Anda di halaman 1dari 29

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI

SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG

Zat aktif : Kloramfenikol Palmitat


Sediaan : Suspensi
Jumlah Sediaan : 100 mL/botol, 1200 mL/batch
Alat : Mixer

1. FORMULA
Formula yang Diberikan
R/ Kloramfenikol 150 ml/ 5 ml
PGA 1%
Tween 80 0,5%
Propilenglikol 20%
Sorbitol 2%
Sirupus Simplex 30%
Aquadest ad 100 ml

Formula yang Dibuat


R/ Kloramfenikol Palmitat 150 ml/5 ml
PGA 1%
Tween 80 0,5%
Propilenglikol 20%
Sirupus Simplex 30%
Strawberry Flavour q.s
Aquadest untuk PGA 1,5 ml/1 gram PGA
Aquadest ad 100 ml

1
2. KEGUNAAN ZAT DALAM FORMULA
Tabel 2.1 Kegunaan Zat dalam Formula
Zat Kegunaan
Kloramfenikol Zat aktif
PGA Suspending Agent
Tween 80 Wetting Agent
Propilenglikol Penstabil
Sirupus Simplex Pengental dan Pemanis
Strawberry Flavour Flavour
Aquadest Solvent

3. ALASAN PEMILIHAN FORMULA


3.1 Kloramfenikol Palmitat :
Merupakan golongan obat antibiotik yang stabil (British Pharmacopoeia,
2009 : 1231), digunakan supaya bentuk sediaan cair yang disiapkan
mempunyai rasa enak (Ansel, 1989 : 356). Bentuk palmitat dari
kloramfenikol dipilih untuk bentuk sediaan suspensi bukan hanya karena
tidak larut dalam air saja, tetapi juga karena kualitasnya yang tidak memberi
rasa, dengan cara itu menghilangkan masalah formulasi dalam usaha
menutupi rasa pahit dari basa kloramfenikol (Ansel, 1989 : 373).
Kloramfenikol palmitat dibuat dalam dosis 150 mg/ 5 ml karena merupakan
antibiotik berspektrum luas yang dicadangkan untuk infeksi yang serius
oleh mikroorganik yang dapat diterima, apabila bahan-bahan yang kurang
kuat tidak efektif atau kontraindikasi (Ansel, 1989 : 367).
3.2 PGA (propylene glycol alginate) :
Propilen Glikol Alginat digunakan sebagai penstabil, suspending agent
dalam formulasi farmasi oral dalam rentang konsentrasi 0,3-5% b/v (Rowe,
2009 : 594).
3.3 Tween 80 (Polysorbate 80) :
Sebagai pembasah/wetting agent untuk zat aktif yang tidak larut dalam
basis lipofilik adalah 0,1-3% (Rowe, 2009 : 550). Konsentrasi yang dapat

2
digunakan Tween 80 pada suspensi kloramfenikol palmitat adalah kurang
dari 16% (Rowe, 2009 : 551).
3.4 Propelinglikol :
Digunakan sebagai penstabil sediaan larutan oral pada rentang 10-25%
(Rowe, 2009 : 592).
3.5 Sirupus Simplex :
Merupakan bagian dari sakarosa yang digunakan sebagai zat pemanis
dengan konsentrasi 67% (Rowe, 2009 : 704).
3.6 Strawberry Flavour :
Fase pendispersi dari suspensi antibiotik adalah air dan biasanya diberi
warna, pemanis, pewangi dan perasa untuk memberikan cairan lebih
menarik dan menambah selera (Ansel, 1989 : 373).
3.7 Aquadest :
Aquadest memiliki persentasi dapat berubah-ubah digunakan sebagai
pelarut (Rowe, 2006 : 766).

4. MONOGRAFI
4.1 Kloramfenikol Palmitat
Rumus Molekul : C7H42Cl2N2O6
BM : 561,56
Pemerian : Serbuk hablur, halus, licin; putih; bau
Titik : 87°C – 95°C
lebur                
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 45 bagian
etanol (95%) p, dalam 6 bagian kloroform p dan 14
bagian eter p
Kegunaan : Antibiotik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terhindar dari cahaya.
(Farmakope Indonesia edisi III : 145)

4.2 PGA (Pulpis Gummi Arabicum)


Nama resmi : Gummi acasia
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir.

3
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental
dan tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol
(96%) p
Kegunaan : Zat tambahan/ emulgator
Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik
n
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar,
mudah terurai oleh bakteri dan reaksi enzimatik, dan
mudah teroksidasi.
(Farmakope Indonesia edisi III, hal 279)

4.3 Tween 80 (Polisorbat 80)


Struktur :

Gambar 4.1. Struktur Kimia Tween 80


Rumus Molekul : C64H124O26
BM : 1310
Pemerian : Bau khas, sedikit rasa pahit, cairan minyak
berwarna kuning
Ph : 6-8 dalam 5% laturan air
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol, tidak larut minyak
mineral dan minyak sayur
Kegunaan : Pembasah, konstituen aktif dalam basis minyak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk
dan kering serta terlindung dari cahaya
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal 549-553)

4.4 Sirupus simplex

4
Struktur :

Gambar 4.2. Struktur Kimia Sirupus Simplex


Nama sinonim : Sirup gula
Titik Lebur : 180oC
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Kegunaan : Pengental dan Pemanis
Penyimpanan : Simpan pada wadah tertutup rapat
Stabilitas : Stabil ditempat sejuk
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal 703-712)

4.5 Propylene glycol


Struktur :

Gambar 4.3. Struktur Kimia Propylene glikol


Rumus Molekul : C3H8O2
BM : 76.09
Bentuk anhidrat : 110–112oC
Bentuk metastabil : 93oC
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa agak manis. cairan kental, jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalan air, dengan etanol (95%) p dan
dengan kloroform o; larut dalam 6 bagian eter;
tidak dapat dicampur dengan eter minyak tanah p
dan dengan minyak lemak
Kegunaan : Pemanis, bahan pengawet dalam semisolid (15-30
%), desinfektan, humektan dalam sediaan topikal
konsentrasi 15%, platisizer, bahan penstabil,

5
pelarut
Penyimpanan : Serbuk yang hidroskopik dalam wadah yang baik,
ditempat yang kering dan sejuk
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal 679-682)

4.6 Aqua Destilata


Struktur :

Gambar 4.4 Struktur Kimia Aqua Destilata


Sinonim : Air suling
Rumus Molekul : H2O
BM : 18,00
Titik didih : 1800 C
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
memiliki rasa
pH : 7
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Stabil dalam bentuk fisik (es , air , dan uap. Pada
saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion
dan bahan organik yang dapat menaikan
konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta
harus terlindungi dari partikel, partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air.
(Farmakope Indonesia Edisi III, Hal 96)

4.7 Strawbery Flavour


Rumus Molekul : C16H19N3O4S
BM : 349,40
pH : 5,3
Pemerian : Dalam larutan memiliki rasa dan bau seperti

6
strawberry atau nanas dan cairan jernih tidak
berwarna
Kelarutan : Larut dalam 21 bagian etanol 95% dan dalam 80
bagian gliserin, dalam 53 bagian propanol, dalam 28
bagian propilenglikol, dalam 83 bagian air
Kegunaan : Pemanis dan pewangi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering,
terhindar dari cahaya matahari
Konsentrasi : Kurang dari 1%
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6thed, hal 369)

5. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN


5.1 Perhitungan Bahan
5.1.1 Perhitungan Bahan untuk 1 Botol
150 mg
Kloramfenikol palmitat x 10 ml = 3000 mg ( 3 g)
5 ml
1
PGA x 100 ml =1g
100
0,5
Tween 80 x 100 ml = 0,5 g
100
20
Propilenglikol x 100 ml = 20 ml
100
30
Sirupus simplex x 100 ml = 30 ml
100
Aquadest untuk PGA 1,5 x 1 g = 1,5 ml
Aquadest ad 100 ml
Strawberry Flavour 1 tetes
Red qs

5.1.2 Perhitungan Bahan untuk 1 Batch


Kloramfenikol palmitat 3 g x 12 = 36 g
PGA 1 g x 12 = 12 g
Tween 80 0,5 x 12 =6g

7
Propilenglikol 20 ml x 12 = 240 ml
Sirupus simplex 30 ml x 12 = 360 ml
Aquadest untuk PGA 1,5 ml x 12 = 18 ml
Aquadest 100 ml x 12 = 1200 ml
Strawberry Flavour 1 tetes x 12 = 12 tetes
Red qs

5.2 Penimbangan Bahan


Kloramfenikol palmitat 36 g
PGA 12 g
Tween 80 6g
Propilenglikol 240 ml
Sirupus simplex 360 ml
Aquadest untuk PGA 18 ml
Aquadest 1200 ml
Strawberry Flavour 12 tetes
Red qs

6. PROSEDUR KERJA DAN EVALUASI


6.1 Prosedur Kerja
Botol 100 ml dikalibrasi. Lalu, aquadest dipanaskan hingga 90-95 oC.
Kemudian, PGA ditaburkan kedalam aquadest hingga mengembang. PGA
diaduk dengan mixer hingga terbentuk mucilago (M1). Lalu, sirupus simplex
ditambahkan 180 ml (M2). Selanjutnya, kloramfenikol palmitat dicampurkan
dengan propilenglikol dan tween 80 (M3). dimasukkan Campuran M2 dan M3
kedalam M1. Lalu, menggunakan mixer dihomogenkan dengan kecepatan 722
rpm. Kemudian, sisa sirupus simplex ditambahakan kedalam campuran M 1.
Campuran diaduk hingga homogen. Ditambahkan strawberry flavour dan
aquades ad 1200 ml. Suspensi dihomogenkan kembali dengan mixer.

8
Kemudian, dimasukkan kedalam botol 100 ml. (Ansel, 1989: 362-363 dan
Kumpulan Materi Teknologi Farmasi dan Analisis Kimia)

6.2 Prosedur Evaluasi


6.2.1. Organoleptis
Pengujian kejernian, bau, dan rasa. Selain itu diperiksa
perlengkapan dan kebersihan etiket, brosur, kotak, dan penandaan
(Kumpulan Materi Teknologi dan Analisis Kimia).
6.2.2 Bobot Jenis
Terlebih dahulu cuci bersih piknometer dan keringkan kemudian
timbang bobot piknometer kosong (W1). Kemudian isi dengan air suling
sampai meluber, bagian piknometer dilap sampai kering dan ditimbang
(W3). Buang air suling lalu keringkan, kemudian masukkan larutan
kedalam piknometer hingga meluber, bagian piknometer dilap sampai
kering dan ditimbang (W2) (Kumpulan Materi Teknologi dan Analisis
Kimia).
6.2.3 Volume Terpindahkan
Isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering
terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali
volume yang diukur dan telah dikalibrasi. Secara hati-hati untuk
menghindarkan pembentukan gelembung diamkan selama 30 menit. Jika
telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran
larutan yang diperoeh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak
satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang
dinyatakan pada etiket (Farmakope Indonesia Edisi IV: halaman 1089).
6.2.4 pH
pH meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan buffer
standar. Kemudian ukur pH cairan menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi (Kumpulan Materi Teknologi dan Analisis Kimia).
6.2.5 Viskositas

9
Tabung diisi dengan sejumlah larutan dengan suhu 26oC. Atur
meniskus cairan dalam tabung kapiler hingga garis atas penghisapan.
Kemudian buka kedua tabung pengisi dan kapiler agar cairan dapat
mengalir dan catat waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir
(Farmakope Indonesia Edisi IV: halaman 1038)
6.2.5 Volume Sedimentasi
Sediaan dimasukan ke dalam botol yang sudah berskala. Volume
yang diisikan merupakan volume awal (V0). Kemudian setelah beberapa
waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi. Volume
terakhir tersebut diukur (Vu). Lalu hitung volume sedimentasi (F).
(Kumpulan Materi Teknologi dan Analisis Kimia)

7. DATA PENGAMATAN
Tabel 7.1. Hasil Evaluasi Sediaan

Hasil
Persyaratan
Evaluasi Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke
Literatur
0 1 2 3
Rasa Manis Manis Manis Manis
Merah Merah Merah Merah
Warna
Muda Muda Muda Muda
strawber
Bau strawberi strawberi Strawberi
i
pH 4,5 - 7 5,18 5,35 5,31 5,31
Bobot Jenis >1 1,079 1,094 1,088 1,089
Mudah
dikocok dan
Viskositas 10 cP 10 cP 10 cP 10 cP
dituang p ≥
0,05
Volume ≤ 95% 100 % 99 % 98 % 97,25%

10
Terpindahkan

Tabel 7.2. Hasil Evaluasi Volume Sedimentasi


Wakt F Syarat
V0 Va
u
0’ 60 1
5’ 57,5 0,95
10’ 56,5 0,94
15’ 54,5 0,90
20’ 60 55,5 0,92 >1
24 jam 56,5 0,94
48 jam 55,5 0,92
72 jam 54,5 0,90

Gambar 7.1. 1Grafik pH Suspensi Kloramfenikol

11
Gambar 7. 2. Grafik Bobot Jenis Suspensi Kloramfenikol

Gambar 7. 3. Viskositas Suspensi Kloramfenikol

12
Gambar 7. 4. Volume Terpindahkan Suspensi Kloramfenikol

Gambar 7. 5. Grafik Volume Sedimentasi Suspensi Kloramfenikol

8. PEMBAHASAN

13
Pada praktikum formulasi sediaan semisolid ini melakukan pembuatan sediaan
suspensi, dengan zat aktif yaitu kloramfenikol palmitat. Sebelum pengerjaan sediaan
tersebut dilakukan terlebih dahulu preformulasi. Dilakukannya preformulasi ini untuk
mengetahui kestabilan suatu zat aktif tersebut untuk dibuat suatu sediaan suspensi.
Formulasi yang digunakan yaitu :
R/ Kloramfenikol Palmitat 150 ml/5 ml
PGA 1%
Tween 80 0,5%
Propilenglikol 20%
Sirupus Simplex 30%
Strawberry Flavour q.s
Aquadest untuk PGA 1,5 ml/ 1 gram PGA
Aquadest ad 100 ml
Zat aktif yang digunakan adalah kloramfenikol palmitat. Kloramfenikol
palmitat digunakan sebagai antibiotic dengan dosis 150 mg/5 ml dalam buku
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 367 , dengan dosis tersebut berkhasiat
sebagai antibiotik berspektrum luas umtuk infeksi yang serius oleh mikroorganisme .
Kebanyakan bahan antibiotik tidak stabil bila berada dalam larutan, untuk waktu lama
yang diinginkan sehingga kloramfenikol dibuat sediaan suspensi. Suspensi oral
antibiotik juga memberikan cara yang memuaskan dari pemberiaan sediaan kepada
bayi dan anak-anak , sebagaimana juga pada orang dewasa yang lebih senang
memilih sediaan cair daripada bentuk sediaan padat. Bentuk palmitat dari
kloramfenikol dipilih untuk bentuk sediaan suspensi bukan hanya karena ketidak
larutannya dalam air , tetapi juga karena kualitasnya yang tidak akan memberi rasa,
dengan cara itu menghilangkan masalah formulasi dalam usaha menutupi rasa pahit
dari basa kloramfenikol selain itu diubahnya kloramfenikol tersebut menjadi
kloramfenikol palmitat karena penggunaannya untuk anak-anak.
Pembuatan suspensi menggunakan alat mixer 2 (mixer kue) dengan kecepatan
(140 - 300 rpm) selama 15 menit. Penggunaan alat ini bertujuan untuk
menghomogenkan zat –zat yang dicampurkan. Penggunaan kecepatan 1 dikarenakan

14
kecepatan mixer tersebut tidak diketahui secara tepat berapa kecepatan tepat rpmnya,
maka untuk mencegah terbentuknya saponifikasi, maka digunakan kecepatan yang
rendah, namun kecepatan 1 telah dapat menghomogenkan sediaan, ditandai dengan
warna pewarna Red yang diberikan pada sediaan. Apabila terbentuk saponifikasi
disebabkan adanya udara yang terperangkap dan menyebabkan volume sediaan
berkurang . Pewarna red juga digunakan untuk menambah estetika sediaan tersebut,
selain itu ditambahkan perasa strowbery agar sesuai dengan pewarna yang diberikan.
Kemudian , digunakan Sirupus simplex 30% digunakan sebagai pemanis untuk
memperbaiki rasa dari sediaan dan juga dapat meningkatkan viskositas suspensi .
Zat tambahan yang digunakan adalah PGA 1% sebagai suspending agent.
Suspending agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel
tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan
sedimentasi diperlambat, dan untuk mencegah penurunan partikel Suspending agent
berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan
viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja
suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tetapi
kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. PGA
digunakan dalam sediaan karena tidak bereaksi dengan zat aktif, melainkan PGA
hanya bereaksi dengan amidopyrine, apomorphine, cresol, ethanol (95%), ferric salts,
morphine, phenol, physostigmine, tannins, thymol, and vanillin.
Tween 80 0,5% agen pembasah (wetting agent/humektan). Dalam beberapa hal
fase terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan
mudah “dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Zat aktif dibasahi
terlebih dahulu dengan fase pembasah tersebut, agar lebih mudah dipenetrasi oleh
medium dispersi. Fungsi pembasah berguna untuk menurunkan tegangan permukaan
bahan dengan air (sudut kontak), meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut.
Bahan pembasah yang digunakan adalah surfaktan yang dapat memperkecil sudut
kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Mekanisme humektan tersebut
adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat sehingga zat padat

15
dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa , menurunkan tegangan antar
muka.
Propilenglikol 20% ini digunakan sebagai penstabil dalam suatu sediaan
suspensi. Maksud dari penstabil ini untuk pendispersi zat aktif tersebut sehingga akan
mudah terdispersi dengan membantu tween 80 tersebut. Setelah melakukan
pembuatan sediaan dengan zat aktif kloramfenikol palmitat dan beberapa zat
tambahan. Kemudian dilakukan evaluasi. Evaluasi pertama yaitu evaluasi
organoleptik. Hasil pengamatan dari hari awal pembuatan hingga hari ketiga
menunjukkan hasil yang stabil dari bentuk,warna maupun rasa. Hal ini dikarenakan
zat aktif dan zat tambahan yang digunakan sesuai dengan formula dan bekerja sesuai
fungsinya masing-masing. Evaluasi yang kedua yaitu uji pH yang bertujuan untuk
melihat tingkat keasaman sediaan suspensi untuk menjamin sediaan tidak
menyebabkan iritasi apabila terlalu asam maupun terlalu basa, Berdasarkan hasil
evaluasi sediaan ini memiliki pH di rentang 5,19 - 5,35 sehingga suspensi tersebut
dapat diterima dalam tubuh, karena pH suspensi berada dalam rentang 4,5 - 7
sehingga pH suspensi tersebut sesuai dengan literatur. Evaluasi yang ketiga yaitu uji
viskositas. Uji viskositas perlu dilakukan, karena viskositas merupakan suatu sifat
cairan yang berhubungan erat dengan hambatan suatu sediaan untuk mengalir.
Kekentalan atau konsistensi disebabkan oleh gaya kohesi antar partikel atau antar
molekul untuk berikatan kembali sehingga zat menjadi satu. Faktor – faktor yang
mempengaruhi viskositas suatu suspensi adalah viskositas medium dispersi,
persentase volume medium dispersi, ukuran partikel fase terdispersi dan jenis serta
konsentrasi suspensifier/stabilizer yang digunakan. Semakin tinggi viskositas dan
persentase medium dispersi, maka makin tinggi viskositas suspensi. Demikian juga
semakin kecil ukuran partikel suatu suspensi, maka semakin tinggi viskositasnya dan
makin tinggi konsentrasi suspensifier/stabilizer yang digunakan. Viskositas akan
bernilai tetap pada tekanan 0 - 100 atm.
Alat yang digunakan untuk menguji viskositas yaitu viskometer brookfield.
Prinsip dari alat ini yaitu rotasi dengan mengkombinasikan setting spindle dan
kecepatan putar spindle. semakin kental suatu larutan maka semakin kecil ukuran

16
pengaduk yang digunakan. Semakin kental suatu zat cair, maka semakin sulit
dilakukan pengadukan. Sehingga bila semakin kental suatu zat, maka harus
digunakan ukuran pengadukan yang kecil. Hal ini dikarenakan, pada larutan yang
memiliki viskositas yang tinggi, bila diaduk menggunakan pengaduk dengan ukuran
besar maka akan dibutuhkan gaya yang lebih besar pula. Viskositas ini
mempengaruhi kestabilan dari suspensi selama penyimpanan, dimana suspensi yang
memiliki viskositas yang lebih besar tidak mudah mengalami pemisahan antara fase
minyak dan fase air selama penyimpanan, karena semakin tinggi viskositas suatu
suspensi semakin baik penghambatan agregasi atau penggabungan kembali globul.
Hasil pengujian menunjukan viskositas mengalami penurunan hal tersebut
disebabkan karena adanya perubahan stabilitas dari sediaan suspensi tersebut. Pada
viskositas yang rendah fase terdispersi (globul) akan lebih mudah bergerak dalam
medium pendispersinya sehingga peluang terjadinya tabrakan antara sesama globul
semakin tinggi dan globul cenderung bergabung menjadi partikel yang lebih besar
dan menggumpal. Sediaan memiliki nilai viskositas yang baik karena lebih dari 0,05.
Evaluasi yang keempat yaitu Bobot Jenis (BJ). Pada hari pertama hingga hari
yang ketiga didapatkan hasil nilai BJ yang menurun, hal ini seiring dengan penurunan
dalam nilai viskositas. Karena nilai viskositas ditentukan pula dengan nilai BJ.
Semakin kecil nilai BJ, semakin kecil viskositas tersebut maka semakin encer sediaan
tersebut. Namun hasil BJ sesuai dengan yang tertera dalam literatur yaitu > 1 g / mL.
Evaluasi yang kelima yaitu volume terpindahkan. Evaluasi volume
terpindahkan meliputi perpindahan volume dari botol ke dalam gelas ukur untuk
menjamin bahwa larutan oral sesuai dengan volumenya yaitu 100 mL. Hasilnya
dimana volume terpindahkan tidak kurang dari 95% yang menandakan volume
sesuai dengan yang telah ditentukan, walaupun ada yang sedikit menempel dalam
botol, tapi tetap masuk dalam batas toleransi. Nilai volume terpindahkan berkaitan
erat dengan nilai viskositas, berdasarkan hasil pengujian volume terpindah memiliki
nilai yang baik sehingga berbanding lurus dengan nilai viskositas yang baik, karena
sediaan dapat mengalir dengan baik.

17
Evaluasi keenam yaitu volume sedimentasi. Pengujian sedimentasi dilakukan
karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama
dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan karena endapan yang
terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang
agar menghasilkan sistem yang homogen. Percobaan ini dilakukan berdasarkan
hukum stokes yaitu bahwa sedimentasi berkaitan dengan ukuran partikel dari zat
terdispersi dan bergantung pada viskositas fase pendispersi. Semakin lama waktu
simpan, volume sedimentasi akan semakin menurun. Pada literatur, suspensi yang
baik memiliki volume sedimentasi sama dengan 1. Suspensi yang bagus sebaiknya
tidak memiliki volume sedimentasi dalam waktu penyimpanan yang masih terhitung
singkat. Dari hasil pengujian didapatkan volume sedimentasi yang semakin
bertambah hal tersebut disebabkan karena ketidak homogenan antara bahan dalam
sediaan pada saat proses pencampuran dan suspending agent yang digunakan kurang
berfungsi dengan baik.

9. KESIMPULAN
Suspensi kloramfenikol palmitat yang dibuat pada praktikum ini sebanyak 12
botol setiap botol mengandung 100 ml. Beberapa botol suspensi digunakan sebagai
sampel untuk evaluasi, diantaranya adalah uji organoleptis, pH, viskositas, volume
terpindahkan, volume sedimentasi, dan bobot jenis. Hasil dari semua pengujian
menunjukkan bahwa secara keseluruhan suspensi ini baik, stabil dan memenuhi
persyaratan. Hanya saja suspensi ini sedikit tidak baik karena sedikit tidak homogen
sehingga mengakibatkan bertambahnya volume sedimentasi.

18
10. DAFTAR PUSTAKA
Bethesda, Maryland. 2011. AHFS Drug Information Essentials. American
Society of Health – System Pharmacis)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi


III. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi


IV. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia.


EdisiV. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.

Kasim, Fauzi,dkk.2014.iso Indonesia.Volume ke-49.Jakarta : PT ISFI

Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey, and Sian C. Owen. 2006. Handbook of


Pharmaceutical Excipients 5th Ed. Wasington DC and London :
Pharmaceutical Press.

19
11. RINCIAN DISTRIBUSI KERJA
10.1 Distribusi Kerja Batchsheet
Khoirul isnan : Nama produk, catatan dosis
Silva Oktaviani : Perhitungan dan penimbangan
Hary Satrio : Kemasan
Ria Juhriah : Prosedur
Calvilna : Prosedur dan persyaratan IPC
Zenith Virgina : Penulis Batchsheet

10.2 Distribusi Kerja Praktikum


Semua mengerjakan mulai dari pengumpulan alat dan bahan,
penimbangan, pencucian hingga pembuatan, pekerjaan terbagi rata.

20
10.3 Distribusi Kerja Laporan
Khoirul isnan : Prosedur dan syarat evaluasi, perhitungan evaluasi
Silva Oktaviani : Editor, kesimpulan
Hary Satrio : Kemasan, pembahasan
Ria Juhriah : Monografi zat tambahan, perhitungan dan
penimbangan, prosedur pembuatan
Calvilna : Pembahasan
Zenith Virgina : Alasan pemilihan formula, monografi zat aktif, grafik

10.4 Distribusi Kerja Evaluasi Sediaan


Khoirul isnan : Viskositas
Silva Oktaviani : Volume sedimentasi
Hary Satrio : Organoleptis
Ria Juhriah : pH
Calvilna : Volume terpindahkan
Zenith Virgina : Bobot jenis
12. LAMPIRAN
12.1 Evaluasi Bobot Jenis
Hari ke 0 :
Piknometer kosong = 26,11 g (W1)
Piknometer + Air = 52,00 g (W2)
Piknometer + Sediaan = 54,07 g (W3)
W 3 – W 1 54,07−26,11 27,96
BJ= = = = 1,079 g/ml
W 2−W 1 52,00−26,11 25,89

Hari ke 1 :
Piknometer kosong = 23,52 g (W1)
Piknometer + Air = 49,33 g (W2)
Piknometer + Sediaan = 51,78 g (W3)

21
W 3 – W 1 51,78−23,52 28,26
BJ= = = = 1,094 g/ml
W 2−W 1 49,33−23,52 25,81

Hari ke 2 :
Piknometer kosong = 18,46 g (W1)
Piknometer + Air = 44,51 g (W2)
Piknometer + Sediaan = 46,81 g (W3)
W 3 – W 1 46,81−18,46 28,35
BJ= = = = 1,088 g/ml
W 2−W 1 44,51−18,46 26,05

Hari 3 :
Piknometer kosong = 23,79 g (W1)
Piknometer + Air = 48,92 g (W2)
Piknometer + Sediaan = 51,18 g (W3)
W 3 – W 1 51,18−23,79 27,39
BJ= = = = 1,089 g/ml
W 2−W 1 48,92−23,79 25,13

12.2 Evaluasi Volume Terpindahkan


Hari ke 0 :
100 ml−0 ml
Botol 1 : x 100% = 100 %
100 ml
100 ml−0 ml
Botol 2 : x 100% = 100 %
100 ml
100+100
X = = 100 %
2

Hari ke 1 :
100 ml−1 ml
Botol 1 : x 100% = 99 %
100 ml
100 ml−1 ml
Botol 2 : x 100% = 99 %
100 ml
99+99
X = = 99%
2

22
Hari ke 2 :
100 ml−2 ml
Botol 1 : x 100% = 98 %
100 ml
100 ml−2 ml
Botol 2 : x 100% = 98 %
100 ml
98+98
X = = 98 %
2

Hari ke 3 :
100 ml−2,5 ml
Botol 1 : x 100% = 97,5 %
100ml
100 ml−3 ml
Botol 2 : x 100% = 97 %
100 ml
97,5+97
X = = 97,25 %
2

12.3 Evaluasi pH
Hari ke 0 :
Botol 1 : pH = 5,19
Botol 2 : pH = 5,18
5,19+ 5,18
X = = 5,18
2

Hari ke 1 :
Botol 1 : pH = 5,37
Botol 2 : pH = 5,34
5,37+5,34
X = = 5,35
2

Hari ke 2 :
Botol 1 : pH = 5,32

23
Botol 2 : pH = 5,30
5,32+5,30
X = = 5,31
2

Hari ke 3 :
Botol 1 : pH = 5,33
Botol 2 : pH = 5,29
5,33+5,29
X = = 5,31
2

12.4 Evaluasi Viskositas


Menggunakan Spindel Spindel Nomor 61
a. Dengan kecepatan 3 rpm
Rumus : Dial reading x factor
1. Hari ke-0
Viskositas = 0,5 x 20 = 10 cp
2. Hari ke-1
Viskositas = 1 x 20 = 20 cp
3. Hari ke-2
Viskositas = 0,5 x 20 = 10 cp
4. Hari ke-3
Viskositas = 0,5 x 20 = 10 cp
b. Dengan kecepatan 6 rpm
1. Hari ke-0
Viskositas = 1 x 10 = 10 cp
2. Hari ke-1
Viskositas = 1,5 x 10 = 15 cp
3. Hari ke-2
Viskositas = 1 x 10 = 10 cp
4. Hari ke-3

24
Viskositas = 1 x 10 = 10 cp
c. Dengan kecepatan 12 rpm
1. Hari ke-0
Viskositas = 2 x 5 = 10 cp
2. Hari ke-1
Viskositas = 2 x 5 = 10 cp
3. Hari ke-2
Viskositas = 2 x 5 = 10 cp
4. Hari ke-3
Viskositas = 2 x 5 = 10 cp
d. Menggunakan Spindel Spindel Nomor R1
Dengan kecepatan 3 rpm
1. Hari ke-0
Viskositas = 1 x 20 = 20 cp
2. Hari ke-1
Viskositas = 1,5 x 20 = 30 cp
3. Hari ke-2
Viskositas = 2 x 20 = 40 cp
4. Hari ke-3
Viskositas = 2 x 20 = 40 cp
e. Dengan kecepatan 6 rpm
Rumus : Dial reading x factor
1. Hari ke-0
Viskositas = 1,5 x 10 = 15 cp
2. Hari ke-1
Viskositas = 2 x 10 = 20 cp
3. Hari ke-2
Viskositas = 2 x 10 = 20 cp
4. Hari ke-3
Viskositas = 2 x 10 = 20 cp

25
f. Dengan kecepatan 12 rpm
1. Hari ke-0
Viskositas = 3 x 5 = 15 cp
2. Hari ke-1
Viskositas = 3 x 5 = 15 cp
3. Hari ke-2
Viskositas = 3,5 x 5 = 17,5 cp
4. Hari ke-3
Viskositas = 3,5 x 5 = 17,5 cp

12.5 Volume Sedimentasi


a. Menit ke 5
Kontrol negatif
Vu 54
F = = = 0,9
Vo 60
Botol 1
Vu 58
F = = = 0,96
Vo 60
Botol 2
Vu 57
F = = = 0,95
Vo 60
0,96+0,95
X(botol 1+botol 2) = = 0,95
2

b. Menit ke 10
Kontrol negatif
Vu 53
F = = = 0,88
Vo 60
Botol 1
Vu 57
F = = = 0,95
Vo 60
Botol 2

26
Vu 56
F = = = 0,93
Vo 60
0,95+0,93
X(botol 1+botol 2) = = 0,94
2

c. Menit ke 15
Kontrol negatif
Vu 50
F = = = 0,83
Vo 60
Botol 1
Vu 55
F = = = 0,91
Vo 60
Botol 2
Vu 54
F = = = 0,9
Vo 60
0,91+0,9
X(botol 1+botol 2) = = 0,90
2

d. Menit ke 20
kontrol negatif
Vu 50
F = = = 0,83
Vo 60
Botol 1
Vu 55
F = = = 0,91
Vo 60
Botol 2
Vu 56
F = = = 0,93
Vo 60
0,91+0,93
X(botol 1+botol 2) = = 0,92
2

e. 24 jam
kontrol negatif

27
Vu 51
F = = = 0,85
Vo 60
Botol 1
Vu 57
F = = = 0,95
Vo 60
Botol 2
Vu 56
F = = = 0,93
Vo 60
0,95+0,93
X(botol 1+botol 2) =
2
= 0,94

f. 48 jam
kontrol negatif
Vu 51
F = = = 0,85
Vo 60
Botol 1
Vu 56
F = = = 0,93
Vo 60
Botol 2
Vu 55
F = = = 0,91
Vo 60
0,93+0,91
X(botol 1+botol 2) = = 0,92
2

g. 72 jam
kontrol negatif
Vu 50
F = = = 0,85
Vo 60
Botol 1
Vu 55
F = = = 0,91
Vo 60
Botol 2

28
Vu 54
F = = = 0,9
Vo 60
0,91+0,9
X(botol 1+botol 2) = = 0,90
2

29

Anda mungkin juga menyukai