Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan / Perhitungan

No Evaluasi Hasil
1 Tampilan Fisik / Bening dan Jernih
organoleptis
2 Aseptabilitas Dingin
3 Viskositas 30 rpm = 8000 cps
60 rpm = 6860 cps
4 pH 3,33
5 Daya lekat 3 menit
6 Daya sebar Tanpa beban = 3,5 cm
50 gram = 4 cm
100 gram = 4,2 cm
150 gram = 4,4 cm
200 gram = 4,5 cm
7 Homogenitas Homogen

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan gel sulfur. Pada
praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa
dalam memformulasikan suatu sediaan gel sulfur serta mengetahui tahapan-
tahapan dalam pembuatan sediaan gel sulfur.
Gel terkadang disebut jeli, gel merupakan sistem semipadat yang terdiri
dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan. Penampilan gel yaitu
transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi dimana
dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang
mempunyai struktur tiga dimensi. Sediaan gel merupakan suatu sistem setengah
padat yang terdiri darı suatu system disperse yangg tersusun dan saling baik dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul oganik yang diresapi oleh suatu
cairan (Ansel,l989).
Sediaan gel yang dibuat pada praktikum kali ini mengandung zat
aktifasam salisilat. Asam salisilat memiliki sifat keratolitik yang digunakan
secaratopikal dalam pengobatan hyperkeratorisis dan kondisi kulit bersisik
sepertiketombe, dermatitis serboroik, ichthyosis, psoriasis dan jerawat. Bahan-
bahan tambahan yang digunakan dalam sediaan gel ini adalah xanthan gum yang
berfungsi sebagai gellin agent (basis), gliserin sebagai zat pembasah, nipagin
dan nipasol sebagai pengawet, aquadest sebagai pengembang xanthan gum, serta
Na-CMC dan etanol70% sebagai pelarut yang mampu meningkatkan kelarutan
zat aktif Asam salisilat yang sukar larut dalam air. Pemilihan bahan tambahan
ini bertujuan untuk membenuk sitat padatan gel yang cukup baik selama
penyımpanan dan menentukan sifat karakterisitik gel sehingga sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
Gelling agent yang digunakan adalah Na-CMC dengan pelarut air yang
bersifat hidrofilik sehingga pada nantinya akan terbentuk hydrogel. Hydrogel
pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung
silangmelalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan
hydrogen atauinteraksi hidrofobik. Keuntungan pembuatan sediaan hydrogen
adalah memiliki efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan
sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian dikulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang. elastis, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu, mudah dicuci
dengan air, pelepasan obatnya baik dan kemampuan penyebarannya pada kulit
baik. (Rowe, et al 2009).
Alasan pemilihan Na-CMC sebagai gelling agent adalah karena Na-CMC
termasuk turunan selulosa yang mudah mengembang dalam air panas dan
membentuk cairan jernih yang bersifat netral. Na-CMC juga memiliki stabilitas
yang baik pada saat suasana asam dan basa. Pada pembuatan gel ini juga
ditambahkan gliserin dan propilenglikol. Gliserin dan propilenglikol bekerja
sebagai humektan atau penahan lembab yang berfungsi meningkatkan
kelembutan dan daya sebar sediaan juga melindungi dari kemungkinan menjadi
kering (Voight, 1984).
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan gel Asam Salisilat dengan
gelling agent Na-CMC ( golongan 2) dan akan ditambahkan dengan
propilenglikol. Dimana propilenglikol dapat bertindak sebagai co-solvent yang
dapat meningkatkan kelarutan zat aktif dan humektan yang dapat menjaga
kestabilan gel dengan cara menghambat penguapan air karena propilenglikol
bersifat higroskopis, setelah itu dilakukan pengevaluasian pada tiap golongan
dan melihat pengaruh perbedaan basis dan konsentrasi basis terhadap gel yang
terbentuk.
Pertama di lakukan uji tampilan fisik atau organoleptis yang mana di
dapatkan hasil sediaan gel yang dibuat bening dan jernih, yang mana hasil ini
sesuai dengan syarat sediaan gel yaitu Gel biasanya jernih dengan konsentrasi
setengah padat (Ansel,1998). Kemudian pada uji aseptabilitas di dapatkan
sediaan gel yang memberikan efek atau rasa dingin, yang mana menurut literatur
hasil ini sesuai denga teori.
Selanjutnya dilakukan uji viskositas yang mana menurut literatur
Viskositas mempengaruhi daya sebar sediaan. Semakin tinggi viskositas maka
daya sebar semakin rendah, dan sebaliknya (Bhalekar dkk., 2015). Hasil yang di
dapatkan bahwa pada 30 rpm di daatkan hasil sebesar 8000 cps dan 60 rpm
sebesar 6860 cps, hasil ini menunnjukkan bahwa hasil tidak sesuai dengan teori
yang mana nilai viskositas sediaan gel yang baik disarankan berada pada rentang
nilai 2000-4000 cps (Garg dkk., 2002). Ketidaksesuaian hasil ini bisa jadi
diakibatkan oleh sediaan gel yang masih kental akibat kurangnya penambahan
aquadest sebagai pelarutnya.
Kemudian dilakukan evaluasi uji pH yaitu dengan menggunakan kertas
pH. Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan gel dapat
mengiritasi kulit atau tidak apabila digunakan. Hasil pH yang kami dapatkan
sebesar 3,3. Yang mana hasil ini tidak sesuai dengan teori karena pH kulit
manusia mempunyai pH normal yaitu sekitar 4,5-7,0 (Lukman et al., 2012).
Ketidaksesuaian hasil ini dikarenakan misalnya suhu dan penyimpanan
merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penurunan pH seperti
masuknya gas-gas yang bersifat asam ke dalam sediaan gel, serta bias di
akibatkan oleh banyak nya zat aktif yang di berikan pada asam salisilat
sedangkan penambahan aquadest yang kurang. (Ida dan Noer, 2012).
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel untuk
menyebar sampai konstan dengan pemberian tekanan, apabila diaplikasikan
dapat menyebabkan kontak kulit dengan obat menjadi luas dan akan
mempengaruhi absorbsi obat menjadi lebih cepat. (Maulina & Sugihartini 2015).
Hasil daya sebar sediaan gel yang baik adalah 5-7 cm atau 5,54- 6,08 cm
(berdasarkan standar SNI). Pada percobaan ini di dapatkan daya sebar sebesar 4-
4,5 cm, yang mana hasil ini tidak memenuhi persyaratan daya sebar yang baik.
Hal ini dapat disebabkan oleh konsistensi gel yang terlalu kental sehingga daya
sebarnya pun kecil.
Uji daya lekat gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel melekat
pada tempat aplikasinya. Persyaratan uji daya lekat yang memenuhi syarat mutu
fisik sediaan gel yaitu lebih dari satu detik (Zats and Gregoy, 1996). Pada
sediaan gel yang kami buat diperoleh daya sebar sebesar 3 menit. Daya lekat
lebih lama karena kandungan gelling agent Na-CMC yang lebih banyak,
sehingga sediaan lebih kental dibanding sediaan lain dan hasil ini telah sesuai
dengan teori.
Selanjutnya dilakukan evaluasi uji homogenitas yaitu dengan
mengoleskan gel diatas gelas objek kemudian diratakan. Lakukan pengamatan
secara visual. Hasil yang diperoleh untuk formulasi kami menunjukkan
homogen, karena tidak adanya butiran-butiran.
Daftar Pustaka

Mayba, J. N. & Gooderham, M., 2018. A Guide to Topical Vehicle Formulations.


Journal of Cutaneous Medicine and Surgery.

Mukesh, S., Patil, B., M.Shalini & Vishnu, d., 2010. Aloe Vera Plant Of Immortality.
Internasional Journal of Pharma Science and Research (IJPSR), pp. 7-10.

Sayuti, N. A., 2015. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun
Ketepeng Cina (Cassia Alata L.). Jurnal Kefarmasian Indonesia.

Voight, R., 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Yogyakarta: DIterjemahkan oleh
Soedani Noeroto S., UGM Press.

Suryani, Nelly, Deani Nurul Mubarika, and Ismiarni Komala. "Pengembangan dan
Evaluasi Stabilitas Formulasi Gel yang Mengandung Etil p-
metoksisinamat." Pharmaceutical and Biomedical Sciences Journal (PBSJ) 1.1
(2019).

Anda mungkin juga menyukai