dan memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Salah satu contoh ialah spons.
Spons adalah avertebrata air yang memiliki bentuk bervariasi. Spons memiliki ciri khas yaitu
memiliki banyak porus (lubang) di permukaan tubuhnya dan memiliki 3 tipe saluran air
berdasarkan bentuk tubuhnya. Spons merupakan hewan dari filum Porifera yang banyak
dimanfaatkan. Spons dapat dijadikan pembersih kaca, menghambat pertumbuhan bakteri
(bakterisida), marine pharmacy karena menghasilkan zat racun dari dalam tubuhnya dan
salah satunya menjadi antitumor.

Spons menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder. Substansi yang
dihasilkan oleh organisme melalui metabolisme dasar disebut dengan metabolit primer,
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme yang bersangkutan. Sedangkan,
metabolit sekunder berupa senyawa alkaloid, terpenoid, acetogenin, senyawa nitrogen, halida
siklik, peptide siklik dan lain-lain yang berfungsi untuk pertahanan diri dari lingkungan dan
serangan organisme lain. Metabolit sekunder tersebut yang dimanfaatkan manusia karena
memiliki aktivitas biologis dan farmakologis. Sifat bioaktivitas metabolit sekunder dari spons
telah banyak diteliti oleh pakar-pakar kimia, farmasi, dan biologi dari bebagai negara maju.
Penelitian umumnya dilakukan untuk mencari substansi aktif yang memiliki aktivitas
antitumor, antikanker, antivirus, anti- HIV, antibakteri serta bioaktivitas lainnya
(Rachmaniar, 2003).
Callyspongia sp. merupakan salah satu jenis spons yang banyak tumbuh di perairan
wilayah Indonesia. Spons ini adalah salah satu biota laut yang mengandung berbagai
metabolit se- kunder yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Isolat dari spons ini
dilaporkan memiliki aktivitas antikanker, anti- mikroba dan antiparasit (Hanani, et al, 2005)
Selain itu, potensi sitotoksik yang dimiliki oleh Petrosia sp. diharapkan dapat
digunakan sebagai sumber senyawa antitumor atau antikanker baru, mengingat kanker masih
merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian lanjutan isolasi senyawa aktif sitotoksik dan pengujian sitotoksik senyawa hasil
isolasi dengan metoda BSLT dari spon laut Petrosia sp. (Handayani et al., 2012).

2. Pembahasan
2.1. Spons Bersubstansi Aktif Antitumor
Petrosia sp.
Sepuluh jenis spons yang diambil pada kedalaman 15 meter dibawah
permukaan laut Perairan Mandeh Painan,Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat,
di skrinning sitotoksik dengan metoda Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil
skrinning menunjukan sampel MN 04 menunjukan aktivitas sitotoksik yang paling
aktif dengan LC50 = 41,44 ppm dibanding spons lainnya. Menurut hasil identifikasi
sampel yang dilakukan oleh Nicole J. de. Voogd dari museum zoologi Amsterdam
Belanda, spons tersebut merupakan salah satu spesies dari genus Petrosia yaitu
Petrosia sp. (Yulia & Handayani, 2009).
Diketahui bahwa senyawa yang telah berhasil diekstraksi dari genus Petrosia
di antaranya Petrosin-A dan -B, dua Alkaloid bis-Kuinolizidin baru dari spons
Petrosia seriata (Braekman et al., 1984), alkaloid manzamin A aktif sitotoksik dan
dideoxypetrosynol A yang aktif sebagai antitumor pada sel melanoma manusia.
Potensi sitotoksik yang dimiliki oleh Petrosia sp. diharapkan dapat digunakan
sebagai sumber senyawa antitumor atau antikanker baru, mengingat kanker masih
merupakan penyakit penyebab kematian utama di
dunia (Handayani et al., 2012).

Callyspongia sp.
Krisyuninda (2012), melakukan isolasi senyawa bioaktif spons Callyspongia
sp. dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menemukan bahwa spons tersebut
mengandung steroid, alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Hasil penelitian tersebut
didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cowan (1999),
bahwa dalam ekstrak spons Callyspongia sp. terdapat senyawa steroid, alkaloid,
flavonoid dan antrakuinon 21,22. Senyawa steroid merupakan golongan senyawa
triterpenoid. Senyawa ini menunjukkan aktivitas antibakteri, antifungi antitumor,
neurotoksik dan anti-inflamatori yang bermanfaat bagi industri
farmasi (Warbung et al., 2013)
2.2. Ekstraksi
Petrosia sp
Sampel yang telah dikeringkan kemudian digerus dan ditimbang bobot
keringnya sebanyak 4 kg. Sampel kering kemudian dimaserasi dengan menggunakan
metanol selama 1 24 jam. Maserasi diulangi dengan volume metanol yang sama
beberapa kali. Hasil maserasi kemudian ditampung untuk diuapkan menggunakan
rotary evaporator. Ekstrak metanol hasil penguapan dipartisi dengan kloroform dan
selanjutnya diuapkan lagi dengan menggunakan evaporator. Hasil penguapan ekstrak
dari fraksi kloroform lalu dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dan diuji
bioaktivitasnya sebagai antibakteri dan antikanker. (Rahman et al., 2014)
Menurut Rahman.Abd, et al (2013), ekstrak metanol hasil penguapan dipartisi
dengan n-heksana dan kemudian diuapkan kembali dengan menggunakan evaporator.
Ekstrak metanol sisa kemudian dipartisi dengan kloroform dan selanjutnya diuapkan
lagi dengan menggunakan evaporator. Ekstrak metanol sisa dari partisi kloroform
kemudian dipartisi lagi dengan menggunakan etil asetat. Fraksi etil asetat kemudian
ditampung untuk diuapkan dengan menggunakan rotavapor. Hasil penguapan dari
fraksi kloroform lalu diuji bioaktivitasnya dan dianalisis dengan KLT.


Callyspongia sp.
Spons Callyspongia sp. sebanyak 100 g dimaserasi dalam erlenmeyer yang
mengandung 300 mL etanol 95% selama 24 jam, kemudian filtrat disaring dengan
kertas Whatman no 1. Residu dimaserasi kembali sebanyak 2 kali. Seluruh filtrat
digabung dan pelarut dievaporasi hingga didapatkan ekstrak kental. Terhadap ekstrak
kental dilakukan pengeringan beku, lalu ekstrak kasar tersebut disimpan di dalam
inkubator suhu rendah 10
o
C agar senyawa tidak rusak. Terhadap ekstrak etanol dari
spons Callyspongia sp. dilakukan uji toksisitas dengan metode BSLT dan uji
sitotoksisitas terhadap sel lestari tumor HeLa dengan metode MTT. Terhadap ekstrak
etanol selanjutnya dilakukan fraksinasi menggunakan pelarut heksan (non-polar), etil
asetat (semi-polar), dan n-butanol (semi polar), dan pada masing-masing fraksi
selanjutnya dilakukan uji sitotoksisitas terhadap sel lestari tumor HeLa. Fraksi yang
memiliki sitotoksisitas tertinggi (nilai IC50 < 30 ppm) dianggap berprospek baik dan
akan dipilih untuk penelitian selanjutnya (Wikanta et al., 2012).
Menurut Agustina et al (2013), Ekstraksi dilakukan dengan tehnik masera- si
menggunakan cairan penyari metanol selama 1 x 24 jam, dan penyarian dilakukan
pengulangan sebanyak dua kali. Filtrat disaring dan diuapkan pelarutnya hingga
diperoleh ekstrak kental (7). Ekstrak methanol yang diperoleh selanjutnya di- partisi
dengan kloroform air dengan mengguna- kan corong pisah. Ekstrak kloroform
dikumpulkan dan diuapkan pelarutnya hingga diperoleh ekstrak kloroform.

2.3. Uji sitotoksisitas
Petrosia sp.
Fraksi heksana, etil asetat dan butanol diuji aktivitas sitotoksik dengan metoda
BSLT, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui fraksi mana yang paling aktif
sitotoksik, dengan kata lain yang menunjukan LC50 yang kecil. Ekstrak atau fraksi
dikatakan aktif bila LC50 < 1000 ppm, sedangkan untuk senyawa murni < 200 ppm
(Meyer, 1982). Konsentrasi untuk pengujian masing-masing fraksi disamakan dengan
pengujian pada ekstrak metanol, dimana ketiga fraksi menunjukkan aktivitas
sitotoksik. Fraksi heksana, etil asetat dan butanol menunjukan aktivitas sitotoksik,
sehingga isolasi dilakukan pada fraksi yang paling aktif sitotoksiknya yaitu fraksi
heksana. Hasil monitor dengan plat KLT terhadap fraksi heksana menunjukan pola
penyebaran senyawa yang baik dengan menggunakan fasa gerak n-heksana : etil
asetat (4:1) dan penampak noda lampu UV
254
. Sebanyak 2,01 g fraksi heksana yang
dilarutkan dengan pelarut yang sama untuk pembuatan suspensi silika dimasukan
secara hati- hati dengan pipet tetes agar tidak merusak permukaan atas suspensi
silika. Pengelusi yang digunakan adalah n-heksana : etil asetat (4:1, 4:2, 1:1, 1:4, 1:9)
dan terakhir dengan etil asetat 100%. Fraksi yang keluar ditampung 10 mL dalam
vial 20 mL sebanyak 155 buah fraksi. Eluat tersebut dimonitor dengan plat KLT
dengan penampak noda lampu UV
254
. (Handayani et al., 2012).
Callyspongia sp.
Sifat toksik senyawa tersebut kemudian diujikan terhadap sel HeLa. Uji
sitotoksisitas secara in vitro dari ekstrak etanol terhadap sel lestari tumor HeLa
bersifat lebih spesifik, cepat dan hanya membutuhkan sedikit bahan uji jika
dibandingkan dengan pengujian secara in vivo dan juga dapat membatasi penggunaan
hewan percobaan. Dari hasil uji sitotoksisitas ekstrak etanol terhadap sel lestari tumor
HeLa didapat persamaan garis regresi linier antara log konsentrasi dan nilai probit,
yaitu Y = 5,464 X 3,127 dan didapatkan nilai IC
50
= 30,71 g/mL. Berdasarkan
persyaratan dari National Cancer Institute yang menyatakan bahwa batas nilai
toksisitas tertinggi adalah 30 g/mL (Scheuer, 1987; Torres et al., 2005) maka
ekstrak etanol spons Callyspongia sp. memiliki toksisitas rendah terhadap sel lestari
tumor HeLa. Pada data tingkat penghambatan pertumbuhan sel lestari tumor yang
dihasilkan pada setiap konsentrasi ekstrak etanol spons Callyspongia sp. yang
diujikan. Tampak bahwa ekstrak tersebut menghasilkan tingkat penghambatan
pertumbuhan sel lestari tumor yang makin meningkat pada konsentrasi 25, 50, dan
100 g/mL. Ekstrak etanol spons Callyspongia sp. memiliki toksisitas terhadap sel
lestari tumor HeLa cukup baik, dengan nilai IC50 sebesar 30,71 g/mL. Presentase
penghambatan sel cenderung makin meningkat seiring dengan kenaikan
konsentrasi (Wikanta et al., 2012).

3. Kesimpulan
Petrosia sp. sitotoksiknya aktif ketika fraksinasi dengan fraksi heksana LC50 = 25.77
ppm. Potensi sitotoksik yang dimiliki oleh Petrosia sp.dapat digunakan sebagai sumber
senyawa antitumor. Selain itu, kenaikan konsentrasi ekstrak etanol spons Callyspongia sp.
meningkatkan toksisitas terhadap sel lestari tumor dengan nilai IC50 sebesar 30,71 g/mL.


DAFTAR PUSTAKA

Rachmaniar R., 2003. Antikanker Swinholide A Dari Spons Theonella Swinhoei. Jurnal
Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 4, Juli 2003-121. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Jakarta.
Hanani, E., Munim, A., dan Sekarini, R., 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam
spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. II (3):
127-133.Departemen Farmasi, FMIPA UI, Depok.
Handayani, Mega Yulia, Yohanes Allen dan Nicole J. de. Voogd, 2012. Isolasi Senyawa
Sitotoksik Dari Spons Laut Petrosia Sp. JPB Perikanan Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 69
76. Fakultas Farmasi, Universitas Andalas. Sumatera Barat.
Yulia, M. dan Handayani D. 2009. Skrining Antibakteri Dan Sitotoksis Ekstrak Dan Fraksi
Spon Laut Ex Perairan Mandeh, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Laporan Penelitian.
Universitas Andalas.
Warbung, Yanti. Y., Vonny N. S. Wowor, Jimmy Posangi, 2013. Daya Hambat Ekstrak
Spons Laut Callyspongia sp terhadap Pertubuhan Bakteri Staphylococcus aureus.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Sulawesi Utara.
Rahman, Abd., Ibtisamatul Aminah, Ali Muhakim., 2013. Karakterisasi Dan Uji
Bioaktivitas Senyawa Kimia Anti Tuberculosis (TBC) Pada Spons Petrosia Alfiani
Dari Perairan Selat Makassar. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
Rahman, H. Usman, A. Ahmad, 2014. Isolasi, Identifikasi Dan Uji Bioaktivitas Metabolit
Sekunder Ekstrak Kloroform Spons Petrosia Alfiani Dari Kepulauan Barrang Lompo.
Jurusan kimia FMIPA. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Wikanta, Thamrin., Dewi Gusmita, Lestari Rahayu, dan Endar Marraskuranto, 2012. Kajian
Awal Bioaktivitas Ekstrak Etanol Dan Fraksinya Dari Spons Callyspongia Sp.
Terhadap Sel Lestari Tumor HeLa. JPB Perikanan Vol. 7 No. 1 Tahun 2012: 110.
Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Balitbang KP, KKP. Fakultas Farmasi.
Universitas Pancasila. Jakarta Pusat.
Rina Agustina, Gemini Alam, Rahmawati Syukur, Christiana Lethe, dan Abdul Rahim, 2013.
Ekstraksi Dan Fraksinasi Senyawa Bioaktif Antimitosis Dari Spons Callispongia
Hispidoconulosa. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 17, No.1 Maret 2013,
hlm. 21 24. Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai