Anda di halaman 1dari 22

\

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia analitik adalah ilmu kimia yang mengidentifikasi dan memisahkan

zat menjadi komponen-komponennya dan penentuannya lebih lanjut. Teknik-

teknik pemisahan, seperti yang ditunjukkan oleh kemajuan dalam bidang kimia,

tergantung pada berbagai sifat fisika dan kimia molekul-molekul sampel.

Pemilihan teknik yang digunakan tergantung pada banyak sedikitnya sampel,

selektivitas metode, tingkat resolusinya dan kepraktisan prosedurnya.1

Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena

kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh

materi murni dari suatu campuran, harus dilakukan dengan pemisahan. Berbagai

teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran.2

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu

fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat

padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.3

1
Khopkar, Konsep Dasar kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 2010), h. 135
2
Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 1
3
Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis (Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 194

1
2

Berdasarkan pasangan fasa gerak dan fasa diamnya kromatografi dapat

diklasifikasikan menjadi kromatografi gas-padat, kromatografi gas-cair,

kromatografi cair-padat, dan kromatografi cair-cair. Dimana salah satu teknik

kerja kromatografi cair-cair adalah kromatografi kertas.4 Fase diam berupa kertas

whatman dan fase gerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan

air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan

kecepatan berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing

komponen diantara fase diam dan fase geraknya.5

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya dan untuk

membuktikan kebenaran teori yang telah ada maka dilakukanlah percobaan

tentang kromatografi kertas (KK).

B. Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pemisahan dengan menggunakan metode

kromatografi kertas (KK).

2. Untuk menentukan pigmen warna dalam tinta dengan menggunakan

metode kromatografi kertas (KK).

4
Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik (Makassar: Alauddin Press, 2007),
h. 75
5
Estien Yazid, op. cit., h. 205
3

C. Prinsip percobaan

Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah mengamati komponen

pigmen warna dalam tinta dengan teknik pemisahan menggunakan metode

Kromatografi Kertas dimana fase diamnya berupa kertas saring/kertas biasa dan

fase geraknya (eluen) berupa campuran etanol (C2H5OH) 96% dan air suling

(H2O).
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna dan

graphien berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael

Tswest (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam

percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain

dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3)

yang diisikan ke dalam kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan

itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium

karbonat (CaCO3), kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa

pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan

komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan.6

Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan

atas distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa, yaitu fasa diam

(stationary phase) dan fasa gerak (mobil phase). Fasa diam dapat berupa padatan

atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben),

sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut, atau gas

Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris., op. cit., h. 73


6

A4
5

pembawa yang inert. Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi

diferensial komponen-komponen dalam sampel.7

Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang

digunakan. Kromatografi juga dapat digolongkan atas prinsipnya, misalnya

kromatografi partisi (Partition chromatography) dan kromatografi serapan

(Adsorption chromatography). Sedangkan menurut teknik kerja yang digunakan,

misalnya kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kertas

dan kromatografi gas.

Fase bergerak Fase diam Prinsip Teknik Kerja

Gas Padat Adsorpsi Kromatografi gas-padat

Cair Padat Adsorpsi, partisi Kromatografi kolom, KLT,

dan kromatografi kertas

Cair Cair Partisi Kromatografi kolom, KLT,

dan kromatografi kertas

Gas Cair Partis Kromatografi gas-cair

Selain cara klasifikasi di atas ada juga yang digabung, misalnya kromatografi

partisi gas-cair, kromatografi partisi cair-cair, kromatografi adsorpsi cair-padat.

Selain itu juga dikenal kromatografi penukar ion dan kromatografi filtrasi gel

yang prinsipnya berbeda dari prinsip kromatografi yang telah disebutkan

sebelumnya.8

7
Ibid., h. 74
8
Estien Yazid, op. cit., h. 194-195
6

Kromatografi kertas adalah Metode pemisahan dengan kerja dua fase yaitu

fase diam dan fase gerak yang hasil kerja kedua fase ini berupa rambatan warna

yang dapat terlihat pada kertas kromatografi dan bercak yang ada untuk

membandingkan antara totolan dari sampel dan totolan dari baku.9

Kromatografi kertas merupakan bidang khusus kromatografi cair-cair.

Fasa diam berupa lapis tipis air yang terserap oleh kertas. Selain air dapat juga

digunakan cairan lain. Proses pengerjaannya sangat sederhana, dengan

menotolkan satu tetes larutan cuplikan pada ujung kertas yang telah diberikan

garis pensil sebagai tempat start awal cuplikan tersebut. Selanjutnya kertas

dicelupkan ke dalam pelarut (eluen) sudah cukup untuk memisahkan komponen-

komponen cuplikan.10

Teknik kromatografi kertas yang menggunakan kertas saring sebagai

penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang yang mempunyai

afinitas besar terhadap air (H2O) atau pelarut polar lainnya. Bila air (H2O)

diadsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat

dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan

air (H2O) bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori kertas.

Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif.

Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya

asam-asam amino, gula-gula atau pigmen-pigmen alam.11

9
Endang Triwahyuni M, Erna Susilowati, Identifikasi Zat Warna Sintetis Pada Agar-
Agar Tidak Bermerk Yang Dijual Di Pasar Doro Pekalongan Dengan Metode Kromatografi
Kertas., (Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang, 2010)., h. 4.
10
Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris., op. cit., h. 78
11
Estien Yazid, loc. cit., h. 205
7

Kertas Whatman No. 1 adalah kertas yang paling sering digunakan untuk

tujuan analisis. Kertas Whatman 3 MM paling bagus digunakan untuk

memisahkan sejumlah besar bahan walaupun resolusinya lebih rendah

dibandingkan kertas Whatman No. 1. Untuk pemisahan cepat, kertas Whatman

No. 4 dan 5 cukup bagus, walaupun spot yang diasilkan kurang jelas. Kertas yang

digunakan harus dibasahi dulu dengan larutan buffer atau modifikasi kimia secara

asetilasi sebelum digunakan.12

Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai

tempat untuk mengalirnya fase bergerak. Kertas selulosa murni yang dimodifikasi

dari kertas serat kaca. Zat-zat hidrofobik dapat dipisakan pada kedua jenis kertas

terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silicon dapat digunakan untuk zat-zat

hidrofobik, sedangkan untuk reagen yang korosif, kertas serat kaca dapat

digunakan. Untuk memili kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan

kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentuk spot, efek tailing dan

pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik

descending.13

Kertas yang akan digunakan dipotong memanjang sesuai ukuran bejana

yang akan digunakan. Kertas yang dipakai adalah kertas whatman yang secara

komersial tersedia dalam berbagai macam ukuran dan lembaran. Biasanya dipakai

kertas whatman no. 1 dengan kecepatan sedang. Kertas yang akan digunakan

12
Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 152
13
Khopkar, op. cit., h. 161-162
8

harus disimpan dalam ruang tertutup atau ditempat yang kering jauh dari sumber

uap terutama yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap selulosa.14

Sejumlah cuplikan kurang lebih 1 l diteteskan menggunakan mikropipet

pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas yang sudah diberi garis horizontal

dengan pensil. Spot atau noda yang terbentuk dikeringkan, lalu kertas dimasukkan

dalam bejana tertutup yang sudah dijenuhkan dengan pelarut yang sesuai untuk

dikembangkan. Penjenuhan dapat dilakukan 24 jam sebelum analisis.15

Ditinjau dari system pelarut yang dipergunakan dalam kromatografi

partisi, dikenal tiga kategori sebagai berikut, (a) fase dan berair (aqueous), (b) fase

diam pelarut organic hidrofolik, dan (c) fase diam pelarut organic hidrofobik

seperti digunakan dalam RPPC. Fase diam berair bersifat polar ataupun ionic.

Fase diam tersebut diperoleh dengan cara mengekspos kertas pada atmosfer air

(H2O) dalam ruang tertutup. Kertas tersebut dapat direndam dalam larutan dan

dapat dikeringkan sebelum digunakan. Dua metode dapat digunakan untuk

memperoleh fase diam pelarut organik hidrofolik, tergantung pada volalitas

pelarutnya, jika pelarutnya mudah menguap digunakan teknik eksposur,

sedangkan bila pelarutnya tidak mudah menguap digunakan teknik perendaman

untuk conditioningnya. Fase bergerak dengan pelarut hidrofolik yang tepat adalah

formida, yang terdiri atas selulosa, karbitol, gliserol, dan benzoil alcohol.16

14
Estien Yazid, op. cit., h. 205
15
Ibid.
16
Khopkar, loc. cit., h. 162
9

Terdapat tiga metode pengembangan pada kromatografi kertas,17 yaitu:

a. Metode penaikang (Ascending)

Kertas digantungkan sedemikian rupa sehingga bagian bawah kertas

tercelup pada pelarut yang terletak di dasar bejana. Noda harus diusahakan

tidak sampai tercelup karena dapat larut dalam pelarut. Pelarut akan naik

melalui serat-serat kertas oleh gaya kapiler menggerakkan komponen dengan

jarak yang berbeda-beda.

b. Metode Penurunan (Descending)

Kertas digantung dalam bejana dengan ujung dimana aliran mulai

bergerak dicelupkan dalam palung kaca yang berisi pelarut. Pelarut bergerak

turun membawa komponen melalui gaya kapiler dan gaya gravitasi.

c. Metode Mendatar (Radial)

Metode ini sangat berbeda dari sebelumnya. Biasanya kertas dibentuk

bulat yang tengahnya diberi sumbu dari benang atau gulungan kertas. Noda

ditempatkan pada pusat kertas kemudian pelarut akan naik melalui sumbu

sehingga membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar

membawa komponen yang dipisahkan.

Pada teknik kromatografi kertas, volume larutan sampel yang kecil

diterapkan di dekat satu ujung pita kertas saring dan noda tersebut dibiarkan

kering (meniupnya dengan sebuah pengering rambut akan lebih memudahkan).

Ujung akhir dari pita kemudian dicelupkan ke dalam cawan yang mengandung

pelarut yang sesuai di dalam ruangan yang tertutup. Pada kromatografi kertas

17
Estien yazid, loc. cit., h. 206
10

yang menaik, kertas itu digantung dari atas ruangan agar kertas tersebut tercelup

ke dalam larutan yang ada di dasar ruangan, dan pelarut akan merangkak naik

diseluruh bagian kertas secara perlahan-lahan akibat kapilaritas. Pada bentuk yang

menurun, kertas dikaitkan pada sebuah cawan yang mengandung pelarut yang

terletak di atas ruangan, dan pelarut bergerak ke bawah karena adanya kapilaritas

yang dibantu oleh gravitasi. Setelah garis depan pelarut telah memindahkan

hamper sepanjang kertas, pita disisihkan, dikeringkan, dan diperiksa. Pada kasus

yang sukses, zat terlarut dari campuran yang asli akan bergerak disepanjang kertas

dengan kecepatan yang berbeda-beda, membentuk sederetan noda yang terpisah.

Jika senyawa tersebut berwarna, tentu saja noda tersebut dapat dilihat. Jika tidak,

noda-noda tersebut harus ditemukan dengan cara lain. Beberapa senyawa

berpendar, dalam kasus ini noda-noda bersinar dapat dilihat pada saat kertas

diletakkan di bawah lampu ultraviolet.18

Faktor reterdasi (Rf ), merupakan parameter kharakteristik kromatografi

kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi

suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran

kharakteristik dan reproduksibel. Rf didefenisiskan sebagai perbandingan jarak

yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak).

R jarak yang ditempuh komponen


f=
jarak yang ditempuh pelarut

18
Underwood dan Day, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta, Erlangga: 1999), h. 549
11

Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampang lintang tidak tetap sepanjang

lintasan zat terlarut.19

Untuk tujuan identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan

berdasarkan nilai Rfnya. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu

zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama

waktu yang sama. Nilai Rf yang identic untuk suatu senyawa yang diketahui dan

yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa system pelarut berbeda

memberikan bukti yang kuat bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah

identic, terutama jika senyawa tersebut dijalankan secara berdampingan di

sepanjang pita kertas yang sama.20

Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penvemprot bila

batas permukaan pelarut atau zat terlarut dalam kertas dapat dilihat. Atomiser

yang halus lebih disukai. Gas-gas juga dapat digunakan sebagai penanda bercak.

Untuk karbohidrat notasi RG digunakan untuk menggantikan Rf setelah penandaan

bercak atau permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis kalorimetri atau

spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam

kertas dapat ditentukan secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi kertas

selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk

identifikasi.21

19
Estien Yazid, op. cit., h. 196
20
Underwood dan Day, op. cit., h. 550
21
Khopkar, op. cit., h. 163
12

Kromatogram merupakan grafik berupa kerucut-kerucut atau dalam istilah

kromatografi modern disebut peak, hasil rekaman yang menggambarkan urutan

keluarnya komponen campuran kolom. Dari kiri ke kanan dalam kromatogram

menyatakan waktu, biasanya dalam menit. Sementara sumbu vertikalnya

menyatakan intensitas komponen. Jumlah peak yang muncul menyatakan jumlah

komponen yang terdapat dalam campuran. Kemudian kuantitas tiap komponen

dapat dihitung melalui luas peak. Semakin besar luas peak semakin besar pula

kuantitas komponen tersebut. Bentuk kromatogram yang dihasilkan berkorelasi

dengan proses pemisahan yang terjadi di dalam kolom.22

Pemilihan pelarut tergantung dari campuran sampel yang diteliti. Pelarut

yang cocok untuk pemisahan merupakan campuran dua pelarut, sehingga nilai Rf

senyawa-senyawa dalam campuran sampel tersebar di sepanjang kertas. Nilai pH

pelarut juga harus diperhatikan, karena banyak pelarut yang mengandung asam

asetat atau ammonia yang menghasilkan lingkungan yang sangat asam atau sangat

basa.23

22
Sumar Hendayana, op. cit., h. 10
23
Maria Bintang, loc. cit., h. 152
13

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Rabu, 22 Mei 2013

Pukul : 13.30 17.00 WITA

Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu chamber 2 buah, gelas

kimia 250 mL 1 buah, cawan petri 2 buah, pipet skala 5 mL 1 buah, penotol

sampel 1 buah, botol semprot 1 buah, pinset 1 buah, pensil 1 buah, penggaris 1

buah.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest (H2O), etanol

(C2H5OH) 96%, kertas saring biasa, n-heksane (n-C6H14), tinta merah, tinta

biru dan tinta kuning.

13
14

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan 2 buah chamber (bejana/wadah) kromatografi kemudian

mengisi cambher I dengan larutan fase gerak (eluen) yaitu campuran

etanol (C2H5OH) 96% dengan aquadest (H2O) perbandingan 1:1 sebanyak

2 mL dan mengisi chamber II dengan larutan fase gerak (eluen) yaitu

campuran etanol (C2H5OH) 96% dengan n-heksana (n-C6H14)

perbandingan 3:5 sebanyak 2 mL.

2. Menggunting kertas saring biasa (berukuran 3 x 7 cm) sebagai kertas

kromatogram kemudian membuat noda tetesan (spot) dari sampel tinta

(merah, biru, kuning) dengan jarak yang sama sekitar 1 cm dari batas

kertas.

3. Memasukkan kertas kromatogram yang telah ditetesi dengan sampel tinta

(merah, biru, kuning) ke dalam chamber I dan chamber II.

4. Mengamati proses pemisahan komponen pigmen warna dalam sampel

hingga eluen sampai kepada garis batas.

5. Menghitung besarnya nilai Rf dari masing-masing sampel hasil pemisahan

kemudian mencatat juga warna noda pada masing-masing sampel.


15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

a. Etanol (C2H5OH) + H2O (1:1)

Warna Jarak Hasil Jarak Rf Gambar

spot eluen

Merah 5 cm Merah 1,15 cm 0,23 cm

Biru 5 cm Biru 2,1 cm 0,42 cm

15
16

Kuning 5 cm Kuning 0,5 cm 1 cm

b. Etanol (C2H5OH) + n-heksana (n-C6H14) (3:2)

Warna Jarak Hasil Jarak Rf Gambar

spot eluen

Merah 5 cm Merah 1,05 cm 0,21 cm


17

Biru 5 cm Biru 2 cm 0,4 cm

Kuning 5 cm Kuning 1 cm 0,2 cm


18

2. Analisa Data

a. Etanol (C2H5OH) + Air (H2O)

1) Tinta merah

jarak yang ditempuh zat terlarut


=
Jarak yang ditempuh pelarut

1,15 cm
= 5 cm
= 0,23 cm

2) Tinta biru

jarak yang ditempuh zat terlarut


=
jarak yang ditempuh pelarut

2,1 cm
= 5 cm
= 0,42 cm

3) Tinta kuning

Jarak yang ditempuh zat terlarut


=
Jarak yang ditempuh pelarut

0,5 cm
= 5 cm
= 1 cm

b. Etanol (C2H5OH) + n-heksana (n-C6H14)

1) Tinta merah

Jarak yang ditempuh zat terlarut


=
Jarak yang ditempuh pelarut

1,05 cm
= = 0,21 cm
5 cm

2) Tinta biru

Jarak yang ditempuh zat terlarut


=
Jarak yang ditempuh pelarut

2 cm
= = 0,4 cm
5 cm
19

3) Tinta kuning

Jarak yang ditempuh zat terlarut


=
Jarak yang ditempuh pelarut

1 cm
= = 0,2 cm
5 cm

B. Pembahasan

Kromatografi kertas adalah metode pemisahan dengan kerja dua fase

yaitu fase diam dan fase gerak yang hasil kerja kedua fase ini berupa rambatan

warna yang dapat terlihat pada kertas kromatografi dan bercak yang ada untuk

membandingkan antara totolan sampel dan totolan dari baku.

Pada percobaan ini perlakuan pertama yang dilakukan yaitu mengukur

kertas saring biasa yang akan digunakan sebagai kertas kromatogram dengan

ukuran 3 x 7 cm dengan baris batas bawah dan atas masing-masing 1 cm dari

batas bawah dan atas kertas. Setelah itu, menyiapkan dua buah chamber sebagai

tempat eluen dimana dalam percobaan ini eluen yang digunakan ada dua jenis

yaitu pada chamber I eluennya berupa campuran etanol (C2H5OH) dengan

aquadest (H2O) perbandingan 1:1 sedangkan untuk chamber II eluennya berupa

campuran etanol (C2H5OH) dengan n-heksane (C6H14) perbandingan 3:2. Setelah

eluen telah siap dalam kedua chamber tersebut maka pada kertas kromatogram

kemudian dibuat noda tetesan (spot) dari sampel tinta (merah, biru dan kuning)

masing- masing pada kertas kromatogram yang berbeda, kemudian kertas

kromatogram tersebut dimasukkan ke dalam chamber yang telah disiapkan secara


20

bersamaan lalu mengamati pergerakan warna spot dari tinta hingga eluen

mencapai garis batas pada kertas yang sudah diberi tanda.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan dua jenis eluen yang

berbeda, spot dari sampel tinta (merah, biru dan kuning) ternyata tidak

menghasilakan pigmen warna yang berbeda dari warna aslinya yaitu hanya berupa

warna merah, kuning dan biru. Akan tetapi, nilai Rf yang diperoleh dari sampel

tinta tersebut berbeda-beda setiap warna. Untuk sampel tinta merah, kuning, dan

biru pada chamber I diperoleh nilai Rf secara berurutan yaitu 0,23 cm, 0,42 cm

dan 1 cm sedangkan pada chamber II diperoleh nilai Rf secara berurutan yaitu

0,21 cm, 0,4 cm dan 0,2 cm.


21

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Cara pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kertas yaitu

dengan cara menotolkan noda sampel pada kertas kromatogram dengan

batas migrasi pelarut ditandai kemudian menurunkan fase diam ke dalam

fase gerak (eluen).

2. Pigmen warna yang terdapat dalam sampel tinta merah, biru dan kuning

tidak beragam melainkan hanya satu warna saja yaitu warna dasar dari

tinta merah, biru, dan kuning.

B. Saran

Saran untuk percobaan kromatografi kertas yang selanjutnya yaitu

sebaiknya sampel tinta yang digunakan dipadukan satu atau dua warna sebelum

membuat spot pada kertas kromatogram agar praktikan dapat melihat pigmen

warna yang terdapat dalam sampel tinta tersebut.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press. 2007

Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. 2010

Hendayana, sumar. Kimia Pemisahan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010

Khopkar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS. 2010

Triwahyuni dan Susilowati. Identifikasi Zat Warna Sintesis pada Agar-Agar Tidak
Bermerk yang Dijual di Pasar Doro Pekalongan dengan Metode
Kromatografi Kertas. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah
Semarang. 2010

Underwood dan Day. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 1999

Yazid, Estien. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI. 2005

22

Anda mungkin juga menyukai