Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEKNIK PEMISAHAN KROMATOGRAFI KOLOM

I. DAFTAR ISI
JUDUL ..............................................................................................1
DAFTAR ISI ..............................................................................................2
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................2
LATAR BELAKANG ......................................................................3
RUMUSAN MASALAH ......................................................................
TUJUAN ..............................................................................................
PEMBAHASAN .................................................................................
A. Pengertian Kromatografi .........................................................
B. Pengertian Kromatografi Kolom .............................................
C. Metode dan Instrumen Kromatografi Kolom .................................
D. Jenis-jenis Kromatografi Kolom .............................................
E. Komponen Dalam Kromatografi Kolom .................................
F. Manfaat Dari Kromatografi Kolom .............................................
G. Kelebihan Dan Kelebihan Dari Kromatografi Kolom .....................

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

II. DAFTAR GAMBAR


Gambar 1. Kromatografi Kolom ..........................................................
Gambar 2. Struktur Silica ......................................................................
III. LATAR BELAKANG

Saat ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat penting,

terutama dalam bidang kimia, farmasi, industri, dan bidang-bidang lainnya. Suatu

analisis kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu,

isolasi senyawa, pemekatan, dan pengukuran banyak dilakukan dengan

menggunakan metode analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau

metode analisis lainnya, akan tetapi membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang

cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis.

Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis serta

produk pangan lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang

unsur / zat yang terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi

dibidang elektrokimia saat ini telah memiliki peranan penting dalam menentukan

berbagai kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun teknologi yang masih

digunakan saat ini yaitu metode kromatografi. Kromatografi ( Chromatography )

sebenarnya secara harfiah berasal dari nama "warna menulis", namun tak ada

hubungan secara langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan

dengan cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil (Ibrahim dan

Sitorus, 2013).

Dalam banyak kasus, tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni

(atau hampir murni) akan sangat sukar diteliti. Pada umumnya sebelum suatu
senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya, perlu dipisahkan dari

matriknya. Oleh karna itu, pemisahan merupakan langkah penting dalam analisi

kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak

berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi

pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa,

pemekatan dan pengukuran. Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi

kromatografi merupakan teknik yang paling banyak di gunakan. Salah satunya

yaitu kromatografi kolom (Syukri,2002).

Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat.

Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk

pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik

dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi

preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran.

Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara menganalisis

langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan senyawa

biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik

kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa

yang akan dipisahkan (Aswad, 2001).

Oleh karena itu, penulis menyusun makalah yang berjudul Teknik

Pemisahan Kromatografi Kolom untuk memahami dan mempelajari lebih

mendalam mengenai metode pemisahan suatu senyawa dalam suatu analisis kimia

agar dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.


IV. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dibawah ini

dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah, antara lain :

A. Apa pengertian dari kromatografi?

B. Apa pengertian dari kromatografi kolom?

C. Bagaimana metode serta instrumen dari kromatografi kolom?

D. Apa saja jenis-jenis kromatografi kolom?

E. Apa komponen dalam kromatografi kolom?

F. Bagaimana manfaat dari kromatografi kolom?

G. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari kromatografi kolom?

V. TUJUAN

Adapun tujuannya yaitu sebagai berikut :

A. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi.

B. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom.

C. Untuk mengetahui metode serta instrumen dari kromatografi kolom.

D. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi kolom.

E. Untuk mengetahui komponen dalam kromatografi kolom.

F. Untuk mengetahui manfaat dari kromatografi kolom.


G. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kromatografi kolom.

VI. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu nama yang diberikan untuk teknik

pemisahan tertentu. Kromatografi pertama kali di perkenalkan oleh Michael

Tsweet pada tahun 1903 yang merupakan seorang di ahli botani dari rusia. Dalam

percobaannya Michael Tsweet berhasil memisahkan klorofil dan pigmen pigmen

warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium

karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut

(Mulyadi, 2006).

Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan

dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat,

kemudian dialirkan pelarut petroleum eter, dan hasilnya berupa pita pita warna

yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen

dalam ekstrak tumbuhan. Cara asli telah dilakukan pada tahun 1903 oleh Tsweet,

ia telah menggunakannya untuk memisahkan senyawa-senyawa yang berwarna,

dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian

pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir

kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan

pada senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas (Himawan, 2009).


Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan

perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan

komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Definisi lain dari

kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan

kemampuan absorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi

zat terlarut dan menghasilkan apa yang di sebut kromatogram. Pada dasarnya,

semua kromatografi menggunakan dua fase yaitu satu fase tetap (stationary) dan

yang lain fase bergerak (mobile). Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan

relative dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan

sifat-sifat fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair (Puspita, 2007).

Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai

kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena

fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system

kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-

komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik

komponen yang akan dipisahkan (Himawan, 2009).

B. Pengertian Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom

sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat

tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian bawah kolom

untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat

yang akan dipindahkan. Secara umum perbandingan panjang dan diameter kolom
sekitar 8:1 sedangkan daya penyerapnya adalah 25-30 kali berat bahan yang akan

dipisahkan. Teknik banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa

organik dan konstituen-konstituen yang sukar menguap sedangkan untuk

pemisahan jenis logan-logam atau senyawa anorganik jarang dipakai (Yazid,

2005, hal: 98).

C. Metode dan Instrumen Kromatografi Kolom

1. Metode Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal

yang pertama kali dilakukan oleh D.T. Davy untuk membedakan komposisi

minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya, kromatografi kolom merupakan

kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam

kromatografi cair padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi kolom

adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan

afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom

adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben)

bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase

bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen

campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi

ialah bahwa komponen komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa

mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila

cairan ( elutor ) dialirkan secara kontinue melalui kolom yang berisi zat contoh

yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama tama

dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben.
Komponen komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya

terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada komponen komponen

tersebut (Alimin, 2007 : 74-75).

Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang

antarmuka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan

relatif komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan

pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga

menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat

dipermukaan adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat

teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang

ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai

afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen

dengan afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut

(Yazid, 2005 : 100).

Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan

kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari

penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa

materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel yang

permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya

berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya. Fase

diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh

mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang

penyokong harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat
permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada

umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam

kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir

membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase

bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini

banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik

(Arsyad, 2001).

Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion

positif atau negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia

lain dari luar. Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat

dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar kation adalah ion positif yang dipertukarkan

dan resin penukar anion adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange

adalah proses penyerapan ion ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair

(biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi

dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti

ion yang diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion

akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin jenuh deng

an ion yang diserap (Keenan, 2002).

Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada

jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram

bahan resin tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin

besar pula nilai kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar

dapat memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa


kimia dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Apabila resin telah

mengikat jumlah ion yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka resin

tersebut dikatakan telah exchausted. Dalam keadaan demikian resin dapat

dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan asam yang

agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi reaksi kebalikan dari reaksi penukaran

ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi

tidak mengandung gugusan-gugusan amin yang bersifat basa dengan resin

penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya ekuivalen (Aswad,2001).

Parameter yang di gunakan dalam mengevaluasi kinerja kolom, setelah

mengoptimumkan efesiensi pemisahan secara kromatografi, mutu kromatografi

dapat di kendalikan dengan menerapkan uji kesesuian sistem tertentu. Salah satu

diantaranya adalah perhitungan pelat pelat teoritis untuk suatu kolom dan terdapat

dua parameter utama lainnya untuk menilai kinerja (Keenan, 2002).

2. Instrumen Kromatografi kolom

Ciri khas dari kromatografi kolom adalah penggunaan sebuah tabung kaca

kolom dengan diameter 5 hingga 50 mm dan tinggi 5 cm hingga 1 meter sebagai

wadah bahan fase stasioner (bagian yang diam). Bahan campuran (larutan) masuk

melalui sisi atas tabung dan mengalir perlahan melewati bahan stasioner. Zat-zat

penyusun campuran akan terpisah berdasarkan kecepatannya mengalir di dalam

bahan stasioner. Zat yang paling cepat mengalir akan mencapai bagian outlet

tabung terlebih dahulu, dan diikuti dengan zat-zat yang lainnya (Ibrahim dan

Sitorus, 2013).
Gambar 1. Kromatografi Kolom

Prinsip kerja kromatografi kolom terletak pada bahan stasioner yang

digunakan, yaitu berupa silica gel atau juga alumina. Serupa dengan alumina,

silica gel memiliki struktur kimia inti silikon dioksida, dimana atom silikon

berikatan dengan oksigen dan membentuk struktur kovalen besar. Selanjutnya

pada sisi permukaan struktur silica, setiap atom silikon terikat dengan molekul

OH- (Syaputri, 2012).


Gambar 2. Struktur silica

Misalnya sebuah campuran terdiri atas dua komponen zat yang memiliki

perbedaan sifat, yang pertama (A) bersifat mudah untuk membentuk ikatan

hidrogen, sedangkan yang kedua (B) tidak mudah untuk bereaksi dengan zat lain

(dalam kata lain memiliki gaya interaksi van der waals lemah). Jika campuran ini

dilewatkan ke dalam kolom kromatografi berisi silica gel, maka zat A akan lebih

lambat sampai ke bawah sisi kolom karena zat ini akan bereaksi dengan silica gel

membentuk ikatan hidrogen. Sedangkan zat B akan lebih cepat menuju ke sisi

bawah kolom karena ia tidak mudah bereaksi dengan silica gel. Perbedaan

kecepatan melewati silica gel inilah yang menyebabkan kedua komponen zat

tersebut terkromatografi (Khopkar, 2010).

D. Jenis Jenis Kromatogafi Kolom

1. Berdasarkan interaksi komponen dengan adsorben, kromatografi dapat

dibedakan menjadi menurut Alimin (2007) yaitu :

a. Kromatografi adsorbsi

Dalam kromatografi adsorbsi, komponen yang dipisahkan secara

selektif teradsorbsi pada permukaan adsorben yang dipakai untuk

bahan isian kolom.

b. Kromatografi partisi

Dalam kromatografi partisi, komponen yang dipisahkan secara selektif

mengalami partisi antara lapisan cairan tipis pada penyangga padat


yang bertindak sebagai fase diam dan eluen yang bertindak sebagai

fase gerak.

c. Kromatografi petukaran ion

Kromatografi petukaran ion memishkan komponen yang berbentuk

ion. Komponen-komponen tersebut yang terikat pda penukar ion

sebagai fase diam secara selektif akan terlepas/terelusi oleh fase gerak.

d. Kromatografi filtrasi gel

Dalam kromatografi filtrasi gel, kolom diisi dengan gel yang

permeabel sebagai fase diam. Pemisahan berlangsung seperti proses

pengayakan yang didasarkan atas ukuran molekul dari komponen yang

dipisahkan.

2. Berdasarkan gaya yang bekerja pada kolom, kromatografi dapat

dibedakan menjadi menurut Marston (1995) yaitu :

a. Kromatografi kolom gravitasi

Dalam kromatografi kolom gravitasi, eluen bergerak berdasarkan

gaya gravitasi atau perkolasi.

b. Kromatografi kolom tekanan

Dalam kromatografi kolom tekanan, eluen bergerak karena adanya

pemberian tekanan pada kolom. Tekanan yang diberikan tidak

terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.

3. Berdasarkan jenis fasa diam dan fasa gerak, kromatografi dapat

dibedakan menjadi menurut Bernaseoni (2005) yaitu :


a. Kromatografi Fase Normal

Kromatografi dengan kolom konvensional dimana fase diamnya

normal bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan fase

geraknya bersifat non polar.

b. Kromatografi Fase Terbalik

Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar,

sedangkan fase geraknya bersifat polar; kebalikan dari fase normal.

E. KOMPONEN KROMATOGRAFI KOLOM

1. Adsorben

Silika gel (SiO2) dan alumina (Al2O3) adalah 2 adsorben yang

paling umum digunakan untuk kromatografi kolom. Ukuran partikel dari

adsorben sangat berpengaruh pada bagaiman eluen bergerak melewati

kolom. Partikel yang lebih kecil (mesh lebih besar) digunakan untuk

kromatografi kolom tekanan sedangkan adsorben dengan ukuran partikel

yang lebih besar digunakan untuk komatografi kolom gravitasi. Alumina

lebih sering digunakan dalam kromtografi kolom dibanding kromtografi

lapis tipis. Daya adsorbsi alumina dapat diatur dengan mengatur jumlah air

yang dikandung. Caranya ialah dengan mengeringkan alumina pada suhu

360 0C selma 5 jam, kemudian membiarkan alumina kering tersebut


menyerap air sampai jumlah tertentu. Aktivitasnya tergantung dari kadar

airnya dan dinyatakan dalam skala Brockman (Watson, 2005).

2. Pelarut

Pelarut mempunyai peranan yang penting dalam mengelusi sampel

yang dapat menentukan keberhasilan pemisahan secaa kromatografi

kolom. Pelarut yang mampu menjalankan elusi terlalu cepat tidak akan

mampu mengadakan pemisahan yang sempurna. Sebaliknya elusi yang

terlalu lambat akan menyebabkan waktu retensi yang terlalu lama.

Sistem pelarut dengan kepolaran yang bertingkat sering juga

digunakan adalah pelarut mengelusi kolom. Dalam hal ini pelarut yang

pertama kali digunakan adalah pelarut non polar untuk mengelusi

komponen yang kurang polar. Pelarut yang lebih polar ditambahkan untuk

mengelusi komponen yang lebih polar juga (Aswad, 2001).

3. Syarat-syarat Adsorben dan Pelarut

Suatu adsorben dan pelarut dalam suatu kromatografi kolom, memiliki

suatu syarat-syarat menurut Sudjadi (1988) antara lain :

a. Harus memiliki luas permukaan besar internal. Kecepatan adsorbsi

akan semakin bertambah dengan semakin kecilnya ukuran diameter

adsorben.

b. Harus mudah diregenerasi

c. Tidak cepat kehilangan kapasitas serap


d. Pemilihan pelarut tergantung dari sifat kelarutannya, akan tetapi lebih

baik untuk memilih suatu pelarut yang tidak tergantung pada kekuatan

elusi sehingga zat-zat elusi yang lebih kuat dapat dicoba. kekuatan

dari zat elusi adalah daya penyerapan pada penyerap dalam kolom.
F. Manfaat dari Kromatografi Kolom

Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat

besar.

Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif,

senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi

obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk

keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan

dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat,

karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya. Dengan

data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini,

selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya,

dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru,

atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut

sehingga bisa bertahan lama (Arsyad, 2001).

Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama

dalam menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien,

dokter dapat mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut.

Seorang perokok dapat diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan

hanya dengan mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya.

Demikian halnya air kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan

data yang akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh

manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat. Sekarang ini, deteksi senyawa

oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting terutama bagi pasien kidney
stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti spektrofotometri,

manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan

waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan

teknik kromatografi (Mulyadi, 2006).

G. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Kolom

Menurut Keenan (2002) penggunaan kromatografi kolom mempunyai

kelebihan dan kelemahan, yaitu :

1. Kelebihan kromatografi kolom

Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative.

Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran.

Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi.

2. Kekurangan kromatografi kolom :

Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan

manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time

consuming).
VII. KESIMPULAN

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih

banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-

senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan

partisi. Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan kimia berdasarkan

pertukaran ion anion dan ion kation.

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom

sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.

Alat tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian

bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom

tergantung dari banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum

perbandingan panjang dan diameter kolom sekitar 8:1 sedangkan daya

penyerapnya adalah 25-30 kali berat bahan yang akan dipisahkan.

Teknik banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa organic

dan konstituen-konstituen yang sukar menguap sedangkan untuk

pemisahan jenis logan-logam atau senyawa anorganik jarang dipakai

(Yazid, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

F:/faiQ%20eLmuHamMad%20%20kromatografi%20HPLC%20dan%20GAS.htm

http://ismailsabihialhulondhaly.blogspot.co.id/2013/05/kromatografi-kolom.html

F:/Desty%27s%20Pharmacys%20%20KROMATOGRAFI%20KOLOM.htm

F:/Kumpulan%20Laporan%20%20Makalah%20Kimia%20Analitik%20Kromatog

rafi%20Lapis%20Tipis.htm

F:/Dunia%20Abstrak%20%20Makalah%20Kimia%20Dasar%20%20%20Kromat

ografi%20Kolom.htm

F:/%29%20Nhunhu%20Zone%20%20MAKALAH%20TENTANG%20GC%20

%20%29.htm

Alimin. 2007. Kimia Analitik. Makassar : Alauddin Press.

Arsyad, Natsir. 2001. Kimia. Jakarta : Gramedia.

Aswad. 2001. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Bernaseoni, G. 2005. Teknologi Kimia. Jakarta : PT Padya Pranita.

Himawan, Joseph. 2009. Kromatografi Kolom. Jakarta : Erlangga.

Ibrahim, Sanusi dan Sitorus, Marham. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Keenan, Charles. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.


Khopkar, SM. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas

Indonesia Press.

Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung : Penerbit ITB.

Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia. Jakarta : Bumi Aksara.

Puspita,Dewi. 2007. Kromatografi Kolom. Jakarta : Bumi Aksara.

Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Konsius.

Syaputri, Yolani. 2012. Kromatografi Kolom. Jakarta : Erlangga.

Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Paramedis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai