Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FITOKIMIA

“FRAKSINASI BROTOWALI (Tinospora cordifolia)”

DOSEN PENGAMPU : Sinta Ratna Dewi, S.Farm., M.Si, Apt

DISUSUN OLEH :
NAMA : Maulida Hasanah
NIM : 1811102415066
KELAS :A
KELOMPOK : 5

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan
dengan menggunakan ekstraksi metode refluks dan menghitung
rendemennya Brotowali (Tinospora cordifolia).
B. LATAR BELAKANG
Ekstrak brotowali (T.crispa) dilakukan dengan cara batangnya
dipotong-potong, lalu dijemur dibawah sinar matahari sampai kering.
Batang yang akan diekstraksi harus dari tanaman yang sehat dan
setelah penjemuran batang harus dipastikan dalam kondisi kering
sempurna (Pujiyanto, S., et al., 2019).
Untuk mendapatkan ekstraksi yang menyeluruh dan
mendapatkan senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas
farmakologi maka pemilihan pelarut yang digunakan untuk
mengekstraksi merupakan faktor yang penting. Menurut Pujianto
(2019), jenis pelarut pengekstraksi juga mempengaruhi jumlah
senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak, sesuai konsep like
disolve like, di mana senyawa yang bersifat polar akan larut dalam
pelarut polar dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam
pelarut non polar (Pujiyanto, S., et al., 2019).
Menurut Pujianto (2019), yang menjelaskan bahwa untuk
ekstraksi Suatu bahan yang akan digunakan sebagai obat harus
menggunakan etanol sebagai pelarut nya. Alasan lainnya adalah
karena etanol mudah menguap, murah, mudah didapat dan cukup
aman. Prinsip dari ekstraksi sendiri adalah penarikan senyawa-
senyawa dalam tanaman oleh pelarut yang sesuai, baik dari segi
keamanan dan kepolarannya.
Refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya nya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dan adanya pendingin balik. Ekstraksi dapat
berlangsung dengan efisien dan senyawa dalam sampel secara
lebih efektif dapat ditarik oleh pelarut (Susanty, S., & Bachmid, F.,
2016).
Fraksinasi adalah prosedur pemisahan yang bertujuan
memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari golongan
utama yang lain. Ekstrak kasar metanol hasil maserasi selanjutnya
difraksinasi kan dengan 2 macam pelarut yang berbeda sesuai
dengan tingkat kepolarannya (Puspitasari, L., Rijai, L., & Herman, H.,
2018).
Cairan penyaring yang digunakan adalah etanol 96% yang
merupakan campuran hidrogen yang kerjanya gabungan antara
pelarut polar dan nonpolar (Abdul, A., 2018).
Isolat yang diperoleh dilakukan uji kualitatif untuk melihat
profil kromatografi yang terjadi dengan perbedaan kepolaran dan
daya absorpsi antara fase diam dan solute (zat terlarut). Isolat
nonpolar mengandung alkana; alkohol; asam karboksilat; komponen
fenol; furan dan terpena sedangkan polar mengandung alkana;
alkohol; asam karboksilat; benzopiren; komponen fenol dan sulfur
(Abdul, A., 2018).
Rendemen ekstrak dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut (Fauzi, N. P., et al., 2017) :
Berat Ekstrak
Rendemen Ekstrak = × 100%
Berat Simplisia
BAB II
DASAR TEORI
Salah satu tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat
untuk obat t Marlina, M., et al., 2017).radisional adalah tanaman
brotowali (Tinospora crispa Linn). Brotowali merupakan tanaman
yang berasal dari famili menispermaceae yang banyak mengandung
alkaloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin,
harsa, berberine, palmatin dan columbine (Marlina, M., et al., 2017).
Famili menispermaceae terdiri dari 70-75 genus dan sekitar 450
spesies. Menispermaceae kaya akan alkaloid dan daun-daunan dari
berbagai spesies menispermaceae telah digunakan di Afrika, Asia
dan Amerika. Tumbuhan brotowali ini tersebar di Indonesia terutama
di bagian timur seperti Sulawesi, Maluku dan Irian. Sedangkan di
bagian Barat yaitu pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera (Marlina,
M., et al., 2017).
Sebelum difraksinasi, ekstrak kental dianalisis dengan
kromatografi lapis tipis (KLT). Ekstrak kental yang terdiri dari
beberapa komponen tersebut di fraksinasi dengan metode
kromatografi kolom cair vakum menggunakan silica gel 60 H Merck
dan silika gel G 60 (230-400 mesh) sebagai fase diam, sedangkan
eluennya dari hasil KLT. Hasil fraksinasi di klt dengan eluen yang
sama, kemudian yang sama nilai RFnya digabungkan (Marlina, M.,
et al., 2017).
Tumbuhan brotowali kaya kandungan kimia yang bermanfaat
untuk proses pengobatan, salah satunya adalah alkaloid.
Berdasarkan berbagai literatur dan catatan pengalaman yang turun-
temurun dari berbagai negara dan dan daerah tanaman ini dapat
menyembuhkan berbagai penyakit. Diperkirakan tumbuhan ini
mempunyai prospek yang baik sebagai antikanker (Puspitasari, L.,
Rijai, L., & Herman, H., 2018).
Ekstraksi kasar metanol hasil diekstraksi selanjutnya
difraksinasi dengan dua macam pelarut yang berbeda sesuai
dengan tingkat kepolarannya. Proses ini menggunakan metode
fraksinasi padat-cair. Ekstrak fraksi n-heksana dan etil asetat inilah
yang akan digunakan pada pengujian metabolit sekunder dan
aktivitas antioksidan, beserta dengan ekstrak kasar metanol daun
brotowali (Tinospora crispa linn) (Puspitasari, L., Rijai, L., & Herman,
H., 2018).
Brotowali (Tinospora crispa) merupakan jenis tumbuhan obat
dari Marga Tinospora Miers dan termasuk dalam suku
menispermaceae. Tanaman obat seperti T.crispa dapat digunakan
sebagai sumber antioksidan karena kandungan flavonoidnya.
Ekstraksi senyawa aktif dari sumber alam biasanya diawali dengan
ekstraksi dilanjutkan dengan fraksinasi untuk memisahkan setiap
senyawa yang polaritasnya. Penelitian sebelumnya menemukan
bahwa fraksi T.crispa menghasilkan aktivitas antioksidan yang lebih
rendah dibandingkan fraksi air dibandingkan dengan fraksi etil
asetatnya (Warsinah, W., Baroroh, H. N., & Harwoko, H., 2020).
T.crispa dari Laos memiliki aktivitas antimikroba bakteri terhadap
M.tuberculosis dengan konsentrasi hambat minimum (MIC) 2,4396,2
ug/ml. Namun belum ada laporan tentang aktivitas antimikrobakteri
T.crispa yang tumbuh di Indonesia beserta fraksi atau isolatnya
(Wahyuningrum, R., et al., 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
a. Alat (Marlina, M., et al., 2017)
1. Blender 15. Botol semprot
2. Baskom 16. Botol vial
3. Bejana maserasi 17. Batang pengaduk
4. Evaporator 18. Lampu UV
5. Corong buchner (panjang
6. Kolom gelombang 254 nm
kromatografi cair dan 365 nm)
vakum 19. Penangas air
7. Kolom Flash 20. Oven
8. Labu Erlenmeyer 21. Chamber
berbagai ukuran 22. Alat pengukur titik
9. Gelas ukur leleh
10. Corong biasa 23. Spektrofotometer
11. Gelas kimia FTIR
12. Pipet tetes 24. Spektrofotometer
13. Plat tetes GC-MS
14. Pipa kapiler
b. Bahan (Marlina, M., et al., 2017)
1. Metanol
2. n-heksan
3. Etil-asetat
4. Kloroform
5. Aquadest
6. Beberapa reagen seperti pereaksi Liebermann-Burchard,
FeCl3, Mayer, Wagner, Silika gel G 60, Pelat KLT aluminium
berlapis silika gel 60 GF254, aluminium foil dan kertas
saring.
B. PROSEDUR KERJA (Marlina, M., et al., 2017)
1. Ekstraksi
Batang brotowali dicuci terlebih dahulu kemudian dikeringkan
dengan cara dianginanginkan. Batang yang telah kering
kemudian dihaluskan menggunakan blender. Sebanyak 4,5
kilogram serbuk halus batang brotowali dimaserasi dengan
metanol selama 3x24 jam. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan
menggunakan evaporator sampai kira-kira tinggal seperempat
dari volume awal (ekstrak kental). Selanjutnya dilakukan uji
pendahuluan terhadap ekstrak kental yang diperoleh dengan
berbagai pereaksi diantaranya pereaksi Liebermann-Burchard
(terpenoid dan steroid), FeCl3 (flavonoid), Mayer (alkaloid), dan
Wagner (alkaloid).
2. Fraksinasi
Sebelum difraksinasi, ekstrak kental dianalisis dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan eluen etil
asetat : n-heksan, n-heksan : kloroform, dan etil asetat : kloroform
pada berbagai perbandingan untuk mengetahui jenis pelarut dan
perbandingan yang sesuai pada kromatografi kolom cair vakum.
Ekstrak kental yang terdiri dari beberapa komponen tersebut
difraksinasi dengan metode kromatografi kolom cair vakum
menggunakan silika gel 60 H Merck dan silika gel G 60 (230 –
400 mesh) sebagai fasa diam, sedangkan eluennya
menggunakan eluen dari hasil KLT. Hasil fraksinasi di KLT
dengan eluen yang sama, kemudian yang sama nilai Rfnya
digabungkan. Selanjutnya fraksi gabungan difraksinasi dengan
kromatografi kolom flash. Tujuan dari kromatografi kolom flash
adalah untuk memisahkan senyawa yang diperoleh yang berasal
dari fraksinasi kromatografi kolom cair vakum sehingga lebih
murni. Fraksi-fraksi yang diperoleh dianalisis menggunakan KLT.
Fraksi-fraksi yang mempunyai nilai Rf yang sama digabung
kemudian diuapkan hingga diperoleh padatan.
3. Pemurnian
Komponen padatan yang diperoleh dikristalisasi atau
direkristalisasi. Kemurnian senyawa yang diperoleh ditentukan
dengan melakukan KLT sistem tiga eluen dengan eluen etil
asetat:n-heksan, nheksan:kloroform, etil asetat:kloroform dan uji
titik leleh. Jika titik leleh senyawa menunjukkan trayek titik leleh
yang tajam, maka senyawa tersebut dinyatakan murni secara
KLT dan titik leleh.
4. Identifikasi
Kristal diuji menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard,
FeCl3, Wagner dan Mayer untuk mengetahui golongan senyawa
metabolit sekunder yang diperoleh dan identifikasi lebih lanjut
dilakukan uji spektroskopi dengan menggunakan
spektrofotometer inframerah dan spektrofotometer massa untuk
mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN
A. Data Perhitungan Kelompok 5
 Berat Simplisia = 5,0052 gr
 Berat Cawan Kosong = 55,7258 gr
 Berat Cawan + Ekstrak Non Polar = 177,2340 gr
 Berat Cawan + Fraksi Semi Polar = 125,1263 gr
 Berat Cawan + Fraksi Polar = 98,8769 gr
B. Perhitungan
a. Perhitungan Berat Ekstrak
Rumus: (Berat Cawan + Ekstrak Non Polar) – (Berat
Cawan Kosong)
= 177,2340 gr – 55,7258 gr
= 121,5082 gr
b. Perhitungan Berat Fraksi Semi Polar
Rumus : (Berat Cawan + Fraksi Semi Polar) – (Berat
Cawan Kosong)
= 125,1263 gr – 55,7258 gr
= 69,4005 gr
c. Perhitungan Berat Fraksi Polar
Rumus : (Berat Cawan + Fraksi Polar) – (Berat Cawan
Kosong)
= 98,8769 gr – 55,7258 gr
= 43,1511 gr
d. Perhitungan Rendemen Ekstrak
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌
Rumus : %𝑹𝒆𝒏𝒅𝒆𝒎𝒆𝒏 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑺𝒊𝒎𝒑𝒍𝒊𝒔𝒊𝒂
121,5082 𝑔𝑟
%Rendemen = × 100%
5,0052 𝑔𝑟

= 2427,6392%
e. Perhitungan Rendemen Fraksi Semi Polar
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑭𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊 𝑺𝒆𝒎𝒊 𝑷𝒐𝒍𝒂𝒓
Rumus : %𝑹𝒆𝒏𝒅𝒆𝒎𝒆𝒏 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌
69,4005 𝑔𝑟
%Rendemen = × 100%
121,5082 𝑔𝑟
= 57,1158%
f. Perhitungan Rendemen Fraksi Polar
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑭𝒓𝒂𝒌𝒔𝒊 𝑷𝒐𝒍𝒂𝒓
Rumus : %𝑹𝒆𝒏𝒅𝒆𝒎𝒆𝒏 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒂𝒌
43,1511 𝑔𝑟
%Rendemen = × 100%
121,5082 𝑔𝑟

= 35,5129%
BAB V
PEMBAHASAN
Refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dan adanya pendingin balik. Ekstraksi dapat berlangsung dengan efisien
dan senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik oleh pelarut.
Dilakukan refluks selama 1 jam karena hasil dari refluks menunjukkan lebih
tinggi, Untuk ekstraksi secara refluks pelarut dan bahan baku sudah terjadi
kontak pada saat pencampuran maka hasil ekstraksi secara refluks
menunjukkan yield lebih tinggi untuk pencapaiannya serta semakin tinggi
pelarut menghasilkan ekstrak yang semakin tinggi pula. (Susanty, S., &
Bachmid, F., 2016).
Pada metode ekstraksi menggunakan refluks, adanya penambahan
panas dapat membantu meningkatkan proses ekstraksi karena suhu
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan
ekstraksi. Suhu yang tinggi dapat meningkatkan desorpsi senyawa aktif dari
tanaman karena perusakan sel pada bahan meningkat akibat suhu pelarut
yang tinggi. Selain adanya penambahan suhu yang tinggi, pada metode
refluks pelarut yang digunakan akan tetap segar ketika terjadinya ekstraksi
sehingga menghindari terjadinya kejenuhan pelarut yang dapat
meningkatkan kemampuan pelarut untuk menarik senyawa andrografolid
(Susanti, N. M. P., et al., 2015).
Proses destilasi bertingkat (fraksinasi) ini digunakan untuk
komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan. Sistem kerjanya sama
dengan destilasi sederhana, perbedaannya adalah adanya kolom
fraksinasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda
ini bertujuan untuk pemurnian destilat yang lebih baik daripada plat-plat di
bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya (Pristiwanto,
A. E., & Subagyo, R., 2019).
Dalam pemilihan pelarut pada praktikum seperti Petroleum eter,
kloroform dan etanol. Kalau Petroleum eter merupakan pelarut organik yang
bersifat nonpolar di mana dapat melarutkan senyawa-senyawa, seperti
flavonoid, steroid dan terpenoid. Begitu pula dengan Klorofor, Kloroform
juga bersifat nonpolar dan Etanol, Etanol merupakan pelarut organik yang
bersifat polar sehingga dapat melarutkan seluruh golongan metabolit
sekunder. Semua senyawa dapat terlarut dalam ekstrak etanol tersebut,
sehingga senyawasenyawa tersebut masih dapat dipisahkan lagi menjadi
beberapa fraksi (Anwar, K., et al., 2017).
Penambahan natrium sulfat anhidrat Na2SO4 bertujuan untuk
memurnikan hasil yang diinginkan denganmengikat sisa-sisa air yang
masih bercampur dengan lapisan organik tersebut. Natrium sulfat
anhidratakan tetap mengendap, lalu dilakukan pemisahan terhdap lapisan
organik yang didapat dengandekantasi. Lapisan organik tersebut
merupakan metil benzoat yang sudah termurnikan (Ar-rosyidah, F. H.,
2016).
Kegunaan untuk menghitung rendemen yaitu Agar lebih
memudahkan dalam pemeriksaan parameter ekstrak dan pemeriksaan
secara organoleptik meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa (Fauzi, N. P., et
al., 2017).
Dalam praktikum kali ini Setelah proses ekstraksi selesai diperoleh
hasil rendemen Ekstrak sebesar 2427,6392 % lalu hasil rendemen Fraksi
Semi Polar sebesar 57,1158 % lebih banyak dari rendemen Fraksi Polar
sebesar 35,5129 %. Semakin besar rendemen yang dihasilkan, maka
semakin efisien perlakuan yang diterapkan dengan tidak
mengesampingkan sifat-sifat lain. Berdasarkan hasil rendemen dapat
diasumsikan bahwa komponen bioaktif yang terkandung dalam Frasinasi
Semi Polar dan Ekstrak lebih banyak dibandingkan dengan Fraknisasi
Polar. Berdasarkan literatur bahwa nilai rendemen yang tinggi menunjukkan
banyaknya komponen bioaktif yang terkandung didalamnya.
Berikut kandungan senyawa yang terdapat pada ektrak polar,
semipolar dan non polar. Senyawa hasil identifikasi dalam polar adalah
flavonoid, fenolik dan alkaloid. Semipolar mengandung fenolik dan alkaloid.
Sedangkan non polar mengandung senyawa alkaloid dan fenolik
(Giyanirfani, F., 2020).
Penyimpanan yang tepat dari hasil ektrak atau fraksi yaitu Ekstrak
diambil lalu disimpan di tempat dengan suhu yang tepat yaitu suhu kulkas
hingga sekitar 7 hari (Seja, Y., Ardana, M., & Aryati, F., 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, A. (2018). Identifikasi Dan Isolasi Isolat Non Polar, Semipolar Dan
Non Polar Dari Fraksi Heksana Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper
Betle L.) Dengan Metode Tlc Scanner Dan Gc-Ms. Jurnal Ilmiah
Farmasi Farmasyifa, 1(2), 88-98.
Anwar, K., Hariadi, R. E. P., Kamalia, N., Santoso, H. B., & Ngindra, A. P.
L. (2017). Perbandingan Efek Ekstrak Etanol, Fraksi N-Butanol, Dan
Fraksi Petroleum Eter Daun Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia
(Hemsley) A. Gray) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Mencit Jantan Yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Pharmascience, 3(2).
Ar-Rosyidah, F. H., Rochman, H. A., Hendrianie, N., & Juliastuti, S. R.
(2016). Studi Pendirian Pabrik Natrium Sulfat Dekahidrat Di
Kabupaten Sampang. Jurnal Teknik ITS, 5(2), B320-B323.
Fauzi, N. P., Sulistiyaningsih, S., Runadi, D., & Wicaksono, I. A. (2017). Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Fraksi Daun Jawer Kotok
(Coleus Atropurpureus (L.) Benth.) Terhadap Bakteri
Propionibacterium Acnes ATTC 1223 Dan Staphylococcus
Epidermidis ATTC 12228. Farmaka, 15(3), 45-55.
Giyanirfani, F. (2020). Potensi Sitotoksik Ekstrak Etanol Dan Tiga Fraksi
Dari Kulit Akar Mangrove Kedabu (Sonneratia Ovata) Terhadap Sel
Kanker MCF-7 (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Marlina, M., Sudding, S., & Salempa, P. (2017). Isolasi Dan Identifikasi
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak N-Heksan Batang Brotowali
(Tinospora Crispa Linn). Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia Dan
Pendidikan Kimia, 16(2), 77-84.
Pristiwanto, A. E., & Subagyo, R. (2019). Analisis Hasil Fermentasi
Pembuatan Bioetanol Dengan Variasi Massa Ragi Menggunakan
Bahan (Beras Ketan Hitam, Beras Ketan Putih Dan
Singkong). Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa Rotary, 1(2), 157-172.
Pujiyanto, S., Wijanarka, W., & Raharjo, B., (2019). Aktivitas Inhibitor Α
Amilase Ekstrak Etanol Tanaman Brotowali (Tinospora Crispa
L.). Bioma: Berkala Ilmiah Biologi, 21(2), 91-99.
Puspitasari, L., Rijai, L., & Herman, H. (2018). Identifikasi Golongan
Metabolit Sekunder Dan Aktivitas Antioksidan Eksstrak Daun
Brotowali (Tinospora Tuberculata Beumee). Sainstech Farma, 11(1),
18-24.
Seja, Y., Ardana, M., & Aryati, F. (2018, December). Pengaruh Suhu Dan
Lama Penyimpanan Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine Americana
L (Merr)) Terhadap Aktivitas Antibakteri. In Proceeding Of
Mulawarman Pharmaceuticals Conferences (Vol. 8, Pp. 150-155).
Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani, N. P. L., Widjaja, I. N. K.,
Rismayanti, A. A. M. I., & Wirasuta, I. M. A. G. (2015). Perbandingan
Metode Ekstraksi Maserasi Dan Refluks Terhadap Rendemen
Andrografolid Dari Herba Sambiloto (Andrographis Paniculata
(Burm. F.) Nees). Jurnal Farmasi Udayana, 4(2), 279746.
Susanty, S., & Bachmid, F. (2016). Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi Dan Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol
Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Konversi, 5(2), 87-92.
Wahyuningrum, R., Ritmaleni, R., Irianti, T., Wahyuono, S., Kaneko, T., &
Nuryastuti, T. (2017). Antituberculosis Activity Of Brotowali
(Tinospora Crispa) Extract And Fractions Against Mycobacterium
Tuberculosis Using Microplate Alamar Blue Assay Method. Majalah
Obat Tradisional (Traditional Medicine Journal), 22(2), 124-130.
Warsinah, W., Baroroh, H. N., & Harwoko, H. (2020). Phytochemical
Analysis And Antioxidant Activity Of Brotowali (Tinospora Crispa L.
Mier) Stem. Molekul, 15(2), 73-78.

Anda mungkin juga menyukai