SEDIAAN SEMISOLIDA-LIKUIDA
SALEP
Disusun Oleh:
Kelompok 7 Farmasi 6A
Nur Lathifah 11194761920214
Nur Syifa 11194761920215
Nurfikriana Rahmah 11194761920216
Putri Rizky Amalia 11194761920217
Rahimah 11194761920218
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salep merupakan salah satu bentuk sediaan
farmasi yang digunakan pada kulit sehat, sakit
atau terluka dimaksudkan untuk efek topikal.
Salep digunakan untuk mengobati penyakit
kulit yang akut atau kronis, sehingga
diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan
kulit agar dapat memberikan efek yang
diinginkan (Voigt, 1994).
Suatu obat dalam bentuk sediaan salep
untuk dapat mencapai efektifitas yang
maksimum, perlu dipelajari dengan baik
mengenai struktur kulit dan formulasi sediaan
antara lain pemilihan bahan pembawa atau
basis, karena pembawa akan mempengaruhi
pelepasan zat aktif dan absorbsinya pada
lapisan kulit (Aiache, 1982).
Pelepasan obat dari basisnya merupakan
faktor penting dalam keberhasilan terapi
dengan menggunakan sediaan salep. Pelepasan
obat dari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh
sifat fisika kimia obat seperti kelarutan, ukuran
partikel dan kekuatan ikatan antara obat
dengan pembawanya, dan untuk basis yang
berbeda faktor-faktor diatas mempunyai nilai
yang berbeda. Pemilihan formulasi yang baik
sangat menentukan tercapainya tujuan
pengobatan (Dahliyanti, et al., 2015).
B. Tujuan Praktikum
Memberikan pengalaman dalam membuat
sediaan salep dan melakukan kontrol kualitas
3
serta evaluasi mudah dioleskan dan digunakan sebagai
sediaan obat luar. Bahan obatnya larut atau
salep. terdispersi homogen dalam dasar salep
K (Anonim, 1995).
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan sediaan
salep dan melakukan evaluasinya. Pertama-tama dilakukan uji organoleptis
terhadap sediaan salep didapatkan sediaan berwarna putih tulang, berbau agak
amis, dan tekstur yang halus saat dioleskan ke kulit.
Setelah dilakukan pengujian organoleptis, dilanjutkan dengan uji
viskositas, pengukuran viskositas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar tahanan dari suatu cairan atau sediaan untuk mengalir. Semakin tinggi
nilai viskositasnya maka semakin susah dioleskan pada kulit, begitupun
sebaliknya semakin rendah viskositas maka semakin mudah dioleskan pada
kulit. Dari sediaan salep yang kami buat didapatkan nilai 10267 cps pada
kekuatan 30 rpm dan 3467 cps pada kekuatan 60 rpm, hal tersebut sesuai
dengan nilai viskositas untuk sediaan kulit yaitu 2000-50000 CPs (Putri, et
al., 2020).
Selanjutnya dilakukan uji pH yang bertujuan untuk mengetahui keamanan
sediaan salep saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit (Juwita, et al.,
2013). Berdasarkan hasil pengujian pH pada sediaan salep didapat kan nilai 5
yang mana nilai ini menunjukkan kesesuaian persyaratan untuk pH sediaan
topikal antara 4,5 -7 yang sama dengan pH normal kulit (Mappa, et al., 2013).
Jika pH terlalu basa maka dapat mengakibatkan kulit kering, sedangkan jika
pH kulit terlalu asam dapat memicu terjadinya iritasi kulit. Sehingga sediaan
topikal yang dibuat harus memenuhi standar parameter pH yang telah
ditetapkan yang bertujuan untuk mencegah sediaan yang dapat mengiritasi
kulit (Mappa, et al., 2013).
Setelah dilakukan uji pH, dilanjutkan dengan melakukan pengujian uji
homogenitas yang bertujuan untuk melihat apakah salep yang dibuat
homogen atau tercampur merata antara zat aktif dengan basis salep.
Berdasarkan hasil peraktikum kami didapatkan homogenitas salep yang
terlihat dari tidak adanya gumpalan pada sediaan salep. Pengujian
homogenitas juga untuk melihat apakah salep yang dibuat mengumpal atau
terdapat partikel kasar yang dapat mengiritasi kulit (Naibaho, et al., 2013).
Pengujian daya sebar dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan
menyebar pada kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya sebar
yang baik untuk menjamin pemberian obat yang memuaskan (Naibaho, et al.,
2013). Semakin luas daya sebar suatu formula salep tersebut maka akan
semakin baik pula daya sebarnya dan dapat pula dengan cepat melepaskan
efek terapi yang diinginkan di kulit (Soedirman, et al., 2009). Pada pengujian
ini diperoleh hasil diameter daya sebar 4,7 cm, maka dapat dikatakan bahwa
sediaan salep tidak memenuhi syarat standar daya sebar untuk sediaan topikal
adalah 5-7 (Ulaen, et al., 2012).
Uji daya lekat pada salep dilakukan untuk melihat kemampuan salep
melekat pada kulit, dimana hal ini dapat mempengaruhi kemampuan penetrasi
salep ke dalam kulit untuk menimbulkan efek. Hal ini menunjukkan sediaan
salep yang kami dapatkan pada percobaan ini sesuai dengan rata-rata yang
didapat 4,35 detik yang mana syarat untuk daya lekat pada sediaan topikal
adalah tidak kurang dari 4 detik (Ulaen, et al., 2012)
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, salep yang kami buat memenuhi persyaratan
sediaan salep dalam hal pengujian organoleptis, viskositas, pH, homogenitas, dan
daya lekat, namun untuk pengujian daya sebar masih belum memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, 1982. Biofarmasetika. Jakarta: Airlangga Press.
Anief, M., 2007. Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press.
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 2019. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Juwita, A. P., Yamlean, P. V. & Edy, H. J., 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol
Daun Lamun (Syringodium isoetifolium). Pharmacon.
Mappa, T., Edy, H. J. & Kojong, N., 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun
Sasaladahan (Peperomia pellucid L.) dan Uji Efektivitasnya Terhadap
Luka Bakar pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Pharmacon.
Naibaho, O. H., Yamlean, P. V. Y. & Wiyono, W., 2013. Pengaruh Basis Salep.
Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L.). Pharmacon.
Putri, R., Hardiansah, R. & Supriyanta, J., 2020. Formulasi dan Evaluasi Fisik
Salep Anti Jerawat Ekstrak Etanol 96% Daun Pepaya (Carica Papaya L.)
terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes. Jurnal Farmagazine.
Soedirman, I., Astuti, I. Y. & Kristanti, K., 2009. Pengaruh Basis Salep Terhadap
Sifat Fisik Dan Iritasi Primer Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber
Officinale Roxb). Jurnal Farmasi Indonesia.
Ulaen, S. P., Banne, Y. & Suatan, R. A., 2012. Pembuatan Salep Anti Jerawat
Dari Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.). Jurnal
Ilmiah Farmasi Poltekkes Manado.
Voigt, R., 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Sebutkan keuntungan dan kerugian bentuk sediaan salep?
2. Sebutkan contoh minimal 4 dari basis salep?
Jawab :
1. Keuntungan :
a. Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisinya
b. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama
c. Lebih sedikit mengandung air sehingga sulit ditumbuhi bakteri
d. Lebih mudah digunakan tanpa alat bantu
Kerugian :
a. Terjadi tengik terutama untuk sediaan dengan basis lemak tak jenuh
b. Terbentuk keristal atau keluarnya fase padat dan basisinya
c. Terjadi perubahan warna
2. Basis salep terbagi :
a. Contoh dari basis hidrokarbon adalah vaselin album, vaselin flavum,
cera alba, cera flavum
b. Contoh dari basis absorpsi yaitu adaps lanae
c. Contoh dari basis larut air yaitu PEG atau campurannya
d. Contoh dari basis salep dapat dicuci air yaitu PEG, Na. lauril sulfat