Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN

NON SOLID DAN STERIL

“SUSPENSI”

NAMA: M Rizky Mahfuzi


NIM : 1811102415063
Dosen Pengampu : apt. Deasy Chairin Nur Hanifa, S.Farm., M.Clin.Pharm

PROGRAMSTUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul
Suspensi
B. Tujuan Praktikum
Dapat memahami cara pembuatan memformulasi
sediaan suspensi kontrol kualitas (Evaluasi) sediaan suspensi
meliputi : menghitung derajat flokulasi, Perbedaan metode
pembuatan suspensi dan pengaruh tipe alat terhadap stabilitas
suspensi.
C. Latar Belakang
Suspensi adalah cairan oral yang mengandung satu atau
lebih bahan aktif yang tersuspensi dalam pembawa yang sesuai.
Padatan tersuspensi akan perlahan terpisah saat berdiri tetapi
dengan mudah dapat dicampurkan dengan cara dikocok. (Ahuja,
Rk, 2015)
Mikroenkasulasi obat telah disarankan pengontrol
Pelepasan obat dan Mikrosfer dirumuskan dan dikembangkan
sebagai suspensi yang dilarutkan untuk memungkinkan
kemudahan menelan dan fleksibilitas dalam pengaturan Dosis.
(Anuradha R.Mhadjut, 2017)
Salah Satu Pembuatan Suspensi adalah Karena Obat-
Obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tetapi
stabil bila disuspensi. (Emilia, 2016)
BAB II
DASAR TEORI

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel


padat tidak larut yang terdispersi dalam Fase cair. Partikel-partikel
nya memiliki kecenderungan untuk bersatu dan membentuk
sesuatu gumpalan sehingga mengendap di dasar botol.
( R.Wahyuni, 2017).
Ada Beberapa metode untuk dalam pembuatan suspensi
yaitu :
 Metode dispersi, dengan cara menggambungkan partikel-
partikel dalam larutan sejati agar menjadi koloid.
 Metode presipitasi, pencampuran asam dan basa yang
menghasilkan padatan kristalin dan air.
 Stabilitas dipercepat. (Yeyen Nor.F, 2015)
Banyak hal yang diperlukan dalam mengembangkan
suatu bentuk sediaan suspensi. Salah satunya adalah pemilihan
Suspending agent. Spending agent dibagi menjadi beberapa golongan,
golongan pertama adalah Polisakarida yang terdiri dari GOM Akasia,
tragakan, starch, Karagen, dan xhantan gum. Golongan kedua adalah
turunan Selulosa, contohnya metil Selulosa, CMC-NA, dan Avicel.
Golongan ketiga adalah clay misalnya Bentonit dan hectocrite. ( Ni Made
Dharma, 2015).
Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen
komponen yang terdapat dalam formulasi, zat pensuspensi diperlukan
penanganan dalam proses pembuatan, penyimpanan maupun pemilihan
bahan pensuspensi. (Yeyen Nor.F, 2015).
Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa diidentifikasi
sebagai keadaan di mana Particle tidak menggumpal dan tetap
terdistribusi Merata di seluruh sistem dispersi. Karena keadaan ini jarang
menjadi kenyataan maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika
Partikel partikel tersebut harus dengan mudah Disuspensi kembali dengan
sedikit pengocokan saja. (R. Wahyuni, 2017).
BAB III
JALANNYA PERCOBAAN

A. Alat Dan Bahan


a) Alat
 Alat Volumetric
 Mixer
 Tabung reaksi
 Mortir dan stamper
 Beaker glass
 Batang pengaduk
 Mikroskop
 Objek glass
b) Bahan
 Sulfadiazina
 Sulfamerazina
 Sulfadimidina
 Asam sitrat
 CMC-Na
 Metil paraben
 NaOH
 Gula
 Etanol
 Sodium lauril sulfat (SLS)
 AlCl2
 Akuadest

B. Cara Kerja
a. Menghitung Derajat Flukolasi
• Cara pembuatan:
1. Dilarutkan SLS ke dalam sebagian aqua
2. Serbuk sulfadiazina didispersikan dalam larutan yang
mengandung SLS, diaduk sampai semua serbuk terbasahi,
jika perlu ditambahkan sedikit akuadest.
3. Ditambahkan larutan A\CI3 secara seksama pada formula-
formula B, C, D, E. Diaduk sampai homogen dan terjadi
suatu dispersi terflokulasi.
4. Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala
(sekitar 10-12 mL),ditambah akuadest sampai 60 mL,
digojok homogen.
5. Ditermpatkan tabung dalam rak. Dicatat tinggi pengendapan
pada waktu tertentu: 0,5, 10,15,20,25,30, 60 menit. Diamati
pula supernatannya.
6. Ditentukan suspensi yang deflokulasi dan suspensi yang
terflokulasi serta dibuat grafik waktu vs harga Funtuk kelima
formula tersebut.
7. Dihitung derajat flokulasi suspensi denga rumus

b. Mengenal metode pembuatan suspense


1. Cara presipitasi
a) Dicampur ketiga sulfa sampai homogen dalam mortir.
b) Dibuat gel Na-CMC dengan cara menambahkan sedikit
air panas diaduk sampai mengembang semua kemudian
ditambahkan sisa air sampai terbentuk gel Na-CMC yang
jernih dan homogen.
c) Dilarutkan NaOH dalam sebagian air (pastikan semua Na
OH sudah larut).
d) Ditambahkan larutan NaOH ke dalam campuran sulfa
sambil diaduk sampai terbentuk larutan jernih dan
homogen.
e) Ditambahkan secara bertahap gel Na-CMC ke dalam
campuran diaduk sampai homogen, lalu ditambahkan
sirup simpleks.
f) Ditambahkan metil paraben yang telah dilarutkan dalam
etanol.
g) Sambil diaduk, ditambahkan larutan asam sitrat ke dalam
campuran.
h) Ditambahkan air hingga volume akhir 300 m.
i) Ditempatkan suspensi dalam tabung reaksi yang telah
diberi skala untuk pengamatan

2. Cara Dispersi
a) Dicampur ketiga sulfa sampai homogen dalam mortir.
b) Dibuat gel Na-CMC dengan cara menambahkan sedikit
air panas diaduk sampai mengembang semua kemudian
ditambahkan sisa air sampai terbentuk gel Na-CMC yang
jernih dan homogen.
c) Ditambahkan larutan Na-CMC sedikit derni sedikit ke
dalam campuran sulfa sambil diaduk hingga homogen.
d) Ditambahkan larutan metil paraben, sirup simpleks,
larutan asam sitrat dan larutan NaOH diaduk sampai
homogen.
e) Ditambahkan air hingga volume akhir 300 mL.
f) Ditempatkan suspensi dalam tabung reaksi yang telah
diberi skala untuk pengamatan

BAB IV
HASIL

a) Hasil & Perhitungan


1. Menghitung derajat flokulasi (β)
Tinggi suspensi awal (Ho) = 12 cm
Waktu Tinggi endapan (Hu) untuk Ho
F=
(menit) Formula (cm) Hu
A B C D E A B C D E
0 12 12 12 12 12 1 1 1 1 1
5 11,6 11,7 11,6 11,6 11,6 1,03 1,02 1,03 1,03 1,03
10 11,4 11,4 10,6 11,3 11,6 1,05 1,05 1,13 1,06 1,03
15 11,4 11,3 9,9 11,2 11,3 1,05 1,06 1,21 1,07 1,06
20 11,2 11,1 9,4 10,9 10,9 1,07 1,08 1,27 1,19 1,10
25 11,1 11,1 9,1 10,9 11,9 1,08 1,08 1,31 1,19 1
30 11,1 10,9 8,4 10,6 11 1,08 1,10 1,42 1,13 1,09
60 10,8 10,2 6,8 10,2 10,6 1,11 1,17 1,76 1,17 1,13

Formula F pada t 60 menit F pada deflokulasi β=

F padat t 60 menit
F padat deflokulasi
A 1,11 1,11 1
B 1,17 1,11 1,05
C 1,76 1,11 1,59
D 1,17 1,11 1,05
E 1,13 1,11 1,02

1. Buatlah grafik hubungan f dan waktu(t)


Grafik F vs T
2
1.8
1.6
1.4 formula A
1.2 formula B
1 formula C
F

0.8 formula D
0.6 formula E
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 60
T (menit)

2. Volume sedimentasi
Tinggi suspensi awal Ho = 12
Metode dispersi meliputi penambahan serbuk obat kedalam mucilago
yang kemudian baru diencerkan
Metode prepitasi meliputi serbuk obat yang hendak didispersikan, terlebih
dahulu dilarutkan kedalam pelarut organik yang kemudian akan dicampur
dengan air

Hari ke Tinggi endapan (cm)


Prepitasi Dispersi
0 12 12
1 10,8 12
2 10,4 12
3 8,8 12

3. Diameter partikel
Hasil kaliberasi skala okuler : satu(1) skala okuler = 10 skala objektif
(catatan : 1 skala objektif = 0,01mm), jadi 1skala okuler = 0,1 mm =
100µm

Diameter partikel (µm)


Partikel Prepitasi Dispersi
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1 Hari 2 Hari 3
1. 0-10 µm 91 110 66 142 226 228
2. 11-20 µm 82 91 67 123 60 114
3. 20-30 µm 69 51 75 94 88 61
4. 31-40 µm 66 71 80 86 87 44
5. 41-50 µm 61 68 64 54 26 38
6. 51-60 µm 56 52 61 8 10 21
7. 61-70 µm 48 31 30 - 4 -
8. 71-80 µm 16 14 38 - - -
9. 81-90 µm 9 7 26 - - -
10 91-100 µm 2 3 9 - - -
.
11 >100 µm 5 7 3 - 1 -
.

4. Redisprebilitas
Redispredibilitas yang dilakukan dengan caa mencatat waktu yang
diperlukan suspensi (baik dengan metode presipitasi maupun dispersi)
untuk terdispresi kembali.

Hari ke replikasi Waktu terdispersi kembali (menit)


Presipitasi Dispersi
1 1 25 21
2 23 20
3 1 20 21

5. pH

Hari ke pH suspensi
Presipitasi Dispersi
0 4 6
1 4 6
3 4 6

6. Prediksi stabilitas dengan cara sentrifugasi


Tinggi suspensi awal (Ho) = 12 cm

Hari ke Tinggi endapan (cm)


Presipitasi Dispersi
0 6,5 3
3 6,8 3
Prediksi stabilitas ? ?

BAB V
PEMBAHASAN

Flokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara


pengumpulan partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar. Gaya
antar molekul yang diperoleh dari agitasi meruakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap laju terbentuknya partikel flok.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhailan proses
flokulasi adalah pengadukan secara lambat, keadaan ini memberi
kesempatan partikel melakukan kontak atau hubungan agar
membentuk penggabungan (agglomeration). Pengadukan lambat
ini dilakukan secara hati-hati karena flok-flok yang besar akan
mudah pecah melalui pengadukan dengan kecepatan tinggi (Zikri,
R., 2016).
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan
memformulasi sediaan suspensi dan melakukan kontol kualitas
(evaluasi sediaan suspensi meliputi menghitung derajat flokulasi,
perbedaan metode pembuatan suspensi dan pengaruh tipe alat
terhadap stabilitas suspensi. Hal yang pertama dilakukan adalah
menghitung derajat flokulasi (β), dimana ada 5 sampel yang
digunakan dimana masing-masing sampel diberi tanda formulasi A,
B, C, D, dan E. Berdasarkan hasil perhitungan derajat flokulasi
pada formula A diperoleh hasil 1, formula B diperoleh hasil 1,05,
formula C diperoleh hasil 1,59, formula D diperoleh hasil 1,05, dan
formula E diperoleh hasil 1,02. Dimana dari semua hasil
perhitungan hasil yang diperoleh tidak kurang atau lebih dari 1,
dimana harga β =1 tidak terjadi flokulasi pada suspensi tersebut.
Pengujian kedua yaitu dengan mengukur volume
sedimentasi. Pada pengukura ini dilakukan dengan 2 metode.
Metode yang pertama yaitu metode dispersi dan metode yang
kedua yaitu prepitasi. Pada pengukuran volume sedimentasi ini
sampel di diamkan selama 3 hari. Pada oengujian dengam metode
prepitasi hari ke 0 tinggi endapan 12 cm, pada hari ke 1 tinggi
endapan 10,8 cm, pada hari ke 2 tinggi endapan 10,4 cm, dan pada
hari ketiga tinggi endapan 8,8 cm. Sedangkan pada pengujian
dengan metode dispersi tinggi endapan konstan dari hari ke 0
sampai hari ke 3 yaitu tinggi endapan yang diperoleh adalah 12.
Hal ini membuktikan bahwa metode dispersi lebih baik digunakan
pada praktikum kali ini karena hasil volume sedimentasi yang di
peroleh tetap atau konstan.
Redispersibilitas merupakan syarat dari suspensi, jadi
sedimen yang terjadi harus mudah terdispersi kembali dengan
penggojokan agar diperoleh keseragaman dosis. Pada percobaan
ini ada dua metode yaitu metode prepitas dan dispersi, dimana
masing-masing metode terdapat perbedaan waktu formulas untuk
kembali. Pada masing-masing metode terdapat tiga formula, pada
formulasi prepitasi formulasi 1 membutuhkan waktu 25 menit untuk
terdispersi kembali, formulasi 2 membutuhkan waktu 23 menit
untuk terdispersi kembali, pada formulasi 3 membutuhkan waktu 20
menit untuk kembali. Pada metode dispersi formulasi 1
membutuhkan waktu 21 menit untuk terdispersi kembali, formulasi
2 membutuhkan waktu 20 menit untuk terdispersi kembali, pada
formulasi 3 membutuhkan waktu 21 menit untuk kembali. Pada
metode disperi ini menujukkan waktu terdispersi kembali tetap
konstan. Selanjutnya yaitu pengukuran pH. Pada metode prepitasi
diperoleh pH suspensi 4 dan pada metode dispersi diperoleh pH
suspensi 6

BAB VI
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

1. Anuradha R.Mhadgut, 2017, ORAL EXTENDED RELEASE DRY


SUSPENSION OF PARACETAMOL LOADED
MICROSPHERES. International Journal Of Pharmaceutical
Scinces And Research
2. Emilia, 2016. FORMULASI DAN EVALUASI STABILITAS FISIK
SUSPENSI IBUPROFEN DENGAN MENGGUNAKAN
NATROSOL HBR SEBAGAI BAHAN PENSUSPENSI

3. Ni Made Dhar,a Shantini Suena, 2015, EVALUASI FISIK


SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING
AGENT PGA DAN CMC-Na

4. Rina Wahyuni, 2017. FORMULASI DAN EVALUASI


STABILITAS FISIK SUSPENSI IBUPROFEN MENGGUNAKAN
KOMBINASI POLIMER SERBUK GOM ARAB DAN NATRIUM
KARBOKSIMETIL SELULOSA

5. Rohit Kumar Ahuja, Rajni Sharma., 2015, FORMULATION AND


EVALUATION OF ALBENDAZOLF SUSPENSION. International
Journal Of Pharma Professional’s Research

6. Yeyen Nor Fitriani, 2015. FORMULASI DAN EVALUASI


STABILITAS FISIK SUSPENSI UBI CELEMBU (Ipoma batatos
L.) DENGAN SUSPENDING AGENT CMC-Na DAN PGS
SEBAGAI ANTIHIPERKOLESTEROL

7. Zikri Rahimah, PENGOLAHAN LIMBAH DETERJEN DENGAN


METODE KOAGULASIFLOKULASI MENGGUNAKAN
KOAGULAN KAPUR DAN PAC. Konversi, Volume 5 No. 2,
Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai