Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA II

EMULSIFIKASI

Disusun oleh :
Kelompok V :

Farmasi C

 Aulia Rizky Maharani Siswandi (201810410311004)


 Nur Hayati (201810410311013)
 Elsana Eka Wahyuni (201810410311029)
 Fitria Rahmadiani (201810410311028)
 Fitri Indriyani (201810410311057)
 Rosa Mardiana (201810410311021)
 Salmahikaru Afifah (201810410311053)
 Muhammad Ichwandha Saputra R (201810410311037)
 Risma Dayanti (201810410311045)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
 TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :

• Menghitung jumlah golongan surpaktan yang digunakan untuk embuatan emulsi.

• Membuat emulsi dengan emulgator golongan surpaktan.

• Dapat menentukan HLB butuh.

• Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.


 TEORI UMUM

Emulsi adalah sistem dispersi, dengan stabilitas terbatas yang dibentuk oleh
sekurang – kurangnya dua cairan terdispersi di dalam cairan lain dalam bentuk
partikel halus ( ukuran mikron ) dengan adanya satu atau lebih zat pengemulsi.

Parafin cair sering digunakan sebagai pembawa dari obat baik untuk pemakaian
dalam maupun luar dan juga untuk sediaan kosmetik. Pada umumnya parafin cair
merupakan salah satu komponen dari suatu formula sistem dispersi dan agar sediaan
homogen dibuat emulsi.

Pada penyimpanan sering terlihat ketidakstabilan fisik emulsi, seperti pecah


( breaking ), memisah ( flocullating ). Untuk meningkatkan kstabilan emulsi parafin,
dapat dilakukan antara lain dengan menambahkan bahan pengental. Zat pengemulsi
yang digunakan dalam percobaan ini adalah campuran surfaktan non tonik,
sedangkan untuk pengental digunakan CMC – Na. Yang kerjanya untuk melapisi
partikel – partikel parafin, sehingga mencegah terjadinya penggabungan
( coalesence ).

Stokes memberikan rumus untuk kecepatan pengendapan partikel yang


terdispersi dalam sistem emulsi dengan persamaan berikut :

V = 2 r ( pt – po ) g

18 n

Dimana :

v = laju pengendapan

r = jari – jari partikel

pt = bobot jenis fasa terdispersi

po = bobot jenis fasa pendispersi

g = gravitas

n = viskositas

Jika po > pt, maka v adalah negatif dan akan terjadi pemisahan keatas. Tetapi
jika fase terdispersi lebih berat daripada medium pendispersi ( pt – po ), maka nilai v
positif dan terjadi pemisahan kebawah atau pengendapan. Dari persamaan stokes
dapat diketahui bahwa jari – jari partikel dan viskositas medium pendispersi dapat
mempengaruhi stabilitas fisik emulsi.

 EMULSI (FI V : 46)

Emulsi adalah system 2 fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan
bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil menjadi
tetesan besar dan akhirnya menjadi 1 fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi
(surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara tetesan dan
fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan
berkolesensi.
 ALAT DAN BAHAN

 Alat

 Pengaduk listrik

 Pemanas listrik

 Thermometer

 Beaker glass

 Batang pengaduk

 Gelas ukur

 Cawan porselin kecil

 Bahan

 Parafin cair

 Span

 Tween

 Glycerin

 Aquadest
 PROSEDUR KERJA

A. Formula Emulsi Parafin

● Parafin cair 30%

● Span dan Tween 5%

● Air suling ad 100 ml

1. Tentukan jumlah span dan tween dengan metode aligasi

2. Cari HLB butuh dari paraffin cair, kemudian tentukan jumllah span dan tween sesuai
dengan harga HLBnya

B. Pembuatan Emulsi Parafin Formula 1

1. Timbang secara seksama bahan bahan yang digunakan

2. Campurkan bahan bahan tersebut, berdasarkan kelarutannya di dalam fasa air atau fasa
minyak.

3. Parafin cair ditambahkan span dipanaskan 70ºC.

4. Air suling ditambahkan Tween, dipanaskan 70ºC.

5. Dituangkan perlahan lahan fasa paraffin kedalam fasa air pada suhu 70ºC

6. Diaduk dengan pengaduk listrik pada kecepatan 1000rpm selama 10 menit, kemudian
dinginkan sampai suhu kamar

7. Masukkan dalam botol dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi.

C. Pembuatan Emulsi Parafin Formula 2

1. Timbang secara seksama bahan bahan yang digunakan

2. Campurkan bahan bahan tersebut, berdasarkan kelarutannya di dalam fasa air atau fasa
minyak.

3. Parafin cair ditambahkan span, tanpa pemanasan.

4. Air suling ditambahkan Tween, tanpa pemanasan.

5. Dituangkan perlahan lahan fasa paraffin kedalam fasa air, tanpa pemanasan.

6. Diaduk dengan pengaduk listrik pada kecepatan 500rpm selama 20 menit.


7. Masukkan dalam botol dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi.

C. Pembuatan Emulsi Parafin Formula 3

1. Timbang secara seksama bahan bahan yang digunakan

2. Campurkan bahan bahan tersebut, berdasarkan kelarutannya di dalam fasa air atau fasa
minyak.

3. Parafin cair ditambahkan span, tanpa pemanasan.

4. Air suling ditambahkan Tween, tanpa pemanasan.

5. Dituangkan perlahan lahan fasa paraffin kedalam fasa air, tanpa pemanasan.

6. Dan di tambahkan gliserin.

7. Diaduk dengan pengaduk listrik pada kecepatan 1000rpm selama 10 menit.

8. Masukkan dalam botol dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi.
SKEMA KERJA

 Pembuatan Emulsi Parafin Formula 1

Menimbang bahan (parafin cair, span, tween), siapkan aquadest

Masukkan bahan kedalam beaker glass berdasarkan fase nya (fase air atau fase minyak)

Panaskan diatas hot plate

Dituangkan perlahan-lahan fase minyak kedalam fase air pada suhu 70C

Diaduk dengan pengaduk listrik dengan kecepatan 1000rpm selama 10 menit

Masukkan kedalam gelas ukur dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi
 Pembuatan Emulsi Parafin Formula 2

Menimbang bahan (parafin cair, span dan tween), siapkan aquadest

Masukkan bahan kedalam beaker glass berdasarkan fase nya (fase air atau fase minyak)

Dituangkan perlahan-lahan fase minyak kedalam fase air, tanpa pemanasan

Diaduk dengan pengaduk listrik dengan kecepatan 500rpm selama 20 menit

Masukkan kedalam gelas ukur dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi

 Pembuatan Emulsi Parafin Formula 3

Menimbang bahan (parafin cair, span, tween, gliserin), siapkan aquadest

Masukkan bahan kedalam beaker glass berdasarkan fase nya (fase air atau fase minyak)

Dituangkan perlahan-lahan fase minyak kedalam fase air, tanpa pemanasan


Diaduk dengan pengaduk listrik dengan kecepatan 1000rpm selama 10 menit

Masukkan kedalam gelas ukur dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji tipe emulsi
 DATA DAN PERHITUNGAN

 Perhitungan harga HLB butuh, dengan metode aligasi

HLB butuh Parafin : 12

HLB Span 20 : 8,6

HLB Tween 80 : 15

Metode Aligasi :

Span : 8,6 3 3/6,4 X 5% = 2,34%

12

Tween : 15 3,4 3,4/6,4 X 5% = 2,66%

------- +

6,4

 Penentuan tipe emulsi

 Metode pewarnaan

 Indikator larut air (methylene blue) ditambahkan pada sediaan emulsi, aduk
sampai homogen

 Amati warna sediaan, jika homogen tipe emulsi m/a

 Amati pola dengan mikroskop : ukuran globul (partikel) dan tipe emulsinya

 Metode pengenceran

 Sediaan emulsi ditambah air suling sampai 10 kali bobot

 Jika sediaan tetap homogen jenis emulsi m/a


 Membandingkan distribusi ukuran tetesan paraffin yang terdispersi pada sistem emulsi
tanpa atau dengan penambahan sorbitol.
Amati dengan mikroskop dan gambar secara skematis

 Membandingkan stabilitas fisik emulsi, dengan cara pendiaman pada suhu kamar selama
7 hari dalam gelas ukur.

Table Formula 1

No Nama Bahan Fungsi Persentase (%) Bobot Dalam 100 ml


. (Gram)

1 Paraffin Fase minyak 30 % 30 g

2 Span 20 Emulgator 2,34 % 2,34 g

3 Tween 80 Emulgator 2,66 % 2,66 g

4 Aquadest Fase air 65 % Ad 100 ml

Tabel Formula 2

No Nama Bahan Fungsi Persentase (%) Bobot Dalam 100 ml


. (Gram)

1 Paraffin Fase minyak 30 % 30 g

2 Span 20 Emulgator 2,34 % 2,34 g

3 Tween 80 Emulgator 2,66 % 2,66 g

5 Aquadest Fase air Ad 100 ml

Tabel Formula
No Nama Bahan Fungsi Persentase (%) Bobot Dalam 100 ml
. (Gram)

1 Paraffin Fase minyak 30 % 30 g

2 Span 20 Emulgator 2,34 % 2,34 g

3 Tween 80 Emulgator 2,66 % 2,66 g

5 Aquadest Fase air Ad 100 ml

6 Gliserin Fase air 15% 15 g

 PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu system yang secara termodinamik tidakstabil, terdiri paling sedikit dua
fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal
dua jenis emulsi yaitu :

 Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi didalam fase air

 Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi didalam fase minyak

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan factor penting karena
mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi emulgator yang digunakan. Salah satu
emulgator yang banyak digunakan adalah surfaktan yang memiliki fungsi untuk menurunkan
tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-
globul fase terdispersinya.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsa
yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsa dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi
buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga
emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000)

Pada percobaan kali ini kami menggunakan tiga formula emulsi tipe minyak dalam air untuk
formula satu menggunakan paraffin, span 20, tween 80 dan aquadest dengan pemanasan 70°C,
formula dua menggunakan paraffin, span 20, tween 80 dan aquades tanpa pemanasan dan untuk
formula tiga menggunakan paraffin, span 20, tween 80, aquadest dan gliserin. Span dan tween
digunakan sebagai surfaktan, paraffin sebagai fase minyak, aquadests sebagai fase air dan pada
formula 3 gliserin digunakan sebagai fase air.

Jadi untuk pembuatanya dibuat fase air yang terdiridari tween 80 dan air, sedangkan untuk
fase minyak terdiri dari span 80 dan paraffin. Pada formula tiga dilakukan hal yang sama hanya
saja pada fase air ditambahkan gliserin. Kemudian fase minyak dan air dipanaskan sampai suhu
mencapai 70 derajat Celcius. Setelah itu fase minyak dituangkan kedalam fase air. Kemudian,
diaduk dengan pengaduk listrik dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 menit (Formula 1 dan 3)
dan 500 rpm (Formula 2).

Kemudian untuk penetuan tipe emulsi kami menggunakan dua metode yaitu metode
pewarnaan dan metode pengenceran. Pada metode pewarnaan digunakan dua indikator yaitu
methylene blue dan sudan, emulsi dengan penambahan methylene blue akan homogeny
sedangkan dengan penambahan indicator sudan emulsi tidak bias homogen. Hal tersebut dapat
diketahui bahwa emulsi yang kami buat buat adalah tipe minyak dalam air. Dan pada metode
pengenceran dengan penambahan air suling sampai 10 kali bobot sediaan yang kami buat tetap
homogen, yang menunjukkan sediaan yang kami buat adalah tipe minyak dalam air.
Setelah itu dilakukan pengamatan selama 6 hari kedepan untuk melihat kestabilan emulsinya
seperti :

 Creaming :yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung
fase dispers lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible artinya
bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

 Koalesen dan cracking yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak
dan butir minyak akan koalesen (menyatu) sifatnya irreversible (tidak bias diperbaiki).
Hal ini dapat terjadi karena peristiwa kimia, seperti penambahan alcohol, perubahan pH,
penambahanCaO/CaCL2 dan peristiwa fisika seperti pemanasan, penyaringan,
pendinginan dan pengadukan

 Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyok-konyong tipe emulsi W/0 menjadi O/W atau
sebaliknya dan sifatnya irreversible.

Pada hasil pengamatan kelompok kami, Formula 1 dengan pemanasan 70 derajat


Celcius dan pengadukan 1000 rpm lebih stabil di bandingkan Formula 2 dan 3 tanpa
pemanasan dengan kecepatan pengadukan 500 rpm dan 1000rpm. Hal ini karena,
peningkatan suhu pencampuran pada pengadukan level rendah akan memperbesar ukuran
partakel/droplet sehingga sediaan tidak stabil dan sebaliknya peningkatan suhu
pencampuran pada pengadukan level tinggi akan memperkecil ukuran partikel/droplet
sehingga sediaan stabil. Sehingga emulsi akan lebih stabil jika pembuatan dilakukan
dengan pemanasan dan pengadukan level tinggi.
 KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan uji emulsifikasi maka dapat ditarik
kesimpulan :

 Jumlah golongan surfaktan yang digunakan untuk emulsi adalah Span 20 2.34 gram dan
Tween 80 2.66 gram

 HLB butuh yang digunakan parafin adalah 12, HLB butuh Span 20 adalah 8.6, dan HLB
butuh Tween 80 adalah 15

 Ketidakstabilan emulsi ditandai dengan adanya flokulasi, creaming, koalesen, dan


demulsifikasi yang disebabkan oleh ketidakstabilan pelapisan globul dalam fase
pendispersinya
DAFTAR PUSTAKA

 Martin, A., 1993, Physical Pharmacy. 4th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, London,
p.324-361.

 Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles of Pharmacy, 3 rd Ed.
The Macmillan Press Ltd.

Anda mungkin juga menyukai