KIMIA ANALITIK
KROMATOGRAFI
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
kromatografi tepat pada waktunya.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu yaitu Diky
Pranata Kusuma, MH dan kepada rekan-rekan sekalian.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman
dalam proses belajar.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan karena
pengetahuan yang kami miliki masih terbatas. Oleh karna itu, kami berharap kritik
dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
kami ini.
Akhir kata wabillahitaufik walhidayah.
wassalamualaikum wr.wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PAENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemisahan Dengan Metode Ekstraksi.............................................................3
2.2 Pemisahan Dengan Metode Ekstraksi Padat-cair ...........................................4
2.3 Kelebihan Pemisahan Metode Ektraksi Padat-Cair ........................................6
2.4 Kelemahan Pemisahan Metode Ekstraksi Padat-Cair....................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................13
3.2 Saran ..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
senyawa yang akan dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan
membahas tentang metode kromatografi kolom.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari kromatografi
2. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi
4. Untuk mengetahui sifat-sifat adsorben dan pelarut dalam kromatografi kolom
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai
kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena
fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat system
kromatografi. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-
komponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan.
4
2.2.4 Kromatografi Gas-Cair (KGC)
Pada kaimia organik kadang-kadang menyebutnya sebagai kromatografi fasa uap.
2.2.5 Kromatografi Penukar Ion
Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik
di dalam larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada
interaksi muatan positif dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang
barada di dalam kolom kromatografi. Secara umum, teradapat dua jenis
kromatografi pertukaran ion, yaitu Kromatografi pertukaran
kation dan kromatografi pertukaran anion.
2.2.6 Kromatografi Kertas (KT)
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan
distribusi suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan
sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas,
prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi
sebagai pengganti kolom.
2.2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography)
Kromatografi jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas
digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben
seperti alumina, silika gel. selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis
lebih bersifat reprodusibel (bersifat boleh ulang) daripada kromatografi kertas.
2.2.8 Kromatografi Filtrasi Gel
Pada kromatografi jenis ini fasa diam berupa gel yang terbuat dari dekstran, suatu
bahan hasil ikatan silang molekul-molekul polisakarida.
2.2.9 Kromatografi Elektroforesis Kontinyu
Kromatografi jenis ini merupakan bagian dari kromatografi kertas dimana selama
pengerjaannya diterapkan medan listrik tegak lurus pada aliran pelarut. Arah
aliran spesies ionik akan menyimpang dari arah aliran semula tergantung atas
muatan molekul dan gerakitasnya.
5
2.3. Kromatografi Kolom
2.3.1. Pengertian Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal
yang pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi
minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan
kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam
kromatografi cair padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi
kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan
afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom
adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben)
bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase
bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen
campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi
ialah bahwa komponen komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa
mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila
kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat
contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama tama
dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben.
Komponen komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya
terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada komponen komponen
tersebut.
Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang
antarmuka di antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan
relatif komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan
pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga
menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat
di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat
teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang
ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai
afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen
dengan afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut.
6
Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan
kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari
penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa
materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel yang
permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya
berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya. Fase
diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat yang sejauh
mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang
penyokong harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat
permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada
umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam
kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir
membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase
bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini
banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun
anorganik.
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion
positif atau negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia
lain dari luar. Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat
dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar kation adalah ion positif yang dipertukarkan
dan resin penukar anion adalah ion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange
adalah proses penyerapan ion ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair
(biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi
dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang
diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan ion
penggantinya hingga seluruh resin jenuh dengan ion yang diserap.
Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada
jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram
bahan resin tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin
besar pula nilai kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar
dapat memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa
kimia dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Apabila resin telah
7
mengikat jumlah ion yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka resin
tersebut dikatakan telah exchausted. Dalam keadaan demikian resin dapat
dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan asam yang
agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi reaksi kebalikan dari reaksi penukaran
ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi
tidak mengandung gugusan-gugusan amin yang bersifat basa dengan resin
penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya ekuivalen.
8
tabung yang umumnya terbuat dari gelas terdapat lempengan meduk yang terbuat
dari porselen atau dari serbuk gelas yang dipanaskan hingga melengket jadi satu.
Lempengan yang berbentuk cakram ini bergawai sebagai penahan fasa yang
stasioner. Di bagian tabung yang paling bawah terdapat kapiler penyulur
dilengkapi dengan pancur. Kapiler beserta pancur dirakitkan dengan kolom
memakai suku asah sehingga mudah dilepaskan guna membersihkan kolom dan
untuk meniup kolom sehingga menjadi bersih dari cairan. Ruang antara pancur
dan cakram penyaring harus sekecil mungkin supaya tidak terjadi pembauran
antara cairan cairan yang keluar dari kolom.
2.3.4 Kecepatan arus
Semakin rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi
tercapainya keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya.
Bentuk zona pun menjadi lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu rendah
dapat menimbulkan efek difusi axial dalam fasa mobil yang harus dihindarkan
sejauh mungkin. Jadi dapat dikatakan bahwa pemisahan yang terbaik dapat
dicapai dengan mempergunakan kolom yang panjang dan sempit, diisi dengan
adsorben yang berbutir halus, dan arus yang lambat. Elusi dapat dimulai apabila
campuran yang harus dipisahkan sudah dimasukan dalam kolom. Elusi ini
dilakukan dengan memasukan cairan elutor berenyai renyai melalui kolom dan
harus dijaga supaya arusnya tidak berhenti. Komponen komponen yang telah
diadsorpsikan oleh adsorben akan bergerak dalam bentuk gelang gelang atau
zona dengan kecepatan yang berbeda beda melalui kolom dan ditampung di
bawah kolom secara terpisah memakai beberapa tabung yang dibubuhi tanda
tanda. Tabung tabung ini ditempatkan dalam sebuah fraksikolektor. Setelah itu
fraksi fraksi yang diperoleh mulai dapat diselidiki.
2.3.5 Perolehan data
Suatu integrator, jika berdasarkan mikroprosesor atau perakat lunak pc,
hanya mengukur jumlah total arus yang mengalir melewati lebar puncak suatu
kromatografi. Untuk melakukan hal ini , integrator mengukur laju peningkatan
tegangan lebih kurang 30 kali melintasi lebar puncak tersebut. Parameter yang
menunjukan waktu pengukuran harus di mulai adalah ambang batas puncak
tersebut, yang menentukan tingkat ketika tegangan sinyal tersebut harus di
9
naikkan sebelum akumulasi sinyal terjadi. Untuk mencegah penyimpanan aliran
garis dasar, kemiringan kenaikan harus memiliki ketajaman tertentu sebelum di
anggap suatu puncak.
10
terlarut dan pelarut makin kuat sehingga adsorpsi akan semakin kecil karena
sebelum adsorpsi terjadi diperlukan energi yang besar untuk memecahkan ikatan
zat terlarut dengan pelarut.
b. Konsentrasi Adsorbat
Adsorpsi akan meningkat dengan kenaikan konsentrasi adsorbat. Adsorpsi
akan konstan jika terjadi kesetimbangan antara konsentarasi adsorbat yang
terserap dengan konsentrasi yang tersisa dalam larutan.
c. Sifat Adsorben
Adsorpsi secara umum terjadi pada semua permukaan, namun besarnya
ditentukan oleh luas permukaan adsorben yang kontak dengan adsorbat. Luas
permukaan adsorben sangat berpengaruh terhadap proses adsorpsi. Adsorpsi
merupakan suatu kejadian permukaan sehingga besarnya adsorpsi sebanding
dengan luas permukaan. Semakin banyak permukaan yang kontak dengan
adsorbat maka akan semakin besar pula adsorpsi yang terjadi.
d. Temperatur
Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu
adsorpsi akan besar jika temperatur rendah.
e. Waktu Kontak dan Pengocokan
Waktu kontak yang cukup diperlukan untuk mencapai kesetimbangan
adsorpsi. Jika fasa cair berisi adsorben diam, maka difusi adsorbat melalui
permukaan adsorben akan lambat. Oleh karena itu, diperlukan pengocokan untuk
mempercepat proses adsorpsi.
f. pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan
dengan penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena kemampuan
asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut, sebaliknya bila
pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan
berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik
dan kimia. Adsorpsi fisik adalah adsorpsi yang melibatkan gaya intermolekul
(gaya Van der Walls dan ikatan hidrogen) antar adsorbat dan substrat (adsorben).
Pada adsorpsi ini adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga
11
dapat bergerak dari satu bagian kebagian lain dalam adsorben. Sifat adsorpsinya
adalah reversible yaitu dapat dilepaskan kembali dengan adanya penurunan
konsentrasi larutan dan membentuk lapisan multilayer. Adsorpsi kimia adalah
adsorpsi yang melibatkan ikatan kovalen. Ikatan tersebut terjadi sebagai hasil dari
pemakaian bersama elektron oleh adsorben dan adsorbat. Dalam adsorpsi kimia
partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia yaitu ikatan
kovalen. Sifat adsorpsinya adalah irreversible dan membentuk lapisan monolayer.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau kromatografi
adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan
kemampuan absorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi
resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang di sebut kromatogram.
2. Jenis jenis kromatografi : Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi),
Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi), romatografi Gas-padat
(KGP) Kromatografi Gas-Cair (KGC), Kromatografi Penukar
Ion, Kromatografi Kertas (KT), Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC =
Thin Layer Chromatography), Kromatografi Filtrasi Gel, Kromatografi
Elektroforesis Kontinyu, dan Kromatografi Kolom
3. Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang
pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi
minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan
kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan
kedalam kromatografi cair padat (KCP) kolom terbuka.
3.2. Saran
kami menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami harapkan
untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia
Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Padya Pranita
Keenan, Charles W, dkk. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia. Jakarta: Bumi aksara
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.: Yogyakarta: Konsius
Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC Method Development.
New York: John Willey dan Sons
Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB Press
Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran