Anda di halaman 1dari 7

657

Pembuatan Sediaan Gel Basis Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC)


Dari Ekstrak Umbi Bakung Putih (Crinum Asiaticum L.)

Yos Banne, Jovie Mien Dumanauw, Aprilia Angreiny Angelina


Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Manado
Korespondensi : yosbanne_2518@yahoo.com

ABSTRACT

White Bakung is a plant that contains alkaloid likinin, krinin, and acetylchlorine are efficacious as a
drug. Bakung Putih tuber extract at 1.5% concentration able to inhibit bacteria Propionibacterium
acne, Staphylococcus epidermidis, and Staphylococcus aureus which is acne-causing bacteria. This
research aims to make gel from tuber extract of Bakung Putih which fulfill the test requirement. This
type of research is descriptive research conducted in the laboratory. The samples in this study were
Bakung White tuber bulb extract obtained by the maceration method using 70% ethanol ethanol
liquid, which was then prepared in gel preparation form by HPMC as gelling agent and other additives
such as propylenglycol, nipagin, and aquadest. The gel preparation that has been made is tested
consisting of organoleptic test, homogeneity test, pH test, and spreading test. The results of this study
showed that Bakung Putih tuber extract gel had thick dosage form and contained air bubbles, odorless
and brownish yellow, fulfilling homogeneity test because the preparation showed a homogeneous
arrangement, having pH 6 and having a spreading power of 5 cm which has fulfilled the requirements
testing.

Keywords: Baked White Tuber Extract, Gel Set, HPMC Base

PENDAHULUAN
Jerawat atau acne vulgaris adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada
unit polisebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Jerawat memiliki gambaran klinis
beragam, mulai dari komedo hingga jaringan parut. Patogenesis jerawat meliputi empat
faktor, yaitu penyumbatan folikel polisebasea, produksi sebum berlebihan, inflamasi, dan
aktivitas bakteri penyebab jerawat (Movita, 2013). Bakteri yang dapat mengakibatkan
timbulnya jerawat yaitu Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis, dan
Staphylococcus aureus (Khan dkk, 2015; Movita, 2013).
Pengobatan terhadap jerawat dilakukan dengan memperbaiki kreatinisasi folikel,
menurunkan aktivitas kelenjar sebasea, menekan inflamasi dan menurunkan populasi bakteri
(Movita, 2013). Salah satu pengobatan jerawat adalah dengan pengobatan secara topikal,
diantaranya yaitu penggunaan sediaan gel anti jerawat.Dalam upaya pengobatan jerawat,
pemanfaatan tanaman juga semakin dikembangkan. Salah satu tanaman yang memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat adalah tanaman Bakung Putih.
Umbi dari tanaman Bakung Putih mengandung alkaloid berupa likorin, krinin, dan
asetilkorin yang berkhasiat sebagai obat (Wijayakusuma, 2000). Hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Azrifitria, dkk (2010) menyatakan bahwa umbi Bakung Putih (Crinum
658

asiaticum L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat dengan
konsentrasi yang didapatkan yaitu, untuk Propionibacteriumacne (7,5 dan 15 mg/mL),
Staphylococcus aureus (7,5 dan 15 mg/mL), dan Staphylococcus epidermidis (3,75 dan 7,5
mg/mL).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kumesan dkk (2013) mengenai “Formulasi
dan Uji Aktivitas Gel Antijerawat Ekstrak Umbi Bakung (Crinum asiaticum L) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro” menggunakan basis gel Na-CMC menyatakan
bahwa, gel ekstrak umbi Bakung Putih termasuk dalam sediaan yang memberikan daya
hambat kuat yaitu 11,3 mm dan 16 mm, namun gel ekstrak umbi Bakung Putih tidak
memenuhi parameter uji daya sebar yaitu 5-7 cm (Garg dkk, 2002).Pemilihan basis gel sangat
menentukan sifat fisik dari gel karena merupakan bahan dasar dalam pembentukan gel. Salah
satu basis gel yang sering digunakan dalam formulasi obat adalah hidroksipropil
metilselulosa. Basis gel hidroksipropil metilselulosa memiliki daya sebar yang lebih besar
dibandingkan dengan basis gel Na-CMC dan Karbopol (Fujiastuti, 2015). Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan sediaan gel dari ekstrak umbi Bakung Putih (Crinum asiaticum
L) yang memenuhi persyaratan pengujian.

BAHAN DAN CARA


Bahan :
HPMC (Hidroksipropil Metilselulosa), propilenglikol, nipagin, aquadest, etanol 70 %
Metode :
1. Rancangan Formula
Ekstrak umbi Bakung Putih 1,5 %
HPMC 3,5 %
Propilenglikol 15 %
Nipagin 0,2 %
Aquadest ad 100 %
2. Pembuatan Ekstrak Umbi Bakung Putih
Umbi Bakung Putihdibersihkan lalu dirajang, kemudian dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung.Umbi yang telah kering
diserbukkan meggunakan grinder.Serbuk umbi ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam toples lalu diratakan dengan batang pengaduk kemudian ditambahkan pelarut
etanol 70 % dan ditutup dengan aluminium foil, dibiarkan selama 5 hari sambil sesekali
659

diaduk. Maserat disaring dan dipekatkan pelarutnya dengan rotavapor, kemudian


diuapkan di atas penangas air (waterbath) hingga diperoleh ekstrak kental.
3. Pembuatan Gel Ekstrak Umbi Bakung Putih
Bahan ditimbang sesuai perhitungan. Aquadest dipanaskan, kemudian ditambahkan
nipagin dan diaduk sampai larut. Setelah itu ditambahkan HPMC dan diaduk secara
perlahan selama 15 menit sampai mengembang. Ekstrak umbi Bakung Putih dimasukkan
ke dalam lumpang kemudian ditambahkan propilenglikol sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk sampai homogen. Selanjutnya ditambahkan basis gel dan diaduk sampai
homogen lalu ditambahkan sisa air. Sediaan ditimbang sebanyak 10 g untuk dan
dimasukkan dalam tube.
4. Pengujian Sediaan Gel
a. Pengujian Organoleptik
Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna dan bau dari gel yang dibuat.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar gel yang cocok, serta
tidak boleh berbau tengik (Depkes RI, 1979). Sebagian gel memiliki penampilan
yang jernih, sebagian lagi keruh.
b. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok. Sediaan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Depkes RI, 1979).
c. Pengujian pH
Sebanyak 0,5 g sampel diencerkan dengan 5 ml aquadest, kemudian dicelupkan pH
stik selama 1 menit. Perubahan warna yang terjadi pada pH stik menunjukkan nilai
pH dari salep (Naibaho dkk, 2013). Syarat pH yang sesuai dengan pH kulit, yaitu
6-7 (Widodo, 2013).
d. Pengujian Daya Sebar
Sebanyak 1 gram sampel gel diletakkan di atas kaca yang berukuran 20 x 20 cm,
kaca lainnya diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian ukur
diameter sebar gel. Setelah itu, tambahkan 125 gram beban tambahan dan
didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Daya sebar 5-7 cm
menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg
dkk, 2002).
5. Analisis Data
660

Data yang diperoleh didokumentasikan, kemudian dianalisis secara deskriptif dengan


cara membandingkan hasil yang didapatkan dengan syarat yang ada pada literatur pengujian
sediaan gel.

HASIL PENELITIAN
1. Pembuatan Ekstrak Umbi Bakung Putih
Dari 500 g umbi Bakung Putih kering yang diekstraksi dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 70 % , diperoleh ekstrak kental sebanyak 174,204
g dengan hasil rendemen yaitu 34,8408 %.
2. Pengujian Sediaan Gel
a. Uji Organoleptik
Dari hasil uji organoleptik, gel ekstrak umbi Bakung Putih memiliki bentuk sediaan
yang kental dan terdapat gelembung udara yang terperangkap karena tidak bebas
sempurna pada saat pengadukan. Sedangkan untuk warna dan bau, gel ini memiliki
warna kuning kecoklatan dan tidak berbau.
Bentuk : Kental dan terdapat gelembung udara
Warna : Kuning kecoklatan
Bau : Tidak berbau
b. Uji Homogenitas
Dari hasil uji homogenitas, gel ekstrak umbi Bakung Putih memenuhi syarat
homogen karena tidak terdapat butiran kasar.
c. Uji pH
Hasil uji pH dari gel ekstrak umbi Bakung Putih adalah 6. Hal ini sesuai dengan
syarat uji pH yaitu 6-7 (Widodo, 2013).
d. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar dari gel ekstrak umbi Bakung Putih sebelum ditambahkan beban
yaitu 4 cm, setelah ditambahkan beban luas penyebaran bertambah menjadi 5 cm.
Hal ini sesuai dengan syarat uji daya sebar yaitu 5-7 cm (Garg dkk, 2002).

PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan sediaan gel basis hidroksipropil
metilselulosa (HPMC) dari ekstrak umbi Bakung Putih. Dalam penelitian ini digunakan
metode ekstraksi yaitu maserasi untuk menarik kandungan zat aktif dari simplisia. Pemilihan
metode ini dikarenakan pada saat simplisia direndam dengan pelarut, cairan penyari akan
661

menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang mengandung zat aktif. Perendaman yang
lama diharapkan dapat menarik kandungan zat aktif dari simplisia lebih banyak. Selain itu,
metode maserasi juga dipilih karena praktis dan ekonomis. Berdasarkan penelitian awal yang
merupakan dasar konsentrasi dari ekstrak umbi Bakung Putih, digunakan pelarut etanol 70 %
untuk menarik kandungan zat aktif yang optimal. Selain itu, etanol dipilih karena mikroba
yang sulit tumbuh pada saat perendaman, tidak beracun, netral dan absorbsinya baik.
Penelitian yang dilakukan telah melalui beberapa kali proses percobaan untuk
mendapatkan sediaan yang baik. Pada percobaan pertama, tidak ditambahkan nipagin sebagai
pengawet antimikroba dalam sediaan. Hal ini dikarenakan formula telah mengandung
propilenglikol yang juga berkhasiat sebagai pengawet antimikroba pada konsentrasi 15 %.
Dari hasil percobaan tersebut sediaan menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba pada hari
ke 3. Mempertimbangkan dari hasil percobaan, maka dilakukan percobaan penelitian kembali
dengan menambahkan nipagin sebagai pengawet antimikroba. Setelah ditambahkan nipagin,
sediaan gel tidak ditumbuhi mikroba selama 23 hari penyimpanan.
Proses penelitian ini bertujuan untuk membuat formula gel ekstrak umbi Bakung Putih
dan menguji sifat fisik dari sediaan gel. Dalam pembuatan gel ini digunakan Hidroksipropil
Metilselulosa (HPMC) sebagai bahan pembentuk gel karena memiliki daya sebar yang lebih
baik dari bahan pembentuk gel lain seperti Na-CMC dan Karbopol (Fujiastuti dkk, 2015).
Selain itu, ditambahkan juga propilenglikol sebagai humektan dan nipagin sebagai pengawet
antimikroba, serta digunakan aquadest sebagai pelarut.
Sediaan yang telah dibuat dilakukan pengujian untuk melihat sifat fisiknya. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk mendapatkan sediaan yang aman dalam penggunaan dan memiliki
efektivitas dalam pengobatan. Pengujian yang dilakukan yaitu uji organoleptik, uji
homogenitas, uji pH, dan uji daya sebar.
Uji organoleptik adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat bentuk, warna dan bau
dari sediaan. Gel ekstrak umbi Bakung Putih ini memiliki bentuk sediaan yang kental, serta
dari segi penampilan terlihat adanya gelembung udara. Penyebab dari kekentalan sediaan
serta terbentuknya gelembung udara ini, karena konsentrasi dari HPMC yang digunakan
terlalu tinggi. Semakin tinggi konsentrasi HPMC, maka kekentalan semakin meningkat.
Peningkatan kekentalan membuat udara terperangkap dan tidak bebas sempurna pada saat
pengadukan. Selain itu, pada saat pengadukan digunakan batang pengaduk sebagai alat bantu
pengadukan yang mengakibatkan HPMC tidak tercampur dengan homogen. Sedangkan
untuk warna dan bau, gel ini memiliki warna kuning kecoklatan yang dihasilkan dari
penambahan ekstrak sehingga warna gel mengikuti warna ekstrak dan tidak berbau.
662

Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat susunan yang
homogen dari sediaan. Gel ekstrak umbi Bakung Putih ini memiliki susunan yang homogen
karena tidak terdapat butiran-butiran kasar, namun dari segi penampilan terlihat adanya
gelembung udara. Hal ini terbukti pada saat gel dioleskan pada sekeping kaca, tidak terdapat
adanya butiran-butiran kasar yang tidak larut dan gelembung udara yang terbentuk pecah
pada saat pengolesan. Gel ekstrak umbi Bakung Putih ini dikatakan homogen karena telah
sesuai dengan persyaratan homogenitas yaitu suatu sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Depkes RI, 1979).
Uji pH dilakukan untuk melihat apakah sediaan telah memenuhi syarat pH kulit. Dari
hasil pengujian, gel ekstrak umbi Bakung Putih memiliki pH 6 yang sesuai dengan syarat pH
kulit yaitu 6-7 (Widodo, 2013), sehingga dapat dikatakan aman dalam penggunaan, karena
jika pH terlalu asam akan menyebabkan iritasi pada kulit, dan pH yang terlalu basa akan
membuat kulit bersisik (Naibaho, dkk 2013).
Uji daya sebar bertujuan untuk melihat apakah sediaan telah memenuhi syarat uji daya
sebar. Pentingnya uji daya sebar ini karena jika suatu sediaan terlalu kental akan
mempengaruhi kenyamanan pada saat penggunaan serta mempengaruhi luas penyebaran
obat. Gel ekstrak umbi Bakung Putih memiliki daya sebar 5 cm. Hal ini telah sesuai dengan
pesyaratan uji daya sebar yaitu 5-7 cm (Garg dkk, 2002).
Dari hasil pengujian, sediaan gel ekstrak umbi Bakung Putih telah memenuhi syarat uji
organoleptik, uji homogenitas, uji pH, dan uji daya sebar, namun dari bentuk sediaan terlalu
kental dan terlihat adanya gelembung udara.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak umbi
Bakung Putih memenuhi persyaratan uji yaitu uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, dan
uji daya sebar.

DAFTAR PUSTAKA

Azrifitria., Aziz, S., Chairul. (2010).Aktivitas antibakteri ekstrak etanolik daun dan umbi
(Crinum asiaticum L) terhadap bakteri penyebab jerawat. Majalah Farmasi Indonesia,
21(4):236-241. Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesi edisi ketiga. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan R.I.
663

Fujiastuti, T., dan Nining, S. (2015). Sifat Fisik dan Iritasi Gel Ekstrak Etanol Herba
Pegagan (Centella asiatica L) Dengan Variasi Jenis Gelling Agent.
Pharmacy,12(1):1693-3591. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.
Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., Singla, A.K. (2002). Spreading Of Semisolid
Formulations.Pharmaceutical Technology.
Khan, A.F., Begum, Kohinur., Hana, H.K. (2015). Antibiotic Sensitivity Of Staphylococcus
aureus and Staphylococcus epidermidis Isolated From Acne Patients.Bangladesh
Pharmaceutical Journal, 18(2):121-15.…
.Kumesan, Y.A.N., Yamlean, Paulina, V.Y., Supriati, S.H. (2013). Formulasi dan Uji
Aktivitas Gel Antijerawat Ekstrak Umbi Bakung (Crinum Asiaticum L) Terhadap
Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro.Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi
UNSRAT, 2(2):20-26. Program StudiFMIPA UNSRAT, Manado.
Movita, T. (2013). Acne Vulgaris. Erha Clinic & Erha Apothecary, Kelapa Gading, Jakarta,
Indonesia.
Naibaho, O.H., Yamlean, P.V.Y., Wiyono, W. (2013). Pengaruh Basis Salep Terhadap
Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) pada kulit
punggung kelinci yang dibuat infeksi Staphylococcus aureus. Pharmacon Jurnal
Ilmiah Farmasi UNSRAT,2(2):29.Program Studi FMIPA UNSRAT, Manado.
Wijayakusuma, H.M. Hembing. (2000). Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Berkhasiat Obat
Indonesia; Penyunting, Tim Simpul, Imas Maisaroh, Yamah, S. Farwah. Cet 1.
Penerbit Prestasi Insan Indonesia, Jakarta.
Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Penerbit D-Medika. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai