Anda di halaman 1dari 13

8

I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya
menggunakan pelarut yang sesuai. Ketika tercapai kesetimbangan antara
konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman, maka
proses ekstraksi dihentikan. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari
sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama. Karena ekstak awal sulit
dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal
(Mukhriani, 2014).
Ekstraksi menggunakan pelarut diperoleh komponen bioaktif senyawa
fenol dan flavonoid. Pada prinsipnya ekstraksi dilakukan dengan cara
mempertemukan bahan yang akan diekstrak dengan pelarut selama waktu tertentu,
diikuti pemisahan filtrat dari residu bahan yang diekstrak dengan evaporasi.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah maserasi
(Arbi, 2016).
Mangrove pada kawasan Taman Nasional Sembilang mempunyai
keanekaragaman yang tinggi di antaranya: 17 spesies mangrove (yaitu 45% dari
seluruh spesies mangrove yang ada di Indonesia) yang ditemukan, meliputi
Sonneratia alba, Avicennia marina (langsung digaris pantai), Rhizophora
mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, dan Xylocarpus
granatum (jauh ke daratan pada tanah dengan salinitas rendah dan padat) (Balai
TN Sembilang, 2012 dalam Theresia et al. 2015). Pemanfaatan mangrove di
kawasan Taman Nasional Sembilang mengalami perkembangan yang sangat pesat
sehingga diperlukan penilaian keberlanjutan terhadap pengelolaan ekosistem
mangrove di daerah ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Tujuan dari praktikum adalah untuk menarik kandungan kimia dari sampel
Bruguiera sexangula dengan menggunakan metode maserasi serta menggunakan
cairan penyari metanol.
8

2. Untuk mengetahui langkah langkah dari maserasi.

1.3 Manfaat
Manfaat percobaan yaitu untuk mengetahui kandungan-kandungan kimia
dari suatu sampel dan mengetahui metode-metode yang digunakan untuk
menarik kandungan kimia tersebut.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi
Ektraksi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan.
Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara dua fasa cair
yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan
secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik ataupun anorganik, untuk analiss
makro maupun mikro. Alat yang digunakan berupa corong pisah (paling
sederhana), alat ekstraksi sokhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter
current craig.
2.2 Senyawa Bioaktif
Bruguiera sexangula merupakan salah satu jenis mangrove yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut, antara lain: pohon, tinggi dapat mencapai 10 m, kulit
kayu kasar, berwarna abu-abu gelap. Bentuk daun yaitu tunggal, tersusun
berlawanan, bentuk elip, ujung meruncing, ukuran panjang 6-12 cm, lebar 3-6 cm,
warna hijau kekuningan. Bunganya soliter, terletak di ketiak, kelopak 10-14,
berwarna hijau kekuningan, mahkota 10-11, berwarna putih dan coklat setelah
tua. Memiliki buah yang berbentuk bulat, diameter 1,5-2 cm, berwarna hijau
sampai ungu kecoklatan, hipokotil diamet 1-1,5 cm, panjang 6-10 cm. Akar: akar
papan yang sedikit melebar pada bagian pangkal. Habitat: tanah basah, yang
sedikit berpasir (Sudarmadji, 2004).
Pada lokasi yang selalu mendapat masukan air sungai dan air laut ketika
pasang menyebabkan kerapatan vegetasi mangrove seperti Bruguiera sexangula
8

masih cukup tinggi. Sedangkan dilihat dari segi komposisi sudah banyak
mengalami penebangan guna areal pertambakan. Mangrove jenis Bruguiera
sexangula ini sebenarnya juga banyak ditemukan di daerah tebangan (Pratiwi,
2009).

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Phylum/Division : Magnoliophyta
Class : Eudicots
Order : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Species : Bruguiera sexangula
Common Names : Tumu Berau
Status : Endangered (Keng, 2009).

2.3 Proses Maserasi


Salah satu metode pemisahan zat terlarut dengan pelarutnya berdasarkan
titik didih pelarut disebut dengan ekstraksi. Metode ekstraksi terbagi atas 2 cara,
yaitu maserasi dan soxhletasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling
sederhana. Bahan simpilisia yang digunakan dihaluskan berupa serbuk kasar,
dilarutkan dengan bahan pengekstraksi (Damanik et al. 2013).
Merendam serbuk simplisia dalam cairan penyaring merupakan langkah
untuk melakukan maserasi. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan
yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan
di dalam sel. Maserasi adalah proses perendaman sampel untuk menarik
komponen yang diinginkan dengan kondisi dingin diskontinyu. Keuntungannya
lebih praktis, pelarut yang digunakan lebih sedikit, dan tidak memerlukan
pemanasan, tetapi waktu yang dibutuhkan relatif lama (Putra et al. 2014).
8

III METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini dilakukan pada tanggal 5 September 2017 di Laboratorium
Bioekologi Kelautan, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Univesitas Sriwijaya, Inderalaya.

Gambar 1. Peta lokasi


3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang dipakai pada praktikum ini antara lain :
No. Alat Fungsi
8

1. Gunting/cutter Untuk memotong sampel


2. Neraca analitik Untuk menimbang berat sampel
3. Plastik Sebagai wadah sampel
4. Blender Untuk menghaluskan sampel
5. Toples Sebagai wadah sampel
6. Label Untuk menamai sampel
7. Spidol Untuk menamai sampel
8. Corong Sebagai wadah menyaring sampel
9. Botol Untuk wadah sampel yang sudah
disaring
10. Kertas jaring Untuk menyaring sampel
11. Batang pengaduk Untuk mengaduk sampel
.12. ATK Untuk alat tulis

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang dipakai pada praktikum ini antara lain :
No. Bahan Fungsi
1. Bruguiera sexangula Sebagai sampel praktikum
2 Metanoll Sebagai pelarut

3.3 Prosedur kerja


Adapun prosedur atau langkah kerja yang dilakukan sangat sedehana.
Setelah semua serbuk batang, daun dan propagul ditimbang, kemudian dilakuka
proses ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi yang dilakukan selama
2x24 jam. Dengan menggunakan pelarut berupa metanol. Untuk kemudian
dilakukan proses lain untuk menuju ke tahap yang lebih lanjut sesuai dengan
tujuan (Ashary et al. 2010).
8

Gambar 2. Penuangan sampel Gambar 3. Proses penyaringan


IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 4. Hasil Maserat


Hasil dari Maserasi disebut maserat. Penyarian zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
8

konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi


keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi sampel Bruguiera
sexangula menggunakan metode maserasi. Pemilihan metode ini didasarkan pada
prinsip atau cara kerjanya yang tidak terlalu sulit serta perlatan dan bahan yang
digunakan juga tidak terlalu sulit untuk diperoleh. Selain itu, hal ini juga
didasarkan pada sampel yang akan di ekstrak dimana sampel ini berasal dari hutan
mangrove.
Dalam ekstraksi menggunakan metode maserasi, salah satu poin penting
yang harus diperhatikan adalah pelarut yang digunakan. Pemilihan pelarut sangat
menentukan hasil ekstrak dari sampel. Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan
adalah metanol. Penggunaan metanol sebagai pelarut didasarkan pada sifatnya
yang selektif dalam mencari senyawa yang terkandung di dalam sampel. Selain
itu, metanol yang digunakan sebagai pelarut juga sukar untuk ditumbuhi oleh
bakteri sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kontamiasi pada larutan
ekstrak.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil
pigmen-pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan, baik terdapat
pada daun, batang, buah, bunga, biji, ataupun akar. Proses ekslorasi pengambilan
pigmen zat warna alam disebut proses ekstraksi. Ekstraksi yang benar dan tepat
tergantung dari jenis senyawa, tekstur, dan kandungan air bahan tumbuhan yang
akan diekstraksi. Penurunan warna kepekatan larutan ekstrak ini
mengindikanasikan bahwa kandungan dari senyawa metabolit sekunder pada
sampel semakin berkurang.
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan
lebih mudah tarut dalam pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai
ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga set yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel,
8

maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel. Serbuk batang, daun dan
propagul yang dimaserasi dengan pelarut metanol. Pelarut ini diduga sifatnya
mampu melarutkan hampir semua komponen, baik yang besifat polar, semi plar,
maupun non polar.

V KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini antara lain :
1. Pada praktikum ini menggunakan pelarut metanol, karena pelarut ini diduga
sifatnya mampu melarutkan hampir semua komponen, baik yang besifat polar,
semi polar, maupun non polar. Jadi, serbuk batang, daun dan propagul yang
dimaserasi tersebut menggunakan pelarut metanol.
2. Setelah semua serbuk batang, daun dan propagul ditimbang, dilakukan proses
ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi yang dilakukan selama 2x24 jam
dengan menggunakan pelarut untuk kemudian dilakukan proses lain untuk menuju
ke tahap yang lebih lanjut sesuai dengan tujuan.
8

DAFTAR PUSTAKA

Ashary M, Titin S, Zackiyah. 2010. Penentuan pelarut terbaik dalam


mengekstrasikan senyawa bioaktif dari kulit batang Artocarpus
heterophyllus. Sain dan Teknologi Kimia. Vol. 1 (2) : 150-158.

Damanik D, Nurhyati S, Rosdanelli H. 2014. Ekstraksi katekin dari daun gambir


dengan metode maserasi. Teknik Kimia. Vol. 3 (2) : 10-14.

Keng L. 2009. The DNA of Singapore. http://lkcnhm.nus.edu.sg/dna/organisms


/details/807. [19 September 2017].

Pardede E. 2013. Mangrove untuk mendukung lingkungan hidup keanekaagaman


hayati dan ketahanan pangan. Seminar Nasional Peranan Pers Pada
Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan Mendukung
Kedaulatan Pangan Berkelanjutan.
8

Podugge F, Sri P, Tati N. 2015. Karakteristik bua baka hitam sebagaai sediaan
ekstrak sumber antioksidan. JPHPI. Vol. 18 (2) : 140-149.

Pratiwi R. 2009. Komposisi keberadaaan krustasea di mangrove delta mahakam


kalimantan timur. Makara. Vol. 13 (1) : 65-76.

Putra A, Bogoriani N, Diantariani N, Ni Luh U. 2014. Ekstraksi zat warna alam


dari bonggol tanaman pisang dengan metode maserasi, refluks, dan
sokletasi. Kimia. Vol. 8 (1) : 113-119.

Salamah N dan Erlinda Widyasari. 2015. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol


daun kelengkeng dengan metode penangkapan radikal 2,2. Pharmaciana.
Vol. 5 (1) : 25-34.

Sudarmadji. 2004. Deskripsi Jenis-jenis Anggota Suku Rhizophoraceae di Hutan


Mangrove Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Biodiversitas. Vol. 5 (2)
: 66-70.

Tisnadjaja D, Suci L, Sukma S, Partomuan S. 2006. Pengkajian kandungan


fitosterol pada tanaman kedawung. Biodiversitas. Vol. 7 (1) : 21-24.

LAMPIRAN LAMPIRAN
8
8
8

Anda mungkin juga menyukai