Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN II

METODE EKSTRAKSI

A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
ekstraksi komponen kimia dari bahan alam

B. PENDAHULUAN
Senyawa dari tumbuhan dapat diperoleh dengan cara ekstraksi yang bertujuan
untuk memperoleh kandungan zat aktif dari suatu bahan alam dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Berbagai teknik ekstraksi telah berkembang
mulai dari penggunaan alat yang sederhana sampai penggunaan alat yang modern.
Metode maserasi, infundasi, refluks dan soxhletasi merupakan metode yang
memiliki perbedaan pada suhu, jenis pelarut dan lama ekstraksi, namun keempat
metode ini sama-sama mengalami proses perendaman dan memimiliki prinsip
yang sama yaitu untuk menyari zat aktif yang terdapat dalam sampel (Wijaya dkk.,
2018).
Ekstraksi merupakan cara pengambilan zat aktif yang terdapat
dalam simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Teknik ekstraksi ada dua
cara yaitu cara tanpa pemanasan dan cara dengan pemanasan. Cara dingin meliputi
maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas diantaranya refluks, soxhletasi,
digesti, dekokta dan infusa. Maserasi adalah teknik ekstraksi dengan cara
merendam simplisia menggunakan pelarut tanpa pemanasan, Sedangkan infusa
adalah teknik ekstraksi menggunakan pelarut air dengan pemanasan. Teknik
ekstraksi dengan cara infusa menggunakan pemanasan dengan suhu 90oC, suhu
tersebut sudah mendekati 98,89oC. Maserasi dan infusa memiliki
beberapa perbedaan diantaranya yaitu. maserasi digunakan untuk zat yang
tidak tahan pemanasan, namun memerlukan waktu lama dan banyak
pelarut. Sedangkan infusa digunakan untuk bahan yang memiliki tekstur keras, zat
yang tahan terhadap pemanasan, namun waktunya singkat (Isnawati dan Agustina,
2018).
Mutu ekstrak dalam proses ekstraksi dipengaruhi oleh teknik ekstraksi, waktu
ekstraksi, temperatur, jenis pelarut, konsentrasi pelarut, dan perbandingan
bahan-pelarut. Waktu atau lamanya proses ekstraksi menentukan kandungan
senyawa yang keluar dari bahan. Begitu juga perbandingan bahan-pelarut,
jumlah ekstraktan yang terlibat dalam perpindahan menentukan tingkat perbedaan
konsentrasi yang sangat penting dalam proses difusi yang akan mempengaruhi
kandungan senyawa. Oleh karena proses ekstraksi dipengaruhi oleh berbagai
factor maka penelitian mengenai optimasi ekstraksi buah labu siam ini perlu
dilakukan (Rosidah dkk., 2017).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap mutu ekstrak adalah metode yang
digunakan dalam proses ekstraksi. Maserasi dan sokletasi merupakan dua metode
ekstraksi yang lazim digunakan. Alasan pemilihan metode ekstraksi maserasi dan
sokletasi karena mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode
ekstraksi lainnya. Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur
dan peralatan yang digunakan sederhana, metode ekstraksi tidak dipanaskan
sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan
banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan
terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar. Metode ekstraksi cara panas
(sokletasi) merupakan metode ekstraksi terbaik untuk memperoleh hasil ekstrak
yang banyak dan juga pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan) waktu
yang digunakan lebih cepat, sampel yang diekstraksi secara sempurna karena
dilakukan berulang-ulang (Nurhasnawati dkk., 2017).
Metode ekstraksi maserasi yaitu metode yang menggunakan pelarut yang akan
berdifusi masuk kedalam sel bahan yang selanjutnya senyawa aktif akan keluar
akibat dari tekanan osmosis, biasanya jugadilakukan pengadukan dan pemanasan
untuk mempercepat proses ekstraksi. Pelarut yang sering digunakan yaitu aseton
dan etanol. Keuntungan metode ini yaitu sederhana, mudah, dan biaya yang
murah. Kekurangan metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama dalam
ekstraksi. Selain itu, rendemen yang dihasilkan tidak bebas dari pelarut organik
(Maleta dkk., 2018).
Srikaya atau Annona squamosa L. terkenal memiliki buah yang manis dan
kandungan gizi yang cukup tinggi. Berbagai organ dari tanaman srikaya ini sudah
sering digunakan oleh masyarakat. Ekstrak daun atau bijinya yang ditumbuk halus
dapat menghilangkan kutu-kutu yang merugikan pada tubuh hewan
peliharaan. Minyak yang dihasilkan dari biji srikaya dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kacang tanah pada pembuatan sabun. Ekstrak air daun srikaya
memiliki efek antidiabetes pada tikus yang diinduksi oleh streptozotocin-
nikotinamid (diabetes tipe dua) (Kusmardiyani dkk., 2012).
Srikaya termasuk tanaman buah istimewa dikarenakan kandungan gizi
buahnya yang tinggi dan hampir semua bagian tanaman mempunyai manfaat.
Srikaya mengandung antioksidan seperti vitamin C yang membantu melawan
radikal bebas dalam tubuh, vitamin A yang bermanfaat untuk menjaga kulit,
kesehatan rambut, serta meningkatkan fungsi mata. Kalium dan Magnesium yang
terkandung dalam buah juga mencegah penyakit jantung. Srikaya merupakan buah
lokal yang memiliki sebaran daerah tumbuh yang luas, namun belum ada data pasti
daerah penyebarannya (Setiono dkk., 2013).
Pelarut pengekstraksi yang digunakan adalah etanol. Etanol merupakan pelarut
universal yang dapat melarutkan hampir semua zat aktif baik yang bersifat non
polar, semi polar maupun polar. Keuntungan lain etanol digunakan sebagai pelarut
pengekstraksi adalah sifatnya yang tidak toksik, mudah didapat dan harganya
terjangkau. Etanol juga dapat mengendapkan protein serta mampu menghambat
kerja enzim sehingga dapat terhindar dari proses hidrolisis dan oksidasi (Andayani
dkk., 2015)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Aluminium foil
b. Blender
c. Gunting
d. Seperangkat alat evap
e. Toples
f. Wadah baskom

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Alat saring
b. Daun srikaya (Annona squamosa)
c. Es batu
d. Etanol 96%
e. Tisu
D. PROSEDUR KERJA

Sampel

- Ditimbang 500 gram


- Dimasukkan kedalam toples
- Dimasukkan etanol 96% hingga sampel terendam
- Ditutup toples menggunakan aluminium foil
- Disimpan pada suhu kamar

Ekstrak
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan
Bobot kering (gram) Bobot basah (gram) Rendemen
500.5 gram 1800 gram 3,596%

F. PEMBAHASAN
Simplisia merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun,
bunga, biji dan lain-lain yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk.
Haksel berbeda dengan simplisia. Yang merupakan bahan alami yang digunakan
sebagai obat dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia terbagi atas
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.
Ekstrasi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, sedangkan
ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan megekstrasi zat aktif dari
simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan.
Jenis ekstrasi dibedakan menjadi dua yaitu ekstrasi secara dingin dan ektrasi
secara panas. Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan
pemanasan, hal ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen
kimia yang tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang
lunak, yang termasuk ekstraksi secara dingin umumnya dikenal dengan ekstrasi
maserasi dan perkolasi, sedangkan ektrasi secara panas, Ekstraksi secara panas
dilakukan untuk mengekstraksi komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang mempunyai titik
didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-
pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk
melarutkan komponen kimia. Metode ekstraksi yang termasuk cara panas yaitu
metode refluks dan destilasi uap.
Metode ekstrasi yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu dengan cara
metode ekstrasi maserasi. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin. Prinsip maserasi adalah ekstraksi
zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai
selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan
masuk kedalam sel tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang
konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan
konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi
keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel. Maserasi biasanya
dilakukan pada temperatur 15o-20o C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-
bahan melarut.
Penggunaan metode ini pada sampel yang berupa daun, contohnya pada
penggunaan pelarut etanol untuk melarutkan lemak/lipid. Sampel pada percobaan
ini dibedakan menjadi perkelompok dimana sampel yang digunakan pada
kelompok kami yaitu daun srikaya. Proses perendaman sampel yang sudah
dihaluskan, di timbang sebanyak 500 gr, setalah itu dimasukan kedalam toples
dan di tambahakan pelarut etanol sampai terendam sepenuhnya simplisa tersebut,
penggunaan pelarut etanol dipertimbangkan dapat meningkatkan penyari karena
lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak
beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit, Etanol
dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin,
antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Keuntungan dari maserasi yaitu
mudah dan sederhana, selain itu hasil yang diperoleh juga banyak, sedangkan
kerugiannya yaitu membutuhkan banyak pelarut, membutuhkan waktu yang lama
dan penyariannya kurang sempurna.
Tahapan selanjutnya setelah melakukan maserasi yaitu proses pemisahan,
edapan di saring dan di ambil maseratnya percobaan ini dilakukan proses evaporasi
dengan menggunakan alat Rotary vakum evaporator. evaporasi adalah proses
perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi
gas (contohnya uap air). Rotary vakum evaporator merupakan suatu instrumen
yang tergabung antara beberapa instrumen, yang menggabung menjadi satu
bagian, dan bagian ini dinamakan rotary vakum evaporator.
Rotary vakum evaporator adalah instrumen yang menggunakan prinsip
destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan
tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar
pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya. Instrumen ini lebih
disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah akurat. Bila dibandingkan dengan
teknik pemisahan lainnya, misalnya menggunakan teknik pemisahan biasa yang
menggunakan metode penguapan menggunakan oven karena pada instrumen ini
memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang lainnya
dimana teknik yang digunakan dalam rotary vakum evaporator terletak pada
pemanasan dan dapat menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu
alas bulat dengan kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut
akan menguap dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap
namun mengendap. Pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa
yang terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.
Proses penguapan terjadi karena adanya pemanasan menggunakan hot
plate yang dibantu dengan penurunan tekanan pada labu alas bulat sampel yang
dipercepat dengan pemutaran pada labu alas bulat sampel dengan bantuan pompa
vakum yang mengalirkan air dingin (es) dari suatu wadah kedalam kondensor dan
dikeluarkan lagi oleh kondensor kepada wadahnya lagi dan dimasukkan lagi dan
seterusnya, karena proses ini berjalan secara kontinu. sehingga ketika uap dari
pelarut mengenai dinding-dinding kondensor, maka pelarut ini akan mengalami
yang proses yang dinamakan proses kondensasi, yaitu proses yang mengalami
perubahan fasa dari fasa gas ke fasa cair. Adapun demikian, proses penguapan ini
dilakukan hingga diperoleh pelarut yang sudah tidak menetes lagi pada labu alas
bulat penampung dan juga bisa dilihat dengan semakin kentalnya zat yang ada
pada labu alas bulat sampel dan terbentuk gelembung-gelembung pecah pada
permukaan zatnya.
Hasil ekstrak pada proses pemisahan ini di ambil simpan pada cawan
poselin dan di tutupi kertas aluminium foil dengan diberi lubang lubang kecil dan
di simpan untuk digunakan pada percobaan prktikum uji kandungan metabolit
sekunder simplisia.
Metabolit adalah zat penting untuk perubahan kimia yang terdapat dalam
sel atau organisme yang menghasilkan energi dan bahan dasar yang dibutuhkan
untuk proses hidup yang penting. Jenis metabolit diantaranya metabolit primer dan
metabolit sekunder. Metabolit primer adalah senyawa-senyawa yang terdapat pada
semua sel dan memegang peranan sentral dalam metabolisme dan reproduksi sel-
sel tersebut. Contoh metabolit primer antara lain asam nukleat, asam sedangkan
metabolit sekunder adalah senyawa yang secara khusus terdapat pada jenis atau
spesies tertentu saja, senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa yang tidak
esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya, Senyawa metabolit sekunder
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu (1) Terpenoid (Sebagian besar
senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen serta disintesis melalui jalur
metabolisme asam mevalonat contohnya monoterpena, seskuiterepena, diterpena,
triterpena, dan polimer terpena (2) Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula
sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur
kimianya) contohnya asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin (3)
Senyawa yang mengandung nitrogen contohnya alkaloid dan glukosinolat.
Senyawa metabolit sekunder dapat diidentifikasi dalam tumbuhan atau
biasa dikenal dengan skrining fitokimia. Skrining fitokimia merupakan tahapan
awal analisis kualitatif terhadap metabolit sekunder. Tujuan dari skirining fitokimia
untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, karna
pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung
tumbuhan yang sedang kita uji/teliti atau. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas
berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya,
Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang
mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Ekstrasi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Simplisia
srikaya 500 gram dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi menghasilkan
eksktrak kental seberat 2 gram berwarna hijau kehitaman dan berbau khas. Metode
maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

DAFTAR PUSTAKA
Andayani, R., Rita N., dan Verawati, 2015, Pengaruh Metode Ekstraksi terhadap Kadar
Xanton Total dalam Ekstrak Kulit Buah Manggis Matang (Garcinia mangostana
L.) dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet, Prosiding Seminar Nasional &
Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi & Klinik 5”
Isnawati, A. P., dan Agustina R., 2018, Perbandingan Teknik Ekstraksi Maserasi
Dengan Infusa Pada Pengujian Aktivitas Daya Hambat Daun Sirih Hijau (Piper
betle L.) Terhadap Escherichia coli, Jurnal Farmasi Malahayati, Vol. 1 No. 1
Kusmardiyani, S., Ferlin W., Komar R. W., 2012, Telaah Fitokimia Daun Srikaya
(Annona squamosa L.) yang Berasal dari Dua Lokasi Tumbuh, Acta
Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXXVII, No. 1
Maleta H. S., Renny I., Leenawaty L., dan Tatas H. P. B., 2018, Ragam Metode
Ekstraksi Karotenoid dari Sumber Tumbuhan dalam Dekade Terakhir (Telaah
Literatur), Jurnal Rekayasa Kimia Dan Lingkungan, Vol.13 No. 1
Nurhasnawati, H., Sukarmi, dan Fitri H., 2017, Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Sokletasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Jambu BOL (Syzygium malaccense L.), Jurnal Ilmiah Manuntung,
Rosidah, I., Zainuddin, Rima M., Hismiaty B., dan Muhamad S., 2017, Optimasi
Kondisi Ekstraksi Senyawa Total Fenolik Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.)
Sw.) Menggunakan Response Surface Methodology, Media Litbangkes, Vol. 27
No. 2
Setiono, D., Parjanto, Djati W. D., 2013, Identifikasi Morfologi Aksesi Srikaya
(Annona Squamosa) di Gedangsari Gunungkidul, Agrosains, Vol. 15(2)
Wijaya, H., dan Novitasari, Siti J., 2018, Perbandingan Metode Ekstraksi Terhadap
Rendemen Ekstrak Daun Rambai Laut (Sonneratia caseolaris L. Engl), Jurnal
Ilmiah Manuntung.

LABORATORIUM FARMASI
FARKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO

PRAKTIKUM STANDARISASI BAHAN OBAT ALAM


PERCOBAAN II
“METODE EKSTRAKSI”
DAUN SRIKAYA (Annona squamosa L.)

OLEH :

KELOMPOK III
KEKAS A

NAMA : FITRAH AYU PADLAN


DEWI RAHMASARI
FRISCHILLYA YOLA MANDA
KHUSNUL NADYA SYARIF
MARLINDAH
MUH. ASYRAF
RAMLIATI

ASISTEN : KIRSHANA MEISYA

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019

Anda mungkin juga menyukai