Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAN LIQUD DAN SEMISOLID

PEMBUATAN EMULSI DENGAN EMULGATOR SISTEM HLB

Disusun Oleh :

FARMASI RK-A
KELOMPOK 4A

M. Hadiyat Aziz Permana 18010123 Mutiara Lukita Hakim 18010127


May Ryan Gigs Silaban 18010124 Nia Kristiyaningsih 18010128
M Ilyas 18010125 Nida Azizah 18010129
M. Ridwan Mutaqin 18010126 Nur Ikhsandi 18010130

Dosen Pembimbing :
Achmad Marsam D.,M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun atas


globul kecil suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu
sama lain tidak saling campur. Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah
fase internal dan medium dispersi adalah fase eksternal atau kontinyu.
Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun atas globul
kecil suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu sama
lain tidak saling campur. Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase
internal dan medium dispersi adalah fase eksternal atau kontinyu (1).
Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara
termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak
bercampur, dimana satu di antaranya didispersi sebagai bola-bola dalam
fase cair lain (4).
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air
disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi
“m/a”.Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar
minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi
“a/m”. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinyu, suatu emulsi
minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu
preparat dalam air (2).
Pada umumnya, setiap bahan pengemulsi memiliki bagian
hidrofilik dan lipofilik, dengan satu atau lain lebih atau kurang dominan.
Sebuah metode yang dirancang untuk pengemulsi atau bahan permukaan
aktif dapat dikategorikan berdasarkan pada penyusun kimia untuk
keseimbangan hidrofil-lipofil, atau HLB (Hidryophil-Lipophil Balance).
Dimana umumnya, bahan permukaan aktif yang memiliki nilai HLB 3

1
sampai 6 lebih lipofil dan menghasilkan emulsi m/a, dan bahan dengan
nilai HLB 8 sampai 18 menghasilkan emulsi m/a (1).
Manfaat atau kegunaan HLB yaitu nilai HLB dari fase minyak
suatu emulsi, misalnya minyak, lilin dan lain-lain harus dipertimbangkan
pertama adalah penentuan HLB apa yang cocok dari emulgator atau
campuran emulgator yang dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi yang
stabil (5).
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi
dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua
cairan yang saling tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat diberikan
dalam bentuk bola-bola kecil bukan dalam bulk (2).

1.2. Dosis

1. Parrafin liquid
Dosis lazim anak : (sekali/-) (sehari/0,5 mg/kg) (3)
Dosis dewasa : (sekali/-) (sehari/15-30ml) (6)

2. Oleum Ricini
Dosis dewasa : (sekali/-) (sehari/5-20 ml) (3)

2
BAB II
ISI

2.1. Monografi Bahan


a. Air Suling (3)
Nama Resmi : Aqua Destilata
Nama Lain : Air Suling
RM / BM / BJ : H2O / 18,0 / 1
Rumus Bangun :H–O–H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
b. Oleum Ricini (3)
Nama Lain : Minyak Jarak
Pemerian : Cairan kental, jernih kuning pucat atau
hamper tidak berwarna, bau lemah, rasamanis,
kemuidan agak pedas, umumnya memualkan
Kelarutan : Larut dalam 2,5 etanol 90% ,mudah larut
dal am et anol m ut l ak dan d al am as e t a t
glacial
Bobot per ml : 0,953 gram-0,964 gram
Khasiat : Laksativum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
c. Parafin Cair (3)
Nama resmi : Paraffinum Liquidum
Nama lain : Paraffin cair
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Bobot jenis : 0,870 g sampai 0,890 g.
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir
tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.

3
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) p; larut dalam kloroform, dan dalam eter p.
Kegunaan : Laksativum
d. Span 80 (3)
Nama Resmi : SORBOTIN MONOOLEAT
Nama lain : Span 80
Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau
karakteristik
dari asam lemak.
Kelarutan : Praktis tidak larut, tetapi terdispersi dalam air,
dapat
bercampur dengan alkohol, sedikit larut dalam
minyak
kapas.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai emulgator tipe minyak.
e. Tween 80 (3)
Nama Resmi : POLYSORBATUM
Nama lain : Tween 80
Pemerin : Cairan kentalseperti minyak, jernih kuning, bau
karakteristik dari asam lemak.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol 95 % P,
dalam
etanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan
dalam
minyak biji kapas P.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai emulgator tipe air.
f. Gliserin (3)
Pemerian : Cairan seperti siperti sirop, jernih, tidak berwarna,

4
tidak berbau, manis diikuti rasa hangat,
higroskopik
jika disimpan beberapa lama pada suhu
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol
(95%)P,
praktis tidak larut dalam kloroform p, dalam eter p
dan
dalam minyak lemak k.
Khasiat : Sebagai humectant, antimikroba
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
g. Propilen glikol (3)
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berwarna, tidak
berbau Rasa agak manis hidroskopik
Kelarutan : Dapat becampur dengan air dengan etanol dan
kloroform Tidak dapat larut dalam eter dan minyak
tanah dan minyak Lemak
Khasiat : Zat tambahan sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2 Tabel Formulasi
Formula 1 Formula 2
Oleum Ricini 20% Oleum Ricini 20%
Tween 80 5% Tween 80 2,5%
Span 80 2,5% Span 80 5%
Gliserin 3% Propilnglikol 3%
Aquades ad 100 ml Aquades ad 100 ml
Formula 3 Formula 2
Parrafin Liq 20% Parrafin Liq 20%
Tween 80 5% Tween 80 2,5%
Span 80 2,5% Span 80 5%
Gliserin 3% Propilnglikol 3%
Aquades ad 100 ml Aquades ad 100 ml

5
2.3 Perhitungan Bahan
Formula 1
 Oleum Ricini = 20/100 x 100 = 20 gram
 Tween 80 = 5/100 x 100 = 5 gram
 Span 80 = 2,5/100 x 100 = 2,5 gram
 Gliserin = 3/100 x 100 = 3 gram
 Aquades ad = 100 ml

Formula 2

 Oleum Ricini = 20/100 x 100 = 20 gram


 Tween 80 = 2,5/100 x 100 = 2,5 gram
 Span 80 = 5/100 x 100 = 5 gram
 propilenglikol = 3/100 x 100 = 3 gram
 Aquades ad = 100 ml
Formula 3
 Parrafin Liq = 20/100 x 100 = 20 gram
 Tween 80 = 5/100 x 100 = 5 gram
 Span 80 = 2,5/100 x 100 = 2,5 gram
 Gliserin = 3/100 x 100 = 3 gram
 Aquades ad = 100 ml

Formula 4

 Parrafin Liq = 20/100 x 100 = 20 gram


 Tween 80 = 2,5/100 x 100 = 2,5 gram
 Span 80 = 5/100 x 100 = 5 gram
 propilenglikol = 3/100 x 100 = 3 gram
 Aquades ad = 100 ml

6
2.4 Prosedur Kerja

Cara Kerja Formulasi 1 (A/M)

Ditimbang ol ricini 20 gram, Dipanaskan tween 80 dan air


Disiapkan alat dan
tween 80 5 gram span 80 2,5 30 ml sampai suhu 70oC (M1)
bahan
gram dan gliserin 3 gram

Dimasukan M1 gerus ad Dipanaskan lumpang dan alu


homogen Dipanaskan span 80 dan ol
dengan alkohol 96% lalu
ricini sampai suhu 70oC (M2)
dibakar

Ditambahkan pewarna
Ditambahkan M2 Ditambahkan gliserin
merah cabe 3tts gerus ad
gerus ad homogen gerus ad homogen
homogen

7
Dilakukan evaluasi
organoleptis, sedimentasi,
viskositas dan pnentuan tipe
emulsi

Dipindahkan sediaan Dimasukan sedian kedalam


kedalam beakerglass botol 100 ml lalu tambahkan
aquades sampai tanda batas
100ml

Cara Kerja Formulasi 2 (A/M)

Disiapkan alat dan Ditimbang ol ricini 20 gram, Dipanaskan tween 80 dan air
bahan tween 80 2,5 gram span 80 5 30 ml sampai suhu 70oC (M1)
gram dan Ppg 3 gram

Dimasukan M1 gerus Dipanaskan lumpang dan alu Dipanaskan span 80 dan ol


ad homogen dengan alkohol 96% lalu ricini sampai suhu 70oC (M2)
dibakar

8
Ditambahkan M2 gerus ad Ditambahkan Propilenglikol Ditambahkan pewarna
homogen gerus ad homogen merah cabe 3 tts gerus ad
homogen

Dilakukan evaluasi
organoleptis, sedimentasi,
viskositas dan pnentuan tipe
emulsi

Dimasukan sedian kedalam Dipindahkan sediaan kedalam


botol 100 ml lalu tambahkan beakerglass
aquades sampai tanda batas
100ml

9
Cara Kerja Formulasi 3 (M/A)

Disiapkan alat Ditimbang ol ricini 20 gram, Dipanaskan tween 80 dan air


dan bahan tween 80 5 gram span 80 2,5 30 ml sampai suhu 70oC (M1)
gram dan gliserin 3 gram

Dimasukan M2 Dipanaskan lumpang dan alu Dipanaskan span 80 dan


gerus ad homogen dengan alkohol 96% lalu parrafin liq sampai suhu 70oC
dibakar (M2)

Ditambahkan M1
Ditambahkan gliserin Ditambahkan pewarna
gerus ad homogen
gerus ad homogen orange gerus ad homogen

10
Dilakukan evaluasi
organoleptis, sedimentasi,
viskositas dan pnentuan tipe
emulsi

Dipindahkan Dimasukan sedian kedalam


sediaan kedalam botol 100 ml lalu tambahkan
beakerglass aquades sampai tanda batas
100ml

Cara Kerja Formulasi 4 (M/A)

Disiapkan alat Ditimbang parrafin 20 gram, Dipanaskan tween 80 dan air


dan bahan tween 80 2,5 gram span 80 5 30 ml sampai suhu 70oC (M1)
gram dan Ppg 3 gram

Dimasukan M2 gerus Dipanaskan lumpang dan alu


Dipanaskan span 80 dan
ad homogen dengan alkohol 96% lalu
parrafin liq sampai suhu 70oC
dibakar
(M2)

11
Ditambahkan M1 Ditambahkan pewarna
Ditambahkan Propilenglikol
gerus ad homogen orange 3tts gerus ad
gerus ad homogen
homogen

Dilakukan evaluasi
organoleptis, sedimentasi,
viskositas dan pnentuan tipe
emulsi

Dimasukan sedian kedalam


botol 100 ml lalu tambahkan Dipindahkan sediaan kedalam
aquades sampai tanda batas beakerglass
100ml

Cara kerja formula 1 dan 2


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang ol ricini 20 gram
Tween 80 5 gram dan 2,5 gram
Span 80 2,5 gram dan 5 gram
Gilserin 3 gram dan propilenglikol 3 gram
3. Dikalibrasi botol 100 ml
4. Dipanaskan tween 80 dan air 30ml sampai suhu 70oC (M1)
5. Dipanaskan span 80 dan ol ricini sampai suhu 70oC (M2)
6. Dipanaskan lumpang dan alu dengan alkohol 96% lalu dibakar
7. Dimasukan M1 gerus ad homogen
8. Ditambahkan M2 gerus ad homogen

12
9. Ditambahkan gliserin gerus ad homogen (untuk R1) dan propilenglikol
(untuk R2)
10. Ditambahkan pewarna merah cabe 3 tetes gerus ad homogen
11. Dipindahkan sediaan kedalam beakerglass
12. Dimasukan sediaan kedalam beakerglass
13. Dimasukan sediaan kedalam botol 100ml lalu tambahkan aquades sampai
tanda batas
14. Dilakukan evaluasi organoleptis, sedimentasi, viskositas dan penentuan
tipe emulsi.

Cara kerja formula 3 dan 4

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang parrafin liq 20 gram
Tween 80 5 gram dan 2,5 gram
Span 80 2,5 gram dan 5 gram
Gliserin 3 gram dan propilenglikol 3 gram
3. Dikalibrasi botol 100 ml
4. Dipanaskan tween 80 dan air 30 ml sampai suhu 70oC (M1)
5. Dipanaskan span 80 dan parrafin liq sampai suhu 70oC (M2)
6. Dimasukan (M2) gerus ad homogen
7. Ditambahkan (M1) gerus ad homogen
8. Ditambahkan gliserin (untuk resep 3) dan propilenglikol (untuk resep 4)
9. Ditambahkan pewarna orange 3 tetes gerus ad homogen
10. Dipindahkan sediaan kedalam beakerglass
11. Dimasukan sediaan kedalam botol 100ml lalu tambahkan aquades sampai
tanda batas
12. Dilakukan evaluasi organoleptis, sedimentasi, viskositas dan penentuan
tipe emulsi
2.5 Hasil Evaluasi
A. Organoleptis
Formula 1 dan Formula 2

13
Bentuk : Cair/Emulsi
Aroma :-
Warna : Merah muda
Rasa : Pahit
Formula 3 dan 4
Bentuk : Cair/Emulsi
Aroma :-
Warna : Orange
Rasa : Pahit

B. Tipe Emulsi
Formula 1 dan Formula 2 (A/M)
Formula 3 dan Formula 4 (M/A)
C. Sedimentasi hari pertama
Sedimentasi 15 Menit 30 Menit
Formula 1 23 ml 61 ml
Formula 2 10 ml 15 ml
Formula 3 54 ml 66 ml
Formula 4 25 ml 51 ml
Perhitungan volume sedimentasi 15 menit
F = Vu/Vo
Keterangan
F = volume sedimentasi
Vu = volume enapan
Vo = volume total

14
Formula 1 Formula 3
F = Vu/Vo F = Vu/Vo
F = 23/100 F 54/100
F = 0,23 ml F = 0,54 ml
Formula 2 Formula 4
F = Vu/Vo F = Vu/Vo
F = 10/100 F = 25/100
F = 0,1 ml F = 0,25 ml
Perhitungan volume sedimentasi 30 menit
F = Vu/Vo
Keterangan
F = volume sedimentasi
Vu = volume enapan
Vo = volume total
Formula 1 Formula 3
F = Vu/Vo F = Vu/Vo
F = 61/100 F 66/100
F = 0,61 ml F = 0,66 ml
Formula 2 Formula 4
F = Vu/Vo F = Vu/Vo
F = 15/100 F = 51/100
F = 0,15 ml F = 0,51

Gambar hasil sedimentasi hari pertama waktu 30 menit

15
Perhitungan hasil sedimentasi hari ke 7
Formula 1 Formula 3
F = Vu/Vo F = Vu/Vo
F = 71/100 F 76/100
F = 0,71 ml F = 0,76 ml
Formula 2 Formula 4
F = Vu/Vo F = Vu/Vo
F = 60/100 F = 77/100
F = 0,60 ml F = 0,77 ml

Grafik perbandingan Sedimentasi


Perbandingan Tinggi sedimen dengan waktu sedimentasi

300

250

200
Formula 4

150 Formula 3
Formula 2
100 Formula 1

50

0
15 menit 30 menit hari ke-7

16
D. Viskositas hari pertama
Spindel Speed F/1 F/2 F/3 F/4
0,3 0,5 1 - -
0,6 0,5 - - -
1,5 - - - -
Spindel no 3 - 0,5 - -
2/62 6 - 1 0,5 1
12 1 2 2 0,5
30 - 3 1,5 1
60 - 5 4 1,5
Perhitungan viskositas hari pertama
Speed Spindel Number 2/62
0,3 1000
0,6 500
1,5 200
3 100
6 50
12 25
30 10
60 5

Formula 1
Dial readig x faktor = viskositas in centipoise (mPa’s)
Speed 0,3 = 1000 x 0,5 = 500 mPa’s
Speed 0,6 = 500 x 0,5 = 250 mPa’s
Speed 12 = 25 x 1 = 25 mPa’s
Formula 2
Speed 0,3 = 1000 x 1 = 1000 mPa’s
Speed 3 = 100 x 0,5 = 50 mPa’s
Speed 6 = 50 x 1 = 50 mPa’s
Speed 12 = 25 x 2 = 50 mPa’s
Speed 30 = 10 x 3 = 30 mPa,s
Speed 60 =5x5 = 25 mPa’s

17
Formula 3
Speed 6 = 50 x 0,5 = 25 mPa’s
Speed 12 = 25 x 2 = 50 mPa’s
Speed 30 = 10 x 1,5 = 15 mPa’s
Speed 60 =5x4 = 20 mPa’s
Formula 4
Speed 6 = 50 x 1 = 50 mPa’s
Speed 12 = 25 x 0,5 = 12,5 mPa’s
Speed 30 = 10 x 1 = 10 mPa’s
Speed 60 = 5 x 1,5 = 7,5 mPa’s

2.6 Hasil Pengamatan


Dari hasi pengamatan minngu pertama:
a. Tipe emulsi formula 1 dan 2 (a/m) sedangkan formula 3 dan 4 (m/a)
b. Hasil nilai-nilai sedimentasi

Menit 15 Menit 30 Hari ke 7


Formula 1 0,23 Formula 1 0,61 Formula 1 0,71
Formula 2 0,1 Formula 2 0,15 Formula 2 0,60
Formula 3 0,54 Formula 3 0,66 Formula 3 0,76
Formula 4 0,25 Formula 4 0,51 Formula 4 0,77

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Pembahasan
Emulsi adalah sediaan cairan berupa campurn dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi, fase cairan yang satu terdipersi sangat halus dan merata dalam
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan
lainnya, umumnya distabikan oleh zat pengemulsi. Zat pengemulsi (emulgator)
merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang
stabil.(7)
Pada praktikum kali ini yang dimana pembuatan emulsi dengan emulgator
sistem HLB (Hydrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka yang menunjukan
perbandingan antara kelompok lipofil dengan hidrofil. Hasil sediaan evaluasi
sediaan yang didapat emulsi tersebut merupakan tipe (a/m) dan (m/a).(7)
(a/m) adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam
minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external. (m/a) adalah
emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
Evaluasi yang kedua yaitu sedimentasi penentuan sedimentasi disini
digunakan 3 waktu yang dimana 15 menit, 30 menit dan 7 hari dari hasil
perbandingan dari hasil sedimentasi tersebut yang paling tinggi pada hari ke 7
karena sedimentasi ke 7 itu larutan mengendap dengan sempurna dibanding hari
pertama dengan waktu 15 menit serta 30 menit selain hasil sedimentasi evaluasi
organoleptis pada sediaan juga dilakukan pada evaluasi ini proses yang dicek
meliputi warna, rasa, aroma bentuk dan bau.
Selanjutnya evaluasi viskositas, pengujian viskositas disini menggunakan
vikositas brookfiled. Viskositas brookfiled dalah alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat kekentalan suatu bahan , berbagai bahan (liquid) cair mampu
diukur mulai dari yang rendah low viscosity dan yang kekentalan tinggi high

19
viscosity dengan informasi yang diperlukan untuk dibuat pengukuran viskositas
yang baik (8). Pengujian kekantalan sedian emulsi ini menggunakan spindel 2
yang dimana sediaa tersebut cair jadi menguannakan spindel tersebut hasil nilai
dari pengukuran tersebut, dengan cairnya suatu sedian maka nilai alirnya akan
naik (besar)
3.2 Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan
1. Tipe emulsi formula 1 dan 2 (a/m) formula 3 dan 4 (m/a)
2. Hasil sedientasi dari ke 3 waktu yang terbaik jumlah volume sedimentasinya
yaitu pada hari ke 7
3. Pengujian viskositas yang dilakukan menggunakan spindel 2 dengan sped 3-
60
4. Sediaan yang sudah di diamkan selama 7 hari masih dalam keadaan setabil
setalah dicek secara organoleptis

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, Loyd. Et all. 2013. Bentuk Sediaan Farmaseutik dan Sistem Penghantaran
Obat. EGC: Jakarta.
2. Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi lV. UI Press :
Jakarta.
3. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
4. Martin, Alfred dkk. 2008. Farmasi Fisik Edisi I. UI-Press: Jakarta
5. Lachman, Leon dkk. 2012,Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. UI-
Press : Jakarta.
6. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. 2009.
Farmakologi dan Terapi edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
7. G Elza, Maryani. 2008. Ilmu Resep. Jakarta
8. https://calipro.org/2020/04/13/pengukuran-
viskositas/#:~:text=adalah%20alat%20yang%20digunakan%20untuk,dibuat%20
pengukuran%20viskositas%20yang%20baik. Diakses 07 februari 2021

21
BAB IV

URAIAN TUGAS

Nama Tugas
M. Hadiyat Aziz Permana Membuat laporan modul

May Ryan Gigs Silaban Membuat laporan modul 5 bagian bab 2 (2.2, 2.3, 2.4)

M Ilyas Membuat laporan modul 5 bagian (Bab 1 dan bab 2 2.1)

M Ridwan Mutaqin Membuat laporan modul 3 bagian (Bab 2 2.4, 2.5, 2.6
dan Bab 3 penggabungan laporan modul 3)
Mutiara Lukita Hakim Membuat laporan modul 4 (Bab 2: 2.1, 2.2, 2.3, 2.4)

Nia Kristiyaningsih Membuat laporan modul

Nida Azizah Membuat laporan modul 5 bagian (Bab 2: 2.5, 2.6) dan
Bab 3 penggabungan laporan modul 3
Nur Ikhsandi Membuat laporan modul 3 bagian (Bab 1 dan Bab 2 2.1,
2.2, 2.3)

22

Anda mungkin juga menyukai