Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN 2 (FTS 2)


(NON SOLID-STERIL)
MODUL 1
SUSPENSI

DISUSUN OLEH

NAMA : YULINDA NINGRUM


NIM : K100180156
KELAS :K
DOSEN PENGAMPU : apt.Juwita Rahmawati., S.Farm
HARI, TANGGAL : RABU, 24 MARET 2021

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
MODUL 1
SUSPENSI
A. Tujuan Praktikum
Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasi
sediaan suspensi dan melakukan kontrol kualitas (evaluasi) sediaan suspensi
meliputi: menghitung derajat flokulasi, perbedaan metode pembuatan suspensi
dan pengaruh tipe alat terhadap stabilitas suspensi.
B. Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan,
sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih
dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Istilah susu
kadang-kadang digunakan untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air
yang ditujukan untuk pemakaian oral, seperti Susu Magnesia. Istilah Magma
sering digunakan untuk menyatakan suspensi zat padat anorganik dalam air
seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan
teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi
tiksotropik seperti Magma Bentonit.
(Depkes RI, 2020)
Suspensi dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara:
1. injeksi intramuskuler
2. tetes mata
3. melalui mulut
4. melalui rektum

Persoalan suspensi yang pokok adalah mencegah fase dispersi mengenap


begitu cepat dan fase dispers yang mengenap pada dasar tempat wadah tak boleh
membentuk endapan yang keras tetapi dapat segera ter dispersi kembali menjadi
campuran yang homogen bila wadahnya digojog. Untuk lotion harus mudah
menyebar pada daerah pemakaian dan lotion harus cepat kering dan membentuk
film pelindung.

(Anief,2005)
Sistem pembentukan suspensi
Sistem Flokulasi

Dalam sistem flokulasi partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan
pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
Sistem Deflokulasi

Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen


akan terjadi agregasidan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar
tersuspensi kembali
(Syamsuni,2005)

C. Alat dan bahan


Alat:
 Alat volumetric
 alat-alat pembuatan suspensi (mixer)
 tabung reaksi 20 ml (minimal 20 buah), dll.
Bahan :
 Sulfadiazine
 Sulfamerazina
 Sulfadimidina
 asam sitrat
 CMC-Na
 Metil Paraben
 NaOH
 Gula
 Etanol
 Sodium lauril sulfat (SLS)
 AlCl3
 akuadest
D. Perhitungan Bahan
- Formula
 Menghitung Derajat Flokulasi
Formula A B C D E
Sulfadiazina 6 g 6g 6g 6g 6g
SLS 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg
AlCl3 - 6 mg 12 mg 18 mg 30 mg
Akuadest ad 60mL 60 mL 60 mL 60 mL 60 mL
 Mengenal metode pembuatan suspensi
Formula:
Tiap 5 mL mengandung:
R/ Sulfadiazina 167 mg
Sulfamerazina 167 mg
Sulfadimidina 167 mg
Asam sitrat 200 mg
Na-CMC 25 mg
Metil paraben 5 mg
NaOH 100 mg
Sirup simpleks 1,5 mL
Etanol 50 l
Akuadest ad 5 mL
Timbang semua bahan masing-masing dari dua metode pembuatan
(dispersi dan presipitasi), setiap formula dibuat sebanyak 300 mL

- Penimbangan Bahan
 Menghitung Derajat Flokulasi: Penimbangan sesuai dengan formula pada
Tabel
 Mengenal metode pembuatan suspensi
Sulfadiazina 167 mg = 10,020mg
Sulfamerazina 167 mg = 10,020mg
Sulfadimidina 167 mg = 10,020mg
Asam sitrat 200 mg = 12g
Na-CMC 25 mg = 1,5 g
Metil paraben 5 mg X 300/ 5 = 300mg
NaOH 100 mg =6g
Sirup simpleks 1,5 mL = 90 mL
Etanol 50 l = 5mL
Akuadest ad 5 mL ad = 300mL

E. Cara Kerja Skematis


 Menghitung derajat flokulasi
Dibuat dispersi sulfadiazina sesuai dengan formula sesuai tabel 1

Dilarutkan SLS ke dalam sebagian akuadest


Serbuk sulfadiazina didispersikan dalam larutan yang mengandung SLS, aduk
sampai semua serbuk terbasahi, jika perlu tambahkan sedikit akuades.

Ditambahkan larutan AlCl3 secara seksama pada formula-formula B, C, D, dan


E. Diaduk sampai homogen dan terjadi suatu dispersi terflokulasi

Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala (sekitar 10-12 mL),
ditambah akuadest sampai 60 mL, digojok homogen.

Ditempatkan tabung dalam rak. Catat tinggi pengenapan pada waktu tertentu: 0,
5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 60 menit. diammati pula supernatannya.

Ditentukan suspensi yang deflokulasi dan suspensi yang flokulasi serta buat
grafik waktu vs harga F untuk kelima formula tersebut

Dihitung derajat flokulasi suspensi dengan rumus

 Mengenal metode pembuatan suspensi


1. Cara presipitasi
Dicampur ketiga sulfa (a) di sampai homogen dalam mortar

Dibuat gel Na-CMC (b) dengan cara menambahkan sedikit air panas diaduk
sampai mengembang semua kemudian tambahkan sisa air sampai terbentuk
gel Na-CMC yang jernih dan homogen

Dilarutkan NaOH dalam sebagian air (c) (pastikan semua NaOH sudah larut)

Ditambahkan larutan NaOH (c) ke dalam campuran sulfa (a) sambil diaduk
sampai terbentuk larutan jernih dan homogeny (d)

Ditambahkan secara bertahap gel Na-CMC (b) ke dalam campuran (d)


diaduk sampai homogen, lalu ditambahkan sirup simpleks*.

Ditambahkan metil paraben yang telah dilarutkan dalam etanol

Sambil diaduk, ditambahkan larutan asam sitrat ke dalam campuran.


Ditambahkan air hingga volume akhir 300 mL.
Diempatkan suspensi dalam tabung reaksi yang telah diberi skala untuk
pengamatan
2. Cara dispersi
Dicampur ketiga sulfa(a) sampai homogen dalam mortir.

Dibuat gel Na-CMC(b) dengan cara menambahkan sedikit air panas


diaduk sampai mengembang semua kemudian tambahkan sisa air
sampai terbentuk gel Na-CMC yang jernih dan homogen.
Ditambahkan larutan Na-CMC (b) sedikit demi sedikit ke dalam campuran sulfa
(a) sambil diaduk hingga homogen.

Ditambahkan larutan metil paraben, sirup simpleks*, larutan asam sitrat dan
larutan NaOH diaduk sampai homogen.

Ditambahkan air hingga volume akhir 300 mL.


 Evaluasi Suspensi
Organoleptisnya (warna, bau dan rasanya)

Volume sedimentasi, dihitung tinggi endapan atau tinggi suspernatannya, dipilih


salah satu cara saja.

Diamater partikel. Diamati diameter rata-rata partikel dengan sebanyak 500


partikel, dengan menggunakan metode mikroskopik dengan alat mikromiretik,
dibuat range pengukuran ke dalam beberapa ukuran, misal 1-10 μm, 10-20 μm,
dst.

Digambarkan bentuk kristal partikel suspensi, bandingkan bentuk dan ukuran


dari kedua metode pembuatan tersebut.

Pengamatan dilakukan pada hari ke: 0, 1, 2 dan 3 dan bandingkan hasil yang
diperoleh dari cara presipitasi dan cara dispersi.

Redispersibilitas: Suspensi yang dibuat dengan cara presipitasi dan dispersi


dimasukkan dalam tabung kemudian diletakkan pada alat uji, diputar 360º pada
20 rpm sampai semua endapan suspensi terdispersi kembali. Dicatat waktu yang
diperlukan untuk semua endapan terdispersi kembali. Diulangi sebanyak 3 kali.
Lakukan percobaan pada hari ke: 1 dan 3. Dibandingkan keduanya.

Diukur viskositas dengan viskosimeter yang sesuai.

Diukur pH dengan pH meter.


F. Pembahasan Cara kerja
1. Menghitung derajat flokulasi
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat suspensi sulfadiazin
dengan 5 formula berbeda-beda untuk mengetahui sistem flokulasi dan
deflokulasi SLS dilarutkan dalam sebagian aquades kemudian serbuk
sulfadiazin didispersikan ke dalam larutan SLS dengan ditambah sedikit
aquades.Sulfadiazin tidak mudah larut dalam akuades sehingga diperlukan
SLS yang fungsinya sebagai wetting agent pada formula tidak ditambahkan
AlCl3 yang merupakan elektrolit sebagai flocculating agent. Pada formula b
c d dan e ditambahkan larutan AlCl3 berturut-turut sebanyak :6mg, 12mg,
18mg, dan 20mg. Kemudian sisa aquades ditambahkan sampai 60 mL dan
digojok sampai homogen.
Suspensi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala sebanyak 12
mL dan dilakukan pengamatan tinggi endapan pada waktu ke 0 5 10 15 20
25 30 dan 60 menit serta diamati supernatan nya.Kemudian ditentukan
suspensi yang terdefklokusi dan terflokulasi serta ditentukan derajat
flokulasi. Derajat flokulasi = 1 artinya tidak terjadi flokulasi pada sistem
suspensi tersebut
2. Metode Pembuatan Suspensi
 Presipitasi
Ketiga obat sulfadiazin,sulfamerazin dan sulfadimidiin dicampur
dalamg elas beker,kemudian ditambahkan NaOH dan diaduk hingga
jernih dan homogen. NaOh berfungsi sebagai basa yangdapat
meningkatkan kelarutan3-sulfa dalam aquadest. Tambahkan gel CMC-
Na lalu diaduk hingga homogen. CMC-Na berfungsi sebagai suspending
agent untuk meningkatkan viskositas. Tambahkan sirupus simplek dan
aduksampai homogen. Sirupus simplek fungsinya adalah sebagai corigen
saporis untuk menutupi pahit nya obat 3-sulfa.Lalu tambahkan metil
paraben yang sudah dilarutkan dengan etanol dan tambahkan asam sitrat
diaduk hingga homogen.Setelah penambahan asam sitratakan terjadi
pengendapan tetapi karna suspensi sudah kental sehingga ukuran partikel
tidak terlalu besar. Asam sitrat dan NaOH jugaberfungsi sebagai
pengatur pH larutan untuk menjaga stabilitas suspensi.Setelah homogen
ditambahkan air hingga 300 ml , diaduk sampai homogen.

 Dispersi
Ketiga obat dimasukan kedalamgelas bekerlalu ditambahkan gelCMC Na
sedikit demisedikit sambil diaduk hingga homogen. Selanjutnya
ditambahkan metilparaben yang sebelumnya telah dilarutkan dalam
etanol, sirupussimplek dan aduk sampai homogen. Tambahkan asam
sitrat dan NaOH . CMC Na berfungsi sebagai suspending agent dan
asamsitrat serta NaOH untuk meningkatkan dispersibilitas 3 sulfa
agarmenjaga stabiltas suspensi. Setelah semua campuran homogen
ditambahkan aquadest ad 300ml danaduk sampai homogen .

Dari kedua metode pembuatan suspensi, suspensi kemudian dilakukan ujikontrol


kualitas meliputi volume sedimentasi, diameter partikel, resdipersibilitas, Ph dan
viskositas. Penentuan volume sedimentasi dilakukan dengan cara mengamati
pengendapan pada hari ke 0,1,2, dan 3. Semakin besar volume akhir sedimen (vu) atau
nilai F= 1 atau mendekati satu semakin baik suspensi nya dan kurva yang terbentuk
antara F terhadap waktu membentuk garis yang horizontal atau sedikit curam.
Penentuan diameter partikel menggunakan metode mikroskopis menggunakan alat
mikromeritik dengan perbesaran 40 kali diamati suspensi menggunakan alat tersebut
dan diukur rata-rata diameter partikel pada hari ke 1 2 dan 3.

Pada uji redispersibilitas suspensi dimasukkan ke dalam tabung kemudian


diletakkan pada alat uji diputar 360 derajat pada 20 RPM sampai semua endapan
terdispersi kembali dicatat waktu yang diperlukan untuk semua endapan terdispersi
kembali. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali percobaan dilakukan pada hari ke-1 dan
ke-3. Pada uji viskositas dilakukan dengan alat viskometer, dilakukan pada hari ke 0, 1
dan 3. Pada uji PH dilakukan dengan PH stick yang kemudian dibandingkan dengan
standar uji PH dilakukan pada hari ke 0, 1 dan 3.
G. Hasil dan Perhitungan

Lembar Kerja
MODUL I
SUSPENSI
Tujuan percobaan:
1. Menghitung derajat flokulasi (ᵝ)
2. Mengetahui cara pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan suspensi

Nama : Yulinda Ningrum


NIM : K100180156
Tanggal Praktikum : 24 Maret 2021

1. Menghitung derajat flokulasi (ᵝ)

Tinggi Suspensi awal (Ho) = 12 cm


Waktu Tinggi endapan (Hu) untuk Formula (cm)
(menit) A B C D E
0 12 12 12 12 12
5 11,5 11,6 11,6 11,5 11,5
10 11,3 11,3 10,4 11,2 11,5
15 11,2 11,1 10 11,1 11,2
20 11,1 11,2 9,5 11 11
25 11 11 9 10,8 11
30 11 10,7 8,3 10,5 10,8
60 10,7 10 6,7 10 10,5
ᵝ 0,90 0,83 0,56 0,83 0,88

Pada Laporan Resmi Dibuat Grafik F vs T (menit)

2. Mengetahui cara pembuatan dan evaluasi suspensi

a. Volume sedimentasi
Tinggi Suspensi awal (Ho) = 12 cm
Hari ke Tinggi endapan (cm)
Presipitasi Dispersi
0 12 12
1 10,4 12
2 10,2 12
3 8,5 12

b. Diameter partikel
Hasil Kalibrasi skala okuler: Satu (1) skala okuler = 10 skala objektif (catatan:
1 skala objektif = 0,01 mm), Jadi 1 skala okuler = 0,1 mm = 100 µm.

Diameter partikel (µm)

Partikel Presipitasi Dispersi


Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1 Hari 2 Hari 3
1. 0-10 µm 90 109 65 140 225 227
2. 11-20 µm 80 90 65 122 59 113
3. 21-30 µm 70 52 74 93 87 60
4. 31-40 µm 65 70 79 85 86 43
5. 41-50 µm 60 67 63 53 25 37
6. 51-60 µm 55 50 60 7 10 20
7. 61-70 µm 47 30 29 - 5 -
8. 71-80 µm 15 13 37 - 2 -
9. 81-90 µm 10 8 25 - - -
10. 91-100 µm 3 4 10 - - -
11. >100 µm 5 7 3 - 1 -
Rata-rata 45,45 45,45 46,36 45,45 45,45 45,45

Gambar dan Rata–rata diameter Partikel:


Presipitasi Dispersi

Rerata: 45,75 Rerata = 45,45


c. Redispersibilitas

Waktu terdispersi kembali (detik)


Hari ke Replikasi
Presipitasi Dispersi

1. 23 20

1 2. 21 18

3. 19 17
1. 19 20

3 2. 18 17

3. 17 16

Keterangan: mudah terdispersi kembali

d. Viskositas
Hari Viskositas Suspensi
ke Presipitasi Dispersi
0 50 8
0
1 49 7
9
3 48 7
8

e. pH

Hari pH Suspensi
ke Presipitasi Dispersi
0 4 6
1 4 6
3 4 6

Surakarta, 24 Maret 2021

Praktikan

(Yulinda Ningrum)
GRAFIK

Grafik F (Volume Endapan ) vs T (menit)


1,2

1
F ( Vol.Endapan )

0,8
formula A
0,6 Formula B
Formula C
0,4
Formula D

0,2 Formula E

0
0 5 10 15 20 25 30 60
T (menit)
H. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan formulasi sediaan suspensi serta
melakukan kontrol kualitas sediaan suspensi. Flokulasi dan deflokulasi
merupakan peristiwa memisahnya fase terdispersi dan pendispersi dalam rentang
waktu yang berbeda. Dalam praktikum ini digunakan AlCl3. AlCl3 merupakan
suatu elektrolit agen pemflokulasi, sehingga semakin tinggi konsentrasi AlCl3
maka akan meningkatkan volume sedimentasi,semakin besar ukuran partikel dan
semakin besar derajat flokulasi. Elektrolit bekerja dengan mengurangi tahanan
elektrik antara partikel sehingga terjadi pengurangan Zeta potensial yang
menyebabkan ikatan antar partikel menjadi longgar.Pada percobaan yang telah
dilakukan menggunakan 5 formula(A,B,C,D,E) derajat flokulasi yang diperoleh
berturut turut yaitu 0,90; 0,83; 0,56; 0,83; 0,88. Komposisi formula A ialah
sulfadiazina, SLS, dan aquadest termasuk suspensi deflokulasi,karena pada
formula ini tidak ditambahkan AlCl3. Sedangkan pada B,C,D,E ditambahkan
AlCl3 sehingga termasuk dalam suspensi flokulasi. Suspensi Terflokulasi punya
sifat mudah mengendap secara cepat dan terdispersi kembali. Derajat flokulasi
tertinggi diperoleh pada formula A. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena
karena seharusnya semain banyak penambahan bahan pemflokulasi semakin
tinggi derajat flokulasinya.

Dari hasil F (Volume Sedimentasi)yang diperoleh sudah baik pada uji


dispersi nilai F = 1, dan uji presipitasi nilai F mendekati 1 (0,71). Suspensi yang
baik tidak menghasilkan pemisahan yang cepat dan harga F = 1(Pujiharti,2015)
Hasil menunjukkan bahwa metode dispersi lebih baik daripada presipitasi.

Pada proses pembuatan suspensi dengan metode presipitasi bahan obat


langsung dilarutkan dengan NaOH sehingga obat bisa larut sebagian dan ukuran
partikel semakin kecil, sedangkan pada metode dispersi bahan obat
didispersikan ke dalam suspending agent maka obat terbungkus suspending
agent dan belum terlarut sehingga uk.partikel semakin besar. Dari perhitungan
yang dilakukan diperoleh rata rata diameter partikel dengan metode presipitasi
sebesar 45,75 µm dan metode dispersi sebesar 45,45 µm. Menurut Pujiharti
(2015) semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar diameter partikel. Hal
ini menunjukan bahwa hasil percobaan sesuai teori,yaitu presipitasi (45,75
µm)> dari dispersi (45,45 µm).

Uji kualitas suspensi selanjutnya yaitu resperdibilitas. Kemampuan


redispersi yang baik adalah bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan
penggojokan tangan kembali maksimal dalam waktu 30 detik(Ali dkk., 2016).
Dari hasil percobaan menunjukkan waktu rata-rata nilai redispersibilitas
suspensi metode presipitasi dan dispersi pada hari ke 1 metode presipitasi 21
detik dan Dispersi = 18,3 detik. Pada hari ke 3 Presipitasi = 18 detik dan
Dispersi = 17,6 detik. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa kedua suspensi
mudah terdispersi kembali.

Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar konsistensi


sediaan dan menunjukkan kekentalan dari suatu sediaan. Viskositas yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan masalah penuangan suspensi dari wadah dan sulitnya
sediaan untuk terdispersi kembali (Wahyuni, 2017). Viskositas yang terlalu
rendah dapat mengganggu homogenitas, campuran menjadi tidak stabil sehingga
hal itu akan mengganggu jumlah dosis yang digunakan (Prayogo, 2010).Dari
hasilpercobaaan diperoleh viskositas padahari 1,2, dan tiga dengan metode
presipitasi berturut turut 50, 49 , 48 danpadametodedispersi berturut turut yaitu
80, 79,78. Nilai viskositas suspensi menurut SNI adalah 37cP-396 cP sehingga
formula suspensi hasil praktikum baik secara presipitasi maupun dispersi sudah
memenuhi standar (suspense mudah dituang). Semakin lama viskositas sediaan
semakin turun namun masih dalam rentang standard.

Uji pH yang dilakukan pada hari 1,2, dan 3. Pada suspensi presipitasi
menunjukan pH 4 pada hari 1,2 dan 3 sedangkan suspensi dispersi menunjukan
pH 6 padahari 1,2 dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa pH suspensi stabil pada
saat penyimpanan. Pada suhu dingin dan suhu kamar pH penyimpanan suspensi
antibiotik sesuai dengan rentang pH yang dipersyaratkan yaitu 5-7,5. Sedangkan
pada suhu hangat lebih rendah dari persyaratan. (Rashati et al., 2013) pH
suspensi presipitasi lebih rendah dari suspensi dispersi. Hal ini mungkin
disebabkan :
 Suhu area penyimpanan suspensi presipitasi lebih hangat
 pada proses pembuatan suspensi presipitasi, asam sitrat ditambahkan di
akhir. Kemungkinan menyebabkan pH suspensi relative lebih asam.

I. Kesimpulan
 Perbedaan konsentrasi elektrolit agen pemflokulasi atau AlCl3 pada
kelima formula dapat mempengaruhi derajat flokulasi suspensi.
 Pada perhitungan volume sedimentasi hasil menunjukkan bahwa metode
dispersi lebih baik daripada presipitasi.
 Pada penentuan diameter partikel sesuai dengan teori yaitu rata rata
denganmetode presipitas > dari metode dispersi
 Uji Resperdibilitas menunjukan bahwa suspensi Dispersi lebih mudah
terdispersi kembali
 Formula suspensi uji viskositas hasil praktikum baik secara presipitasi
maupun dispersi sudah memenuhi standar (suspense mudah dituang).
 Hasil percobaan menunjukan pH suspensi stabil pada saat penyimpanan

J. Daftar Pustaka
Ali, H., Saad, R., Ahmed, A. and El-Haj, B., 2016. Extemporaneous furosemide
suspensions for pediatrics use prepared from commercially available
tablets. International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical
Research, 5(2), p.116.
Anief, M..2005. Farmasetika.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Departemen Kesehatan RI.2020. Farmakope Indonesia Edisi 6. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
Rashati D., Nisa D. and Jember A.F., 2013, STABILITAS FISIK SUSPENSI
AMOXICILLIN, , 27–32
Pujiharti, R., dkk. 2015. Pengaruh peebedaan pembuatan dengan metode
dispersi dan presipitasi pada karakteristik fisik dan rasio kekeruhan suspensi
kloramfenikol. Jurnal Farmasetis. VOL 4(1) ; 1-6
Syamsuni H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
K. Lampiran
PERHITUNGAN
1. Menghitung derajat flokulasi (ᵝ)
- Menghitung Volume Endapan

F=

a) Formula A
Menit ke Ho (cm) Hu (cm) F

0 12 12 1

5 12 11,5 0,96

10 12 11,3 0,94

15 12 11,2 0,93

20 12 11,1 0,93

25 12 11 0,92

30 12 11 0,92

60 12 10,7 0,90

b) Formula B
Menit ke Ho (cm) Hu(cm) F

0 12 12 1

5 12 11,6 0,96

10 12 11,3 0,94

15 12 11,1 0,92

20 12 11,2 0,93

25 12 11 0,92

30 12 10,7 0,89

60 12 10 0,83
c) Formula C
Menit ke Ho (cm) Hu (cm) F

0 12 12 1

5 12 11,6 0,96

10 12 10,4 0,86

15 12 10 0,83

20 12 9,5 0,79

25 12 9 0,75

30 12 8,3 0,69

60 12 6,7 0,56

d) Formula D
Menit ke Ho (cm) Hu (cm) F

0 12 12 1

5 12 11,5 0,96

10 12 11,2 0,93

15 12 11,1 0,92

20 12 11 0,92

25 12 10,8 0,90

30 12 10,5 0,88

60 12 10 0,83

e) Formula E
Menit ke Ho (cm) Hu (cm) F

0 12 12 1

5 12 11,5 0,96

10 12 11,5 0,96

15 12 11,2 0,93
20 12 11 0,92

25 12 11 0,92

30 12 10,8 0,9

60 12 10,5 0,88

- Derajat Flokulasi )

Formula Derajat Flokulasi

F 60 F0

A 0,90 1 0,90

B 0,83 1 0,83

C 0,56 1 0,56

D 0,83 1 0,83

E 0,88 1 0,88

2. Mengetahui cara pembuatan dan evaluasi suspensi


a. Volume Sedimentasi

- Metode Presipitasi
Hari ke H0 Hu (cm) F

0 12 12 1

1 12 10,4 0,87

2 12 10,2 0,85

3 12 8,5 0,71

- Metode Dispersi
Hari ke H0 Hu (cm) F

0 12 12 1
1 12 12 1

2 12 12 1

3 12 12 1

b. Diameter Partikel
- Metode Presipitasi
Hari 1 = = 45,45
Hari 2 = = 45,45
Hari 3 = =46,36
Rata-rata = = 45,75

- Metode Dispersi
Hari 1 = =45,45
Hari 2 = = 45,45
Hari 3 = = 45,45
Rata-rata = = 45,45

Anda mungkin juga menyukai