METODE EKSTRAKSI
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dalam percobaan “Metode Ekstraksi” adalah:
1. Mengetahui prinsip terektraksinya komponen kimia dari bahan alam.
2. Mengenal jenis-jenis metode ekstraksi bahan alam.
3. Mampu melakukan ekstraksi komponen kimia dari bahan alam
B. Dasar Teori
Ekstraksi pelarut yaitu metode pemisahan komponen dari suatu campuran
menggunakan suatu pelarut yang bertujuan untuk menarik zat aktif dalam sampel.
Pelarut yang digunakan didasarkan pada kemampuan melarutkan zat aktif dalam
jumlah yang maksimum, sehingga terbentuklah ekstrak (hasil ekstraksi yang
mengandung berbagai komponen kimia). Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur. (Susanty dan Fairus, 2016).
Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan
yang digunakan sederhana, metode ekstraksi tidak dipanaskan sehingga bahan
alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa
terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam
pelarut ekstraksi pada suhu kamar (Nurhasnawati dkk., 2017).
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal. Rendemen menggunakan satuan persen (%), semakin tinggi nilai
rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin
banyak(4). Rendemen suatu ekstrak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya adalah metode ekstraksi yang digunakan (Wijaya dkk.,2017).
Tanaman kelor berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 12 m dengan
diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas
rendah. Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil,
berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau
sampai hijau kecokelatan, bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang
1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat,
tepi daun rata. Kulit akar berasa dan beraroma tajam dan pedas, bagian dalam
berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Akarnya
sendiri tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin,
permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem
berserabut, sebagian besar terpisah (Isnan dan Nurhaedah, 2017).
Daun kelor mengandung fenol dalam jumlah yang banyak yang dikenal
sebagai penangkal senyawa radikal bebas. Kandungan fenol dalam daun kelor
segar sebesar 3,4% sedangkan pada daun kelor yang telah diekstrak sebesar 1,6%.
Selain itu, daun kelor juga mengandung berbagai macam asam amino, antara lain
asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin,
isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan methionin
(Aminah dkk.,2016).
Kuersetin merupakan molekul flavanol yang terdapat pada daun kelor
(Moringa oleifera L.). Kuersetin memiliki aktivitas antioksidan yang
dimungkinkan oleh komponen fenoliknya yang sangat reaktif.10 Kuersetin akan
mengikat spesies radikal bebas sehingga dapat mengurangi reaktivitas radikal
bebas tersebut. Molekul flavanol merupakan salah satu jenis flavonoid yang aktif
sebagai antioksidan.11 Senyawa karsinogen merupakan senyawa yang mampu
mengoksidasi DNA sehingga terjadi mutasi. kuersetin mampu menstabilkan
radikal bebas yang dibentuk oleh senyawa karsinogen seperti radikal oksigen,
peroksida dan superoksida. Kuersetin menstabilkan senyawa-senyawa tersebut
melalui reaksi hidrogenasi maupun pembentukan kompleks (Edwinanto dkk.,
2018).
C. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesie : Moringa oleifera
2. Deskripsi
Tanaman kelor berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 12 m dengan
diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas
rendah. Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil,
berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau
sampai hijau kecokelatan, bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang
1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat,
tepi daun rata. Kulit akar berasa dan beraroma tajam dan pedas, bagian dalam
berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Akarnya
sendiri tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin,
permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem
berserabut, sebagian besar terpisah (Isnan dan Nurhaedah, 2017).
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air satu liter, kertas
saring satu gulung, methanol satu liter dan serbuk simplisia kelor 500 g.
E. Prosedur kerja
Serbuk simplisia
a. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Bobot Bobot
No Nama Sampel Rendamen
Simplisia Ekstrak
Daun Kelor
1 267,3 g 37,4 g 7,1 %
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
LABORATORIUM FITOKIMIA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
G. Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian atau penarikan senyawa kimia
yang terdapat didalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan
menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Ekstrak adalah hasil dari proses
ekstraksi, bahan yang diekstraksi merupakan bahan alam, dimana ektraksi
memiliki prinsip umum yaitu difusi dan osmosis.
Tujuan dari ekstraksi ini adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan maupun biota laut dengan
pelarut organik yang sesuai. Proses ekstraksi ini didasarkan pada kemampuan
pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena
adanya perbedaan antara konsentrasi di dalam dan konsentrasi diluar sel.
Sehingga mengakibatkan terjadinya difusi pelarut organic yang mengandung zat
aktif ke luar sel.
Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering digunakan ada 2 yakni
ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Metode ekstraksi dingin merupakan metode
dimana tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung,
tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa dari sutau sampel karena adanya
pemnasan tersebut, contoh jenis ekstrasi dingin ini adalah maserasi, perkolasi dan
sokletasi. Sedangkan untuk ekstraksi panas merupakan suatu metode ekstraksi
yang tentunya melibatkan panas dalam prosesnya. Dimana dengan adanya
pemanasan ini maka secara otomatis akan dapat mempercepat proses penyarian
dibanding dengan metode ekstraksi dingin. Contoh metode ekstraksi panas yakni
metode destilasi uap air, refluks infusa maupun dekokta.
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini
dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam
wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan
ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari
sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah
memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin
saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat
menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.
Metode perkolasi, dimana serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan
menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel
senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel
dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh
area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan
banyak waktu
Metode sokletasi merupakan metode yang dilakukan dengan
menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas
saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor.
Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di
bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang
kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya
adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang
diperoleh terus-menerus berada pada titik didih.
Metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang
dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih.
Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Sedangkan metode destilasi uap
memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak
esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap
terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling
bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor.
Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi.
Infundasi adalah proses penyarian yang umum digunakan untuk menyari
zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Metode
ekstraksi dengan cara infundasi ini sangat ekonomis bila dibandingkan metode
lainnya karena hanya menggunakan teknik rebusan air. Sedangkan metode
dekokta memiliki kesamaan dengan metode infundasi, yang membedakan hanya
terletak pada waktu pemanasan dimana pada metode ekstraksi infuse dilakukan
pemnasan pada suhu 90 selama 15 menit sedangkan untuk metode dekokta
dilakukan pemansan pada 90 selama 30 menit.
Selain pemilihan metode ekstraksi, pemilihan pelarut juga dapat
mempengaruhi hasil kandungan senyawa metabolit sekunder yang terekstraksi.
Sifat yang penting dalam pemilihan pelarut adalah polaritas dan gugus polar dari
suatu senyawa. Pada umumnya, pemilihan pelarut ekstraksi menggunakan
prinsip like dissolves like, yaitu senyawa yang nonpolar akan mudah larut dalam
pelarut nonpolar sedangkan senyawa yang polar akan mudah larut pada pelarut
polar.
Pelarut yang sering digunakan untuk menyari senyawa aktif yaitu pelarut
metanol, etanol, dan air. Berdasarkan indeks polaritas beberapa pelarut, air
merupakan senyawa yang paling polar, sedangkan pelarut metanol dan etanol
memiliki indeks polaritas yang lebih rendah sehingga keduanya disebut sebagai
pelarut semipolar.
Praktikum ekstraksi kali ini dilakukan pada simplisia buah pare
(Momordica charantia) dengan mengunakan pelarut non air yaitu metanol.
Metode yang digunakan yaitu metode maserasi yaitu metode ekstraksi dengan
cara perendaman simplisia selama 3-4 kali 24 jam. Proses perendaman dilakukan
pada suhu amar dan sampel buah pare yang direndam disimpan pada tempat yang
relindung dar cahaya matahari agar tidak terjadi degredasi zat kimia pada
komponen kimia sampel yang terjadi. Perendaman yang dilakukan diikuti dengan
pengadukan atau penggojogan yang bertujuan untuk membantu proses distribusi
zat aktif pada sampel ke pelarut yang digunakan. Semakin lama waktu ekstraksi,
kesempatan untuk bersentuhan makin besar sehingga hasilnya juga bertambah
sampai titik jenuh larutan. Kontak antara sampel dan pelarut dapat ditingkatkan
apabila dibantu dengan pengocokan agar kontak antara sampel dan pelarut
semakin sering terjadi, sehingga proses ekstraksi lebih sempurna. Setelah
perendaman selama 3 hari, sampel dipisahkan antara maserat dengan ampasnya.
Kemudian maserat yang diperoleh dipisahkan dari pelarutnya dengan
menggunakan alat Vacum Rotary Evaporator dengan suhu 60°C.Vakum yang
dipakai dalam proses maserasi berfungsi untuk mempermudah proses penguapan
pelarut dengan memperkecil tekanan dalam vakum daripada di luar ruangan,
sehingga temperatur di bawah titik didih dan pelarut dapat menguap. Pemisahan
dilakukan higga terbentuk ekstrak pekat dari maserat yang ditandai drngan
berhentinya penguapan dari pelarut yang digunakan pada vakum. Ekstrak pekat
yang diperoleh berwarna hitam kemerah-merahan. Ekstrak yang diperoleh
kemudian diovenkan pada suhu 500C untuk menguapkan pelarut yang masih
tersisa dalam ekstrak. Hingga diperoleh ekstrak kering dari daun kelor dan
dilakukan penghitungan rendeman yaitu dengan membagikan antara bobot
ekstrak yang diperoleh dengan bobot simplisia yang digunakan. Hasil rendeman
yang diperoleh adalah 7,1%.
H. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yaang telah dilakukan dapat kita tuliskan
kesimpulan bahwa :
2. Saran
Sebaiknya fakultas menyediakan apa yang menjadi kebutuhan utama
dari praktikum sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa
membebani praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S., Tezar R., dan Muflihani Y., 2016, Kandungan Nutrisi dan Sifat
Fungsional Tanaman Kelor (Moringa oleifera), Buletin Pertanian Perkotaan,
Vol. 5 (2).
Edwinanto, L., Endry S., Latifah R.N., Karina S. A., Natallia P., 2018, Studi Pustaka
Fitur Fitokimia Daun Kelor (Moringa oleifera) yang Memiliki Efek
Antikanker, Journal of Medicine and Health,Vol. 1 (2).
Isnan W., dan Nurhaedah M., 2017, Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa
oleifera Lamk.) Bagi Masyarakat, Info Teknis EBONI, Vol. 14 (1).
Nuhasnawati, H., Sukarmi, dan Fitri H., 2017, Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Sokletasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Jambu Bol (Syzygium malaccense L.), Jurnal Ilmiah Manuntung,Vol.
3 (1).
Susanti, dan Fairus B.,2016, Perbandingan Metode Ekstrak Maserasi Dan Refluks
Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays
L.),KONVERSI, Vol. 5 (2)
Wijaya, H., Novitasari, dan Siti J., 2018, Perbandingan Metode Ekstraksi Terhadap
Rendemen Ekstrak Daun Rambai Laut (Sonneratia caseolaris L. Engl), Jurnal
Ilmiah Manuntung, Vol. 4 (1).