Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan


(perenial) yang tersebar diseluruh daerah tropis. Tanaman ini banyak
dibudidayakan di Asia selatan khususnya India, Cina, Taiwan, Indonesia
(Jawa) dan Fhilipina. Tanaman ini tumbuh bercabang dengan tinggi 40- 100
cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat membentuk rimpang
dengan warna hijau kekuningan dan mempunyai pelepah daun. Kulit luar
rimpang berwarna jingga kecoklatan dan daging buah merah jingga kekuning-
kuningan. Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, dimana saat
panen terbaik adalah pada umur 11-12 bulan (Rismunandar, 1994).

Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia


kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH
lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau jingga pada suasana asam,
sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam suasana
basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama dapat
mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk
asam ferulat dan feruloilmetan. Warna kuning coklat feruloilmetan akan
mempengaruhi warna merah dari kurkumin yang seharusnya terjadi. Sifat
kurkumin lain yang penting adalah kestabilannya terhadap cahaya (Tonnesen,
1985).

Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpangnya adalah dengan cara
ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan
perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai
proses pemisahan dan isolasi zat dari suatu zat dengan penambahan pelarut
tertentu untuk mengeluarkan komponen campuran dari zat padat atau zat cair.
Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut
(solvent), sedangkan fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut
akan menjadi sempurna jika solute dipisahkan dari pelarutnya, misalnya
dengan cara distilasi/penguapan (Wahyuni, 2004).

Hal yang melatarbelakangi percobaan ini yaitu untuk mempelajari cara isolasi
kurkumin dari kunyit.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengisolasi kurkumin dari kunyit?

1.3. Tujuan

Mempelajari cara isolasi kurkumin dari kunyit.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kunyit

Kunyit merupakan salah satu tumbuhan yang banyak digunakan masyarakat.


Rimpang kunyit terutama digunakan untuk keperluan dapur (bumbu, zat
warna makan), kosmetika maupun dalam pengobatan tradisional. Kunyit
tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae Turmeric (Inggris),
kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), kunir (Jawa), koneng
(Sunda), Konyet (Madura) (Winarno, 2003).

Gambar 2.1. Kunyit (Curcuma Demostica Val) (Winarno, 2003).

Menurut Winarno (2008), klasifikasi tanaman kunyit adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma Demostica Val.
Kunyit yang mempunyai nama latin Curcuma Demostica Val. Merupakan
tanaman yang mudah diperbanyak dengan rimpang ukuran 2-5 cm. Bibit
rimpang harus cukup tua dan kunyit dapat tumbuh dengan baik ditanah yang
tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun
dan ditempat yang sedikit terlindung. Untuk menghasilkan rimpang yang
lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna
kuning sampai kuning jingga ( Winarno, 2003).

2.2. Kandungan Kimia Kunyit

Rimpang kunyit mengandung 28% glukosa, 12% fruktosa, 8% protein,


vitamin C dan mineral, kandungan kalium dalam rimpang kunyit cukup tinggi
, 1,3-5,5% minyak atsiri yang terdiri dari 60% keton seskuiterpen, 25%
zingiberina, dan 25% kurkumin beserta turunannya. Keton seskuiterpen yang
terdapat dalam rimpang kunyit adalah tumeron dan antumeron, sedangkan
kurkumin dalam rimpang kunyit meliputi kurkumin (diferuloilmetana),
dimetoksikurkumin (hidroksisinamoil feruloilmetan), dan bisdemetoksi-
kurkumin (hidroksisinamoilmetana) (Stahl, 1985).

2.3. Kurkumin

Kurkumin (1,7-bis (4ʼ-hidroksi-3ʼmetoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion),


merupakan senyawa hasil isolasi dari tanaman curcuma sp dan telah berhasil
dikembangkan sintesisnya oleh pabon (1964). Kurkumin telah diketahui
memiliki aktivitas biologi dengan spektrum yang luas. Aktivitas antioksidan
telah dibuktikan berperan pada aktivitas antikanker dan anti-mutagenik
kurkumin (Majeed, 1995).

Gambar 2.3. Struktur Kurkumin (Majeed, 1995).

4
Kurkumin merupakan pigmen utama yang terdapat pada tanaman kunyit
Curcuma longa. Umumnya digunakan sebagai zat aditif (pewarna) pada
makanan. Selain itu, kurkumin juga banyak digunakan secara tradisional
untuk pengobatan penyakit kulit, penyakit yang berhubungan dengan saluran
pencernaan, nyeri perut, sembelit, infeksi saluran kencing, bengkak, rematik,
hepatitis, sakit mata dan pengobatan wanita setelah melahirkan (Achmad,
2007).

2.4. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan cara pemisahan untuk memperoleh suatu zatdari suatu


bahan yang diduga mengandung zat tersebut. Pemisahan pada ekstraksi
meiliki dua bagian yaitu pelarut dan zat terlarut. Pelarut merupakan zat yang
dipakai untuk melarutkan dan memisahkan solut atau zat terlarut. Sedangka
zat terlarut merupakan bahan utama yang mengandung zat yang akan
diekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara menggunakan
pelarut yang didasarkan pada kelarutan komponenterhadap komponen lain
dalam campuran. Pelarut non polar akan melarutkan solut polar dan solut non
polar ( Sari Puspita, 2005).

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran


berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling
campur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan gugus
yang diinginkan dan mungkin menggunakan gugus pengganggu dalam
analisis secara keseluruhan. Kadang gugus pengganggu ini diekstraksi secara
selektif. (petrucci, 1987).

Ekstraksi padat cair merupakan proses pemisahan satu atau lebih konstituen
dari suatu padatan dengan menggunakan pelarut cair. Prinsip ekstraksi padat
cair adalah komponen yang terlarut dari suatu padatan yang mengandung
matriks inert dan agen aktif akan diekstraksi dengan menggunakan pelarut.
Bahan yang akan diekstraksi merupakan campuran homogen yang memiliki
banyak kapiler (Day, 2002).

5
2.5. Spektronik-20

Spektronik-20 adalah spektofotometer adsorpsi sinar berkas tunggal.


Spektofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur adsorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada
saat objek/kuvet yang berisi larutan blanko/sampel (durst dan Wrolstad,
2005).

Spektronik-20 merupakan spektometer visible yang susunannya


menggunakan satu berkas tunggal (single beam). Spektofotometer jenis ini
memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar,
monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung. Cahaya
putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk: lensa B
mengumpulkan cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah
keluar setelah dipantulkan dan dipresikan oleh kisi difraksi untuk
memperoleh berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang
menembus celah keluar melewati sampel yang akan diukur dan jatuh ke
tabung foto (Gross, 1987).

Gambar. 2.5. Spektometer-20 (Gross, 1997).

Prinsip dari spektronik-20 umumnya sama dengan spektrofotometri ultraviolet


sinar tampak (UV-vis). Hal membedakan keduanya adalah ketika radiasi
elektromagnetik tersebut dilewatkan pada suatu sampe berupa media yang
homogen, maka sebagian radiasi tersebut ada yang dipantulkan, diadsorpsi atai
diserap, dan ada pula yang diteruskan atau ditransmisikan. Cahaya yang diserap
oleh suatu zat merupakan yang diteruskan disebut warna komplementer. (Day,
2002).

6
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Maret 2019, pukul 10.00
WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tadulako, Palu.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu yaitu kunyit bubuk, etanol
96%, tisu, dan aluminium foil.

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca analitik, mesin kocok
agitasi, gelas ukur 100 ml, erlenmeyer 250 ml, corong kaca, gelas kimia 25
ml, pipet tetes, spektronik-20, dan kuvet.

3.3. Prosedur Kerja


Kunyit dalam bentuk bubuk ditimbang sebanyak 20 g, kemudian dimasukkan
ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan etanol sebanyak 200 ml.
Kemudian campuran dikocok selama 2 jam diatas mesin kocok agitasi 250
rpm, kemudian disaring dan ditampung filtratnya. Kemudian filtrat yang
dihasilkan diukur serapannya pada panjang gelombang antara 400 nm sampai
700 nm dan ditentukan panjang gelombang maksimumnya. Setelah itu,
ditentukan kadarnya dengan menggunakan persamaan :

A
𝑐=
2,45 × b

Dimana : C = Konsentrasi (g/100 ml)


A = Absorbansi
b = Tebal kuvet
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

No. Panjang Gelombang (λ) Absorbansi (A)


1 400 0,016
2 500 1,465
3 700 0,019
4.2. Pembahasan

Kurkumin (1,7-bis (4ʼ-hidroksi-3ʼmetoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion),


merupakan senyawa hasil isolasi dari tanaman curcuma sp dan telah berhasil
dikembangkan sintesisnya oleh pabon (1964). Kurkumin telah diketahui
memiliki aktivitas biologi dengan spektrum yang luas. Aktivitas antioksidan
telah dibuktikan berperan pada aktivitas antikanker dan anti-mutagenik
kurkumin (Majeed, 1995).

Percobaan bertujuan untuk mempelajari cara isolasi kurkumin dari kunyit.


Metode yang digunakan yaitu metode ekstraksi menggunakan pelarut etanol.
Prinsip dari metode ekstraksi adalah proses pemisahan senyawa dari senyawa
dari senyawa-senyawa lain dengan menggunakan pelarutnya (Adrian, 2000).
Pelarut yang digunakan yaitu etanol yang bersifat semi polar karena
kurkumin yang dipisahkan bersifat semi polar sehingga dapat larut dalam
etanol dan terpisah dari senyawa lainnya.

Perlakuan pertama yaitu bubuk kunyit ditambahkan dengan etanol, kemudian


dikocok selama 2 jam yang bertujuan untuk memaksimalkan proses ekstraksi
senyawa kurkumin dari kunyit sehingga diperoleh ekstrak kurkumin yang
lebih banyak. Selanjutnya mengukur serapannya pada panjang gelombang
400 nm sampai 700 nm, diperoleh masing-masing panjang gelombang
maksimum 400 nm, 500 nm, dan 700 nm secara berturut-turut sebesar 0,016
nm, 1,465 nm dan 0,019 nm. Menurut Day (2002), Prinsip dari spektronik-20
umumnya sama dengan spektrofotometri ultraviolet sinar tampak (UV-vis).
Hal membedakan keduanya adalah ketika radiasi elektromagnetik tersebut
dilewatkan pada suatu sampe berupa media yang homogen, maka sebagian
radiasi tersebut ada yang dipantulkan, diadsorpsi atai diserap, dan ada pula
yang diteruskan atau ditransmisikan. Cahaya yang diserap oleh suatu zat
merupakan yang diteruskan disebut warna komplementer. Dari hasil analisa
data diperoleh kadar kurkumin sebesar 0,5979 g/100 ml. Menurut Purwanti
(2008), kandungan kurkumin dalam kunyit adalah 19,526 gram.

10
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Isolasi kurkumin dari kunyit dapat dilakukan dengan cara ekstraksi pelarut
menggunakan pelarut etanol.
2. Nilai adsorbansi yang diperoleh sebesar 0,5979 g/100 ml. pada panjang
gelombang maximum 500 nm.

5.2. Saran

Sebaiknya lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi


kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan.
ANALISIS DATA

Diketahui :

A500 = 1,465 nm

b = 1 cm

ditanya : C = ......?

penyelesaian :

A
𝑐=
2,45 × b

1,465
𝑐=
2,45 × 1

C = 0,5979 g/100 ml.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A., Hakim, E.H., Makmur, L., Syah. Y.M, Juliawaty, L.D. dan
Mujahidin, D. (2007). “Ilmu Kimia dan Kegunaan Tumbuh-Tumbuhan
Obat Indonesia”. ITB. Bandung.
Adrian, Peyne. (2000). Analisis Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan
Obat. Pusat Penelitian, Universitas Negeri Andalas. Sumatera Barat.
Day. R.A. dan A.L. Underwood. (2002). Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta
Durst, R. W., and wrolstad, R.E. (2005). Unit F1.2.: characterization and
Measurement of Anthocyanins by UV-visible Spectroscopy. In R. E.
Wrolstad (Ed), Handbook of analytical food chemistry (pp. 33-45).
New York: John Wiley & Sons.
Gross,J. (1987). Pigments in Fruits. Academic Press. London. 1-55 hlm.
Majeed, M. Badmaev, V. Shirakumar U, and Rajendran, R. (1995). Curcuminoids
Antioxidant phytonutrients, 3-80. Nutrient Pubilsher Inc, PisCataway.
New Jersey.
Petrucci, Ralph H. (1987). Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta
Purnawanti. (2008). Kajian Efektifitas Pemberian Kunyit, Bawang Putih dan
Mineral Zink terhadap Perfoma, Kadar Lemak, Kolesterol dan Status
Kesehatan Broiler. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rismunandar, R. (1994). Rempah-Rempah Komoniti Ekspor Indonesia. CV. Sinar
Baru. Bandung.
Sari, Puspita., Fitriyah Agustina., Mohammad Komar, Unus, Muhammad Fauzi,
Dan Triana Lindriati. (2005). Ekstraksi dan Stabilitas Antosianin dari
Kulit Buah Duwet (Syzygium cumini). Universitas Jember. Jember.
Stahl, E. (1985). Analisis Obat secara kromatografi dan Mikroskopi. ITB press.
Bandung.
Tonnesen, H.H, and Karlsen, J. (1985). Studies on Curcumin and Curcumin oids:
V. Alkaline Degradation Drug Molecule, Ph. D. Thesis. Institute of
Pharmacy University of Oslo. Oslo.
Wahyuni, dkk. (2004). “Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit”. Prosiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004 ISSN : 1411- 4216.
Winarno, W.P. (2003). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Winarno, F.G. (2008). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

PERCOBAAN VI

ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT

NAMA : DINDA LESTARI

STAMBUK : G 301 17 010

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : SAMSUL AMIN

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019

Anda mungkin juga menyukai