Anda di halaman 1dari 8

REVIEV JURNAL

Judul IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK


LANDAK LAUT (Diadema setosum) DAN UJI
AKTIVITAS ANTIBAKTERI Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus

Penulis Mentari Risnauli Siahaan, Andi Hairil Alimuddin, Harlia

Pendahuluan Infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang


kesehatan, khususnya dalam bidang ilmu kedokteran.
Beberapa bakteri yang paling sering menimbulkan infeksi
adalah Staphylococus aureus dan Escherichia coli. Bakteri S.
aureus merupakan bakteri normal pada kulit dan selaput
lendir pada manusia. S. aureus dapat menjadi penyebab
infeksi baik pada manusia, maupun pada hewan. sedangkan
E. coli adalah kuman yang banyak ditemukan di usus besar
manusia sebagai bakteri normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi yang sering terjadi pada usus misalnya
diare pada anak (Jawetz et al., 1996).
Sampai saat ini penanggulangan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri masih mengandalkan berbagai antibiotik. Hal ini
menimbulkan kekuatiran akan munculnya strain bakteri baru
yang resisten terhadap antibiotik. Landak laut diperkirakan
mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi
sebagai antibakteri alami yang dapat digunakan. Menurut
Aprilia, dkk (2012) cangkang landak laut memiliki
kandungan senyawa aktif yang bersifat toksik, diperkirakan
racun yang ada dalam landak laut tersebut dapat juga
digunakan sebagai antibakteri.
Landak laut adalah kelompok hewan yang sering dijumpai di
daerah laut, landak laut dapat ditemukan mulai perairan laut
tropis hingga laut di daerah kutub. Menurut Aprilia dkk,
(2012) landak laut adalah suatu binatang laut yang 95%
tubuhnya terdiri dari duri-duri yang bisa digerakkan yang
muncul dari badannya. Organisme yang tergolong dalam
kelas Echinodea ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pangan bergizi pada beberapa negara dan berguna dalam
ekologi (Kimball, 1983; Lang & Schroeter,1976).
Penelitian ini akan menelusuri informasi kelompok senyawa
metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol dan
hasil partisi dari landak laut (Diadema setosum) serta
aktivitas antibakterinya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang bermanfaat tentang kelompok
senyawa metabolit sekunder dan potensi antibakteri landak
laut (D. setosum), terhadap bakteri E. coli dan S .aureus.
Metode Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah vakum evaporator, autoklaf,
timbangan analitik, penangas air, seperangkat alat gelas,
spektrofotometer UV-Vis (genesys 6) dan vortex. Bahan
bahan yang digunakan antara lain cangkang landak laut (D.
setosom) yang diperoleh dari Pulau Lemukutan dani reagen
pro analitis Merck serta reagen teknis
Preparasi Sampel Cangkang Landak Laut
Sampel yang akan digunakan untuk diekstrak adalah landak
laut (D. setosum). Landak laut diambil dan dibersihkan,
dipisahkan antara cangkang dan duri dari bagian isi perut
landak laut.
Ekstraksi Sampel
Ekstraksi Secara maserasi dengan Etanol Sebanyak 20 kg
potongan landak laut direndam dengan 5 L etanol di dalam
bejana maserasi, ditutup dan dibiarkan selama 24 jam
disimpan dalam keadaan terlindung dari cahaya matahari,
lalu disaring. Ampas direndam lagi dengan etanol dan
dibiarkan selama 24 jam. Penyarian dilakukan sebanyak 3
kali. Ekstrak etanol yang diperoleh dipekatkan dengan alat
evaporator hingga diperoleh ekstrak landak laut pekat
kemudian di lakukan partisi.
Partisi ekstrak berdasarkan kepolaran (Harborne, 1987)
Ekstrak yang telah didapatkan dari hasil evaporasi sebanyak
80 gram di larutkan menggunakan 1 L pelarut etanol 96%.
Setelah didapatkan hasil dilanjutkan dengan proses partisi
dengan pelarut n-heksan, kloroform dan etil asetat.
Ekstrak etanol dan berbagai fraksi landak laut dibuat 5 seri
konsentrasi (20-100 mg/ml) dengan menggunakan DMSO.
Konsentrasi tersebut dibuat dengan cara menimbang masing-
masing ekstrak dan hasil dari setiap fraksi sebanyak 100 mg.
kemudian dilarutkan masing-masing ke dalam DMSO hingga
volumenya 1ml dan dilakukan pengenceran (Dewi, 2010).
Identifikasi Komponen Metabolit Sekunder
Prosedur identifikasi metabolit sekunder menurut Harborne
(1987), meliputi identifikasi alkaloid, steroid/ triterpenoid,
saponin, flavonoid dan polifenol.
Uji Aktivitas Antibakteri
Metode uji aktivitas antimikroba yang digunakan adalah
metode difusi sumuran. Sebanyak 50 μL suspensi bakteri
penguji dinokulasikan ke dalam 20 mL media agar NA yang
telah dituangkan kedalam petri dish. Setelah itu dibuat sumur
dengan diameter 5 mm diisi dengan 50 μL larutan sampel
ekstrak antibakteri (ekstrak etanol, etil asetat, kloroform dan
n-heksan) yang telah diencerkan sebelumnya ke dalam sumur
pada masing-masing cawan yang telah diinokulasikan bakteri
E. Coli dan S. aureus. Lalu, diinkubasi pada suhu 37ºC
selama 24 jam ke dalam inkubator. Kemudian diukur
Diameter Daya Hambat (DDH) pada daerah bening lubang
dengan menggunakan jangka sorong. Sebagai kontrol positif
digunakan tetrasiklin 2% yang dibuat dengan cara sebanyak
0,02 gram ampisilin dilarutkan dalam 1 mL akuades (2%)
(w/v). Kontrol negatif adalah larutan DMSO yang dibuat
dengan cara melarutkan DMSO 5 ml kedalam akuades 50 mL
(Davis and Stout, 1971).
Hasil dan Pengambilan dan Preparasi sampel
Pembahasan Sampel landak laut (D.setosum) di preparasi dengan cara
dipotong kecil-kecil sebanyak 20 kg (basah) kemudian
dimaserasi menggunakan pelarut etanol.
Maserasi Sampel
Maserasi dilakukan selama 24 jam dengan tiga kali
pengulangan hingga diharapkan semua komponen senyawa
terekstraksi kedalam pelarut etanol. Maserat dikumpulkan
kemudian diuapkan pelarutnya dengan evaporator pada suhu
dibawah 50 oC. Suhu yang digunakan lebih rendah dari titik
didih etanol, sehingga tidak akan merusak senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada ekstrak etanol landak laut.
Ekstrak etanol pekat yang diperoleh seberat 142 gram dan
berwarna hitam.
Partisi Sampel
Ekstrak etanol yang telah didapatkan pada proses maserasi
kemudian dilanjutkan dengan proses partisi. Proses partisi
yang dilakukan dengan metode cair-cair, partisi
menggunakan empat pelarut yaitu n-heksan, kloroform, etil
asetat dan etanol.
Proses pertama dilakukan penimbangan ekstrak landak laut
sebanyak 80 gram yang kemudian dilarutkan ke dalam etanol
1 L. Hal ini dilakukan agar ekstrak terendam dan larut
sempurna pada pelarut etanol. Ekstrak etanol yang telah larut
kemudian dipartisi dengan pelarut n-heksan. Hasil ini
memberikan dua lapisan yang terdapat didalam corong pisah.
Fraksi n-heksan yang berada pada lapisan atas sedangkan
etanol yang berada pada lapisan bawah, dikarenakan n-
heksan memiliki massa jenis yang lebih rendah dibandingkan
dengan etanol yaitu (0,66 g/L) sedangkan etanol (0,789 g/L).
Hasil fraksi n-heksan memberikan warna kuning. Perubahan
warna dari pelarut yang sebelumnya tidak berwarna berubah
menjadi kuning menunjukkan bahwa adanya kemungkinan
terdapat komponen yang terlarut dalam pelarut n-heksan.
Lapisan etanol kemudian dipartisi kembali dengan pelarut
kloroform sehingga diperoleh dua lapisan yang berbeda
kelarutan. Lapisan kloroform berada pada lapisan bawah
yang dikarenakan massa jenis kloroform yang lebih berat
dibandingkan etanol sebesar 1,48g/L, warna yang didapatkan
pada lapisan kloroform lebih gelap dibandingkan pada fraksi
n-heksan. Lapisan etanol yang didapat kemudian dipartisi
kembali menggunakan pelarut etil asetat. Lapisan etil asetat
yang didapatkan berada pada lapisan bawah, hal ini
dikarenakan massa jenis etil asetat lebih berat sebesar
0,894g/L dibandingkan dengan massa jenis etanol, warna
yang didapatkan lebih gelap dibandingkan pada hasil fraksi
n-heksan dan kloroform.
Fraksi yang telah didapatkan pada proses partisi kemudian
dilanjutkan dengan pemekatan dengan menggunakan alat
evaporator. Hal ini bertujuan agar didapatkan hasil pekat dari
fraksi n-heksan, kloroform, etil asetat dan etanol pada proses
partisi.
Uji Fitokimia
Uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi
kloroform, etil asetat, n-heksan dan etanol positif
mengandung senyawa triterpenoid. Pada ekstrak etanol,
fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan etanol positif
mengandung alkaloid, polifenol dan saponin, sedangkan
fraksi n-heksan tidak teridentifikasi terdapatnya kandungan
senyawa metabolit saponin, polifenol dan alkaloid. Senyawa
triterpenoid yang dihasilkan pada uji fitokimia positif dilihat
dari terbentuknya warna merah pada ekstrak etanol dan hasil
fraksi n-heksan, fraksi klororoform, fraksi etil asetat dan
fraksi etanol. Senyawa alkaloid dan senyawa saponin yang
dihasilkan pada hasil uji ekstrak etanol, fraksi kloroform,
fraksi etil asetat dan fraksi etanol dilihat dengan terdapatnya
endapan coklat pada uji alkaloid menggunakan reagen
wagner dan dragendrof dan terdapatnya busa pada uji
saponin.
Masing-masing ekstrak etanol dan fraksi yang telah
diidentifikasi dengan uji fitokimia kemudian dilanjutkan
dengan uji menggunakan plat KLT dan reagen penampak
noda, serta dibantu dengan pemanasan untuk mempercepat
reaksi. Menurut Pratiwi, dkk (2012) skrining fitokimia
senyawa golongan alkaloid menunjukkan hasil positif jika
penyemprotan dengan reagen serium (IV) sulfat
menghasilkan bercak noda berwarna coklat jingga dengan
visualisasi pada sinar tampak dan pendar hijau muda dengan
visualisasi menggunakan sinar UV 366 nm dan sinar UV 254
nm. Uji senyawa golongan flavonoid menunjukkan hasil
positif dengan menunjukkan warna kuning-hijau setelah
disemprot dengan menggunakan reagen AlCl3 dan
diloanjutkan dengan pemanasan untuk mempercepat proses
reaksi (Handayani dkk., 2014). Uji senyawa golongan fenolik
menunjukkan hasil positif dengan menunjukkan warna coklat
setelah disemprot dengan reagen serium (IV) sulfat (Pratiwi
dkk., 2012). Uji senyawa golongan triterpenoid dan steroid
memberikan hasil positif dengan menunjukkan warna merah-
ungu pada triterpenoid dan warna hijau pada steroid setelah
disemprotkan dengan reagen Libermann-Burchard dan
dibantu dengan proses pemanasan.

Menurut Venogupal (2009) anggota Echinodermata banyak


memproduksi beberapa senyawa metabolit sekunder satu
anggota Echinodermata yang dikenal memiliki senyawa
metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai antibakteri
adalah teripang. Salah satu jenis teripang yang dikenal
memiliki kemampuan terhadap aktivitas anti bakteri tersebut
ialah Stichopus hermanii. Menurut Rasyid (2012) hasil
ekstrak metanol teripang S. hermanii memiliki kemampuan
sebagai antibakteri. Selain itu pada pengujian terhadap
teripang anggota Echinodermata lain seperti teripang
(Holoturia atra) diketahui mengandung senyawa metabolit
sekunder berupa alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin
(Septiadi, dkk 2013).
Kesimpulan Pada ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan
fraksi etanol yaitu alkaloid, fenolik, saponin dan triterpenoid.
Fraksi n-heksan hanya terkandung triterpenoid.
Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memiliki aktivitas
antibakteri yang terbaik dengan diameter zona bening sebesar
12,02 mm pada konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri
S.aureus..
Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memiliki aktivitas
antibakteri yang terbaik dengan diameter zona bening sebesar
11,02 mm pada konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri E.
Coli.

Anda mungkin juga menyukai