BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
teknik pemisahan, seperti yang ditunjukkan oleh kemajuan dalam bidang kimia,
materi murni dari suatu campuran, harus dilakukan dengan pemisahan. Berbagai
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu
fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat
padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.3
1
Khopkar, Konsep Dasar kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 2010), h. 135
2
Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 1
3
Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis (Yogyakarta: ANDI, 2005), h. 194
1
2
kerja kromatografi cair-cair adalah kromatografi kertas.4 Fase diam berupa kertas
whatman dan fase gerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan
air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan
B. Tujuan Percobaan
4
Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik (Makassar: Alauddin Press, 2007),
h. 75
5
Estien Yazid, op. cit., h. 205
3
C. Prinsip percobaan
Kromatografi Kertas dimana fase diamnya berupa kertas saring/kertas biasa dan
fase geraknya (eluen) berupa campuran etanol (C2H5OH) 96% dan air suling
(H2O).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna dan
Tswest (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam
yang diisikan ke dalam kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan
itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium
atas distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa, yaitu fasa diam
(stationary phase) dan fasa gerak (mobil phase). Fasa diam dapat berupa padatan
atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben),
sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut, atau gas
A4
5
pembawa yang inert. Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi
Selain cara klasifikasi di atas ada juga yang digabung, misalnya kromatografi
Selain itu juga dikenal kromatografi penukar ion dan kromatografi filtrasi gel
sebelumnya.8
7
Ibid., h. 74
8
Estien Yazid, op. cit., h. 194-195
6
Kromatografi kertas adalah Metode pemisahan dengan kerja dua fase yaitu
fase diam dan fase gerak yang hasil kerja kedua fase ini berupa rambatan warna
yang dapat terlihat pada kertas kromatografi dan bercak yang ada untuk
Fasa diam berupa lapis tipis air yang terserap oleh kertas. Selain air dapat juga
menotolkan satu tetes larutan cuplikan pada ujung kertas yang telah diberikan
garis pensil sebagai tempat start awal cuplikan tersebut. Selanjutnya kertas
komponen cuplikan.10
penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang yang mempunyai
afinitas besar terhadap air (H2O) atau pelarut polar lainnya. Bila air (H2O)
diadsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat
dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan
air (H2O) bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori kertas.
9
Endang Triwahyuni M, Erna Susilowati, Identifikasi Zat Warna Sintetis Pada Agar-
Agar Tidak Bermerk Yang Dijual Di Pasar Doro Pekalongan Dengan Metode Kromatografi
Kertas., (Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang, 2010)., h. 4.
10
Alimin, Muh. Yunus dan Irfan Idris., op. cit., h. 78
11
Estien Yazid, loc. cit., h. 205
7
Kertas Whatman No. 1 adalah kertas yang paling sering digunakan untuk
No. 4 dan 5 cukup bagus, walaupun spot yang diasilkan kurang jelas. Kertas yang
digunakan harus dibasahi dulu dengan larutan buffer atau modifikasi kimia secara
tempat untuk mengalirnya fase bergerak. Kertas selulosa murni yang dimodifikasi
dari kertas serat kaca. Zat-zat hidrofobik dapat dipisakan pada kedua jenis kertas
terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silicon dapat digunakan untuk zat-zat
hidrofobik, sedangkan untuk reagen yang korosif, kertas serat kaca dapat
digunakan. Untuk memili kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan
descending.13
yang akan digunakan. Kertas yang dipakai adalah kertas whatman yang secara
komersial tersedia dalam berbagai macam ukuran dan lembaran. Biasanya dipakai
kertas whatman no. 1 dengan kecepatan sedang. Kertas yang akan digunakan
12
Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 152
13
Khopkar, op. cit., h. 161-162
8
harus disimpan dalam ruang tertutup atau ditempat yang kering jauh dari sumber
pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas yang sudah diberi garis horizontal
dengan pensil. Spot atau noda yang terbentuk dikeringkan, lalu kertas dimasukkan
dalam bejana tertutup yang sudah dijenuhkan dengan pelarut yang sesuai untuk
partisi, dikenal tiga kategori sebagai berikut, (a) fase dan berair (aqueous), (b) fase
diam pelarut organic hidrofolik, dan (c) fase diam pelarut organic hidrofobik
seperti digunakan dalam RPPC. Fase diam berair bersifat polar ataupun ionic.
Fase diam tersebut diperoleh dengan cara mengekspos kertas pada atmosfer air
(H2O) dalam ruang tertutup. Kertas tersebut dapat direndam dalam larutan dan
untuk conditioningnya. Fase bergerak dengan pelarut hidrofolik yang tepat adalah
formida, yang terdiri atas selulosa, karbitol, gliserol, dan benzoil alcohol.16
14
Estien Yazid, op. cit., h. 205
15
Ibid.
16
Khopkar, loc. cit., h. 162
9
tercelup pada pelarut yang terletak di dasar bejana. Noda harus diusahakan
tidak sampai tercelup karena dapat larut dalam pelarut. Pelarut akan naik
bergerak dicelupkan dalam palung kaca yang berisi pelarut. Pelarut bergerak
bulat yang tengahnya diberi sumbu dari benang atau gulungan kertas. Noda
ditempatkan pada pusat kertas kemudian pelarut akan naik melalui sumbu
diterapkan di dekat satu ujung pita kertas saring dan noda tersebut dibiarkan
Ujung akhir dari pita kemudian dicelupkan ke dalam cawan yang mengandung
pelarut yang sesuai di dalam ruangan yang tertutup. Pada kromatografi kertas
17
Estien yazid, loc. cit., h. 206
10
yang menaik, kertas itu digantung dari atas ruangan agar kertas tersebut tercelup
ke dalam larutan yang ada di dasar ruangan, dan pelarut akan merangkak naik
diseluruh bagian kertas secara perlahan-lahan akibat kapilaritas. Pada bentuk yang
menurun, kertas dikaitkan pada sebuah cawan yang mengandung pelarut yang
terletak di atas ruangan, dan pelarut bergerak ke bawah karena adanya kapilaritas
yang dibantu oleh gravitasi. Setelah garis depan pelarut telah memindahkan
hamper sepanjang kertas, pita disisihkan, dikeringkan, dan diperiksa. Pada kasus
yang sukses, zat terlarut dari campuran yang asli akan bergerak disepanjang kertas
Jika senyawa tersebut berwarna, tentu saja noda tersebut dapat dilihat. Jika tidak,
berpendar, dalam kasus ini noda-noda bersinar dapat dilihat pada saat kertas
kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi
suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran
yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak).
18
Underwood dan Day, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta, Erlangga: 1999), h. 549
11
Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampang lintang tidak tetap sepanjang
berdasarkan nilai Rfnya. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu
zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama
waktu yang sama. Nilai Rf yang identic untuk suatu senyawa yang diketahui dan
memberikan bukti yang kuat bahwa nilai untuk kedua senyawa tersebut adalah
batas permukaan pelarut atau zat terlarut dalam kertas dapat dilihat. Atomiser
yang halus lebih disukai. Gas-gas juga dapat digunakan sebagai penanda bercak.
spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam
selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk
identifikasi.21
19
Estien Yazid, op. cit., h. 196
20
Underwood dan Day, op. cit., h. 550
21
Khopkar, op. cit., h. 163
12
dapat dihitung melalui luas peak. Semakin besar luas peak semakin besar pula
yang cocok untuk pemisahan merupakan campuran dua pelarut, sehingga nilai Rf
pelarut juga harus diperhatikan, karena banyak pelarut yang mengandung asam
asetat atau ammonia yang menghasilkan lingkungan yang sangat asam atau sangat
basa.23
22
Sumar Hendayana, op. cit., h. 10
23
Maria Bintang, loc. cit., h. 152
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu chamber 2 buah, gelas
kimia 250 mL 1 buah, cawan petri 2 buah, pipet skala 5 mL 1 buah, penotol
sampel 1 buah, botol semprot 1 buah, pinset 1 buah, pensil 1 buah, penggaris 1
buah.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest (H2O), etanol
(C2H5OH) 96%, kertas saring biasa, n-heksane (n-C6H14), tinta merah, tinta
13
14
C. Prosedur Kerja
(merah, biru, kuning) dengan jarak yang sama sekitar 1 cm dari batas
kertas.
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
spot eluen
15
16
spot eluen
2. Analisa Data
1) Tinta merah
1,15 cm
= 5 cm
= 0,23 cm
2) Tinta biru
2,1 cm
= 5 cm
= 0,42 cm
3) Tinta kuning
0,5 cm
= 5 cm
= 1 cm
1) Tinta merah
1,05 cm
= = 0,21 cm
5 cm
2) Tinta biru
2 cm
= = 0,4 cm
5 cm
19
3) Tinta kuning
1 cm
= = 0,2 cm
5 cm
B. Pembahasan
yaitu fase diam dan fase gerak yang hasil kerja kedua fase ini berupa rambatan
warna yang dapat terlihat pada kertas kromatografi dan bercak yang ada untuk
kertas saring biasa yang akan digunakan sebagai kertas kromatogram dengan
batas bawah dan atas kertas. Setelah itu, menyiapkan dua buah chamber sebagai
tempat eluen dimana dalam percobaan ini eluen yang digunakan ada dua jenis
eluen telah siap dalam kedua chamber tersebut maka pada kertas kromatogram
kemudian dibuat noda tetesan (spot) dari sampel tinta (merah, biru dan kuning)
bersamaan lalu mengamati pergerakan warna spot dari tinta hingga eluen
berbeda, spot dari sampel tinta (merah, biru dan kuning) ternyata tidak
menghasilakan pigmen warna yang berbeda dari warna aslinya yaitu hanya berupa
warna merah, kuning dan biru. Akan tetapi, nilai Rf yang diperoleh dari sampel
tinta tersebut berbeda-beda setiap warna. Untuk sampel tinta merah, kuning, dan
biru pada chamber I diperoleh nilai Rf secara berurutan yaitu 0,23 cm, 0,42 cm
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Pigmen warna yang terdapat dalam sampel tinta merah, biru dan kuning
tidak beragam melainkan hanya satu warna saja yaitu warna dasar dari
B. Saran
sebaiknya sampel tinta yang digunakan dipadukan satu atau dua warna sebelum
membuat spot pada kertas kromatogram agar praktikan dapat melihat pigmen
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Triwahyuni dan Susilowati. Identifikasi Zat Warna Sintesis pada Agar-Agar Tidak
Bermerk yang Dijual di Pasar Doro Pekalongan dengan Metode
Kromatografi Kertas. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah
Semarang. 2010
22