Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode eksperimen pembuatan gel ekstrak daun

jambu biji (Psidium guajava), yaitu dengan cara mengumpulkan bahan yang akan dibuat

ekstrak menggunakan metode masersi, melakukan penelitian pembuatan formulasi sediaan

gel dan mengevaluasi uji mutu fisik sediaan gel.

4.2 Tempat dan WaktuPenelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Akademi Farmasi Mitra Sehat Mandiri

Sidoarjo.

4.3 Variabel Penelitian

Pada dasarnya, variabel penelitian adalah sesuatu yang ditentukan oleh penelitian

yang diteliti dengan cara tertentu, dari mana kesimpulan dapat ditarik berdasarkan dengan

informasi yang diberikan (Sugiyono,2013,hlm.38).

4.3.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor, antenseden.

Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya perubahan

variabel independen. (Sugiyono,2013,hlm.39). Variabel bebas pada penelitian ini

yaitu ekstrak daun jambu biji yang diformulasikan dalam sediaan gel.
4.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel terikat pada

penelitian ini antara lain uji mutu fisik dan uji stabilitas sediaan gel.

4.4 Definisi Operasional

Tabel 1. DefinisiOperasionalvariabel

Variabel Subvariabel Definisi Instrumen Skala Hasil

Operasional Penelitian Ukur Ukur

Variabel

Ekstrak Rendemen Daun jambu biji Timbangan Normal Gram

daun jambu ekstrak yang dijadikan analitik

biji ekstrak

(Psidium menggunakan Waterbath

guajava) metode maserasi

dengan pelarut

etanol 70%,

diuapkan untuk

mendapatkan ekstrak

kental dengan

menggunakan

penangas air

(waterbath).
Gel ekstrak Konsentrasi Formulasi gel Uji mutu Rasio Hasil

daun jambu ekstrak daun jambu fisik sediaan

biji biji yang dibuat gel Nominal Nominal

(Ananas untuk uji mutu fisik

comocus) sediaan gel Uji stabilitas Ph

a. Organoleptis sediaan gel

b. pH

c. homogenitas

d. stabilitas

4.5 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.5.1 Populasi

Populasi adalah domain umum yang terdiri dari: objek yang menarik dengan

sifat dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk memeriksanya dan

menarik kesimpulan. Selanjutnya, suatu populasi tidak hanya mencakup jumlah objek

atau subjek yang diteliti, tetapi semua karakteristik objek atau subjek tersebut

(Sugiyono, 2013). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jambu biji

(Psidium guajava).

4.5.2 Sampel

Sampel merupakan bagian berdasarkan kuantitas dan sifat – sifat populasi.

Pada sampel kesimpulannya wajib bisa diterapkan dalam populasi. Sampel yang
diambil wajib benar – benar representatif (Sugiyono, 2013). Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah ekstrak daun jambu biji.

4.5.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) adalah teknik pengambilan

sampel dan teknik mini digunakan untuk menentukan sampel mana yang akan digunakan

untuk penelitian. Metode pengambilan sampel pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua

kelompok: pengambilan sampel probabilistik dan pengambilan sampel non-probabilistik

(Sugiyono, 2013). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

purposive sampling, yang artinya dilakukan dengan cara memilah daun jambu biji yang

masih segar dan tidak layu.

4.6 InstrumenPenelitian

4.6.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Timbang ananalitik 9. Erlenmeyer 17. Labu ukur

2. Blender 10. Corong 18. pH meter

3. Botol kaca untuk maserasi 11. Sudip 19. Tabung reaksi

4. Kertas saring 12. Kaca arloji 20. Kertas perkamen

5. Waterbath 13. Pengaduk 21. Mortir dan stamfer

6. Wadah untuk gel 14. Cawan porselen 22. Oven

7. Beaker glass 15. Aluminium foil 23. Lampu spiritus

8. Thermometer 16. Sendok 24. Kaki tiga

porselen
4.6.2 Bahan Uji

Bahan – bahan yang diperlukan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Ekstrakdaun jambu

biji

2. Na-CMC 4%

3. Etanol 96%

4. Aquadest

5. Propilenglikol

6. Gliserin

7. Hcl

8. FeCl3

9. Mg

10. Reagen Mayer

11. Kloroform

12. H2SO4

13. N-heksan

14. Dragendraff
4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Pengumpulan bahan baku

Determinasi tanaman dan simplisia daun jambu biji (Psidium guajava).

Determinasi tanaman diperoleh langsung dari B2P2TOOT (Balai besar penelitian

dan pengembangan tanaman obat tradisional) Jl.Raya Jawu No. 11 , Tawangmangu,

Kalisoro, Karanganyar, Jawa Tengah.

4.7.2 Penyiapan Simplisia

1. Sortasi basah dilakukan dengan tujuan memisahkan buah dari cemaran tanah dan

memisahkan buah segar dan busuk.

2. Pencucian simplisia, pencucian ini dilakukan dengan air mengalir dan

dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada simplisia.

3. Perajangan, perajangan dilakukan untuk memudahkan proses pengeringan selama

proses berlangsung.

4. Pengeringan, pengeringan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 60℃.

Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air agar tidak ditumbuhi fungi

dan bakteri.

5. Sortasi kering, pisahkan benda asing yang tertinggal di simplisia.

6. Penyerbukan, simplisia yang sudah kering kemudian digiling.

7. Penyerbukan, simplisia yang sudah kering digiling menggunakan blender hingga

menjadi serbuk lalu diayak.


8. Penyimpanan, serbuk simplisia disimpan menggunakan wadah tertutup dan

disimpan pada suhu kamar.

4.7.3 Pembuatan Serbuk Simplisia

Sebelum membuat serbuk simplisia, bahan tersebut harus melalui proses

sortasi basah untuk menghilangkan kotoran atau debu yang menempel pada daun

jambu biji. Selain itu, dilakukan sortasi basah untuk memisahkan daun jambu biji

yang asih segar dan sudah layu atau rusak. Setelah sortasi basah, barang

ditimbang daun jambu biji beratnya mencapai 1 kg.

Proses selanjutnya adalah perajangan saat mengiris daun jambu biji, potong

kecil – kecil untuk memudahkan proses pengeringan dan penyerbukan. Proses

pengeringan merupakan proses mengeringkan hasil perajangan daun jambu biji.

Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 60℃ sampai

menjadi kering dan renyah saat dipatahkan. Proses pengeringan bertujuan untuk

mendapatkan simplisia yang benar benar kering agar pada saat penyimpanan

simplisia dapat bertahan lama dan tidak ditumbuhi jamur. Selanjutnya dilakukan

proses sortasi kering, proses ini dilakukan untuk membersihkan simplisia daun

jambu biji dari benda asing.

Penyerbukan merupakan proses menghaluskan tanaman menggunakan

blender, setelah itu simplisisa diayak menggunakan ayakan hingga menjadi

serbuk simplisisa yang halus. Setelah disayak serbuk simplisia di masukkan ke

dalam wadah dan di simpan pada suhu ruang.

4.7.4 Pembuatan Ekstrak


Ekstrak dibuat dengan metode maserasi. Serbuk simplisia ditimbang

sebanyak 50 gram, ditempatkan dalam wadah maserasi dengan 300 ml etanol

70%, dibungkus dengan alumunium foil, ditutup rapat dan dibiarkan pada suhu

kamar selama 1 x 24 jam dengan sesekali diaduk. Setelah maserasi, saring dengan

kain bersih dan kumpulkan filtratnya. Maserasi kembali dalam 100 ml etanol

70%, bungkus dengan aluminium foil, tutup rapat, biarkan pada suhu ruang

selama 1 x 24 jam sambil sesekali diaduk, saring dengan kain bersih, dan

kumpulkan filtratnya. Kemudian maserasi kembali untuk kedua kalinya dengan

100 ml etanol 70%, bungkus dengan alumunium foil dan tutup rapat. Kemudian

biarkan pada suhu ruang selama 1 x 24 jam dengan sesekali diaduk. Kemudian

saring dengan kain bersih dan ambil filtratnya. Catat jumlah larutan maserasi.

Hasil maserasi kemudian dipekatkan dalam penangas air dengan suhu 60°C

hingga diperoleh ekstrak kental (Depkes RI, ).

4.7.5 Pengujian Skrining Fitokimia

A. Identifikasi Golongan Flavonoid

Sebanyak 1 mg ekstrak ditambahkan dengan 1 mg serbuk Mg dan

ditambahkan 7 tetes HCl pekat, selanjutnya kocok dengan kuat. Hasil positif

ditunjukkan dengan perubahan larutan menjadi warna merah, kuning atau jingga

(Wijayadkk, 2014).

B. Identifikasi Golongan Alkaloid

Ekstrak sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambah dengan 1 ml amoniak, selanjutnya panaskan lalu aduk dan saring. Hasil

filtrate dibagi menjadi tiga bagian dan masukkan ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan masing – masing tetes asam sulfat 2N, aduk dan diamkan beberapa

menit hingga terpisah. Uji hasil dari msing – masing filtrate dengan pereaksi

wagner dan dragendrof. Terbentukanya endapan jingga dan coklat

menunjukkanadanya alkaloid.

C. Identifikasi Golongan Saponin

Didihkan ekstrak sebanyak 1 ml kemudian masukkan ke dalam tabung

reaksi, tambahkan air sebanyak 10 ml. Kocok kuat hingga membentuk busa

setinggi 1 – 5 cm. setelah dikocok selama 1 menit, diamkan selama 10 menit

(Widyasari, 2008).

D. Identifikasi Golongan Tanin

Didihkan ekstrak sebanyak 1 ml dan 20 ml air, laludisaring. Filtrat yang

diperoleh kemudian ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1%. Jika terbentuk warna coklat

kehijauan atau biru kehitaman, maka menunjukan adanya tanin (Harborne,1987).

4.7.6 Pembuatan Gel

Formulasi K(-) FI FII FIII Range

Ekstrak Daun

Jambu Biji
0% 5% 15% 30% -
(Psidium guajava)
CMC-Na 4 4 4 4 3-6%

Gliserin 10 10 10 10 <20%

Propilenglikol 5 5 5 5 5-80%

Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100

Tabel Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Jambu Biji

4.7.7 Evaluasi Uji Mutu Fisik Sediaan Gel Ekstrak Daun Jambu Biji

A. Uji Organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan yang

terjadi pada perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan gel yang mengandung

esktrak daun jambu biji.

B. Uji Ph

Uji pH dilakukan menggunakan alat pH meter, pengukuran pH dilakukan

agar mengetahui apakah sediaan gel sebagai gel luka memiliki pH normal kulit

yaitu pH 4,5 – 6,5 (R.Sari&Ferdinan 2017).

C. Uji Homogenitas

Masing-masing gel yang akan diuji dioleskan pada 3 buah gelas objek

untuk diamati homogenitasnya. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar diatas

ketiga gelas objek tersebut maka gel yang diuji homogen. Pengujian homogenitas
ini dilakukan sebanyak 5 kali. Pengujian pertama dilakukan pada hari sediaan gel

dibuat, setelah jadi gel langsung diuji homogenitasnya. Kemudian disimpan

selama satu minggu dan diuji lagi homogenitasnya lagi, begitu seterusnya setiap

satu minggu selama satu bulan.

D. Uji Daya sebar

Pengujian daya sebar gel dilakukan dengan memodifikasi alat uji daya

sebar gel yaitu mengggunakan sepasang lempeng kaca berbentuk bujur sangkar

dan salah satunya berskala. Kurang lebih 500 mg gel yang akan diuji diletakkan di

bagian tengah lempeng uji yang tidak berskala. Kemudian lempeng uji yang

berskala diletakkan simetris diatas gel dan dibiarkan selama lima menit.

Selanjutnya diameter dari gel arah membujur, melintang, menyilang ke kiri dan

kanan diukur dengan penggaris atau dengan membaca skala pada lempeng uji

daya sebar. Kemudian dipasang beban dengan bobot 50 gram, dibiarkan selama

satu menit, beban diangkat dan secara bersamaan dilakukan pengukuran diameter

gel yang diuji. Pengujian daya sebar gel selanjutnya dilakukan sama dengan yang

tadi dengan memberi beban hingga 1000 gram. Dalam pengujian daya sebar gel

ini, masing-masing gel yang akan diuji dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali,

rata-rata diameter pengukuran (membujur, melintang, menyilang ke kanan dan

kiri) dari 3 kali pengujian dihitung baik pada pengujian tanpa beban (beban akibat

bobot lempeng berskala dianggap = 0) dengan beban 50 gram hingga 1000 gram.

Luas penyebaran gel mula-mula (tanpa beban), setelah diberi beban 50 gram

hingga 1000 gram dan diperoleh diameter rata-ratanya. Pengujian daya sebar ini

dilakukan sebanyak 5 kali. Pengujian pertama dilakukan pada hari sediaan gel
dibuat, setelah jadi gel langsung diuji daya sebarnya. Kemudian disimpan selama

satu minggu dan diuji daya sebarnya lagi, begitu seterusnya setiap satu minggu

selama satu bulan.

E. Uji Daya lekat

Pengujian daya lekat gel dilakukan dengan memodifikasi alat uji daya

lekat yaitu dengan menggunakan seperangkat alat. Sejumlah 250 mg gel diratakan

pada salah satu gelas objek kemudian ditutup dengan gelas objek yang lain.

Setelah itu, di tindih dengan beban 1 kg selama 5 menit. Pasangan gelas objek ini

kemudian dipasang pada alat uji daya lekat, dan bersamaan dengan pemberian

beban pada alat uji daya lekat gel (80 g) stopwatch dinyalakan. Waktu dihitung

mulai dari pemberian beban dan dihentikan pada saat gelas objek tersebut

terlepas. Pengujian pertama dilakukan pada hari sediaan gel dibuat, setelah jadi

gel langsung diuji daya lekatnya. Kemudian disimpan selama satu minggu dan

diuji daya lekatnya lagi begitu seterusnya hingga satu bulan.

F. Uji Viskositas

Gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada viskosimeter. Uji

viskositas ini dilakukan 5 kali yaitu pengujian pertama dilakukan pada hari

sediaan gel dibuat, setelah jadi gel langsung diuji. Kemudian disimpan selama 25

satu minggu dan diuji viskositasnya lagi, begitu seterusnya setiap satu minggu

selama satu bulan.


4.8 Kerangka kerja

Simplisia Daun Jambu Biji


(Psidium guajava)

Gel dengan Basis / Gel Ekstrak Jambu Biji


Kontrol Negatif
Konsentrasi 10% 25% 50%

Melakukan Ekastraksi Pelarut


Menggunakan Daun Jambu Biji Etanol 96%

Ekstraksi Menggunakan
Metode Maserasi

Skrinning Fitokimia
Formulasi Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava)
Flavonoid, Tanin,
Alkaloid, Saponin
Uji Mutu Fisik sediaan Gel Ekstrak
Etanol Jambu Biji (Psidium guajava)

Uji Organoleptis Uji Homogenitas Uji pH Uji Daya Lekat Uji Daya Sebar

Analisis Data

Gambar.4.Kerangka Konsep

4.9 Analisis Data

Data yang diperoleh pada pengamatan uji stabilitas, uji organoleptis, uji nilai

pH, dan uji panelis dianalisi ssecara deskriptif dari hasil uji mutu fisik sediaan gel ekstrak

daun jambu biji dengan konsntrasi 15%, 20%, 25% .

Anda mungkin juga menyukai