Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami Panjatkan puja dan puji syukur kita atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bioteknologi tentang
Kromatografi Fase Terbalik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenkan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
kromatografi. Pemisahan solute-solute ini diatur oleh distribusi
solute dalam fase gerak dan fase diam.
Salah satu metode pemisahan dari kromatografi kinerja tinggi
adalah kromotografi fase terbalik. Kromotgrafi fase terbalik
mempunyai ciri-ciri antara lain fase diam yang bersiat non polar,
fase diam yang banyak digunakan antara lain C8 dan C18. Fase gerak
relatif polar, senyawa yang bersifat polar akan terelusi terlebih
dahulu dibandingkan dengan senyawa yang bersifat kurang polar
(Meyer, 2004). Sebagian besar penggunaan kromatografi fase
terbalik menggunakan fase gerak sangat polar seperti larutan air
yang mengandung beberapa pelarut organic dengan konsentrasi
tertentu seperti methanol, asetonitril, atau tetrahydrofuran. Pada
kondisi ini, pH perlu dijaga agar tidak lebih dari 7,5 karena kondisi
ini dapat memicu terjadinya hidrolisis siloksan yang dapat merusak
kemasan.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kromatografi?
2. Apa yang dimaksut dengan kromatografi cair kinerja tinggi?
3. Apa prinsip dari kromatografi partisi fase terbalik?
4. Apa yang dimaksud dengan kromatografi fase terbalik?
5. Apa komponen kromatografi fase terbalik?
6. bagaimana aplikasi dan prosedur dari kromatografi cair kinerja
tinggi fase terbalik?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sejarah kromotografi
2. Untuk mengetahui tentang Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT)
3. Untuk mengetahui tentang kromotografi partisi fase terbalik
4. Untuk mengetahui prinsip dari kromatografi fase terbalik
5. Untuk mengetahui kromatografi fase terbalik
2
6. Untuk mengetahui komponen,prosedur dan aplikasi dari
kromatografi fase terbalik
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Sejarah kromatografi
Seorang analis memiliki beberapa peralatan seperti kromatografi
untuk mengukur analit yang berbeda dalam sampel yang kompleks.
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat
kimia (analit) yang berdasarkan pada perbedaan migrasi/ distribusi
masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam
(stationary phase) dibawah pengaruh fase gerak (mobile phase),
fase gerak dapat berupa gas atau zat cair dan fasa diam dapat
berupa zat cair atau zat padat. Kromatografi cair pertama kali
diperkenalkan oleh Tswett pada tahun 1903 yang menggunakan
kolom kapur untuk memisahkan pigmen dari daun-daun hijau. Pita-
pita warna yang dihasilkan pada adsorben menginspirasi istilah
kromatografi untuk menggambarkan proses pemisahan yang
berasal dari kata Jerman Chromos berarti warna dan grafe berarti
menulis. Untuk masa sekarang pemisahan dan penentuan warna
sudah sedikit dilakukan dengan kromatografi modern, meskipun
tidak relevan istilah itu masih dipakai untuk menggambarkan
seluruh tekhnik pemisahan yang menggunakan fasa gerak dan fasa
diam. Wilstater dan Stoll mencoba mengulangi kerja Tswett tetapi
gagal. Tiga puluh tahun kemudian Kohn dan kawan-kawan
mengulangi sukses kerja Tswett dengan memisahkan lutein dan
xanthine dari ekstrak tanaman. Dengan kesuksesan Kohn dan
validasi percobaan Tswett membuat sedikit kemajuan
kromatografi. Martin dan Synge tahun 1941 memperkenalkan
kromatografi cair-cair dan secara umum mengatur perkembangan
kromatografi gas dan kromatografi kertas. Tahun 1952 Martin dan
James mempublikasikan karya pertama mereka tentang
kromatografi gas. Pada 1952 sampai akhir 1960 kromatografi gas
4
berkembang dan menjadi era penting perkembangan kromatografi.
Selama tahun 60-an dan 70-an dasar teori kolom kromatografi
diletakkan yang akan menuntun perkembangan kromatografi cair.
Pada awal penggunaannya kromatografi cair dilakukan dalam
kolom kaca bergaris tengah besar pada kondisi atmosfer yang
memerlukan waktu analisis panjang dan keseluruhan tatakerja
menjemukan. Perhatian makin besar dicurahkan pada
pengembangan kromatografi cair sebagai cara yang melengkapi
kromatografi gas. Para ilmuwan yakin bahwa efisiensi kolom dapat
ditingkatkan dengan pengurangan ukuran partikel fase diam. Pada
akhir tahun 1960an teknologi untuk menghasilkan kemasan dengan
partikel berdiameter 3 – 10 um telah berkembang. Kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT/HPLC) atau High Pressure Liquid
Crhomatography berkembang dari usaha tersebut. Sekarang
kromatografi cair kinerja tinggi merupakan teknik pemisahan yang
lebih baik dimana banyak keputusan telah dibuat dan aplikasi jauh
lebih banyak dibandingkan dengan kromatograi gas.
5
c) Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi.
d) Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/ kerusakan bahan yang
dianalisis.
e) Resolusi yang baik.
f) Dapat digunakan bermacam-macam detektor.
g) Kolom dapat digunakan kembali.
h) Mudah melakukan “sample recovery”.
6
polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus
atau berdifusi melewati fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007).
4) Kromatografi Partisi
Kromatografi jenis ini disebut juga dengan kromatografi fase
terikat. Kebanyakan fase diamnya adalah silika yang
dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang
digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-
hidrokarbon non polar seperti oktadesilsilana, oktilsilana, atau
dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah
oktadesilsilana (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya
adalah dengan fase terbalik. Sedangkan fase geraknya adalah
campuran asetonitril atau metanol dengan air atau dengan
larutan buffer. (Gandjar dan Rohman, 2007).
Ditinjau dari jenis fase diam dan fase geraknya, maka
kromatografi partisi dapat dibedakan atas:
7
Umumnya gas terlarut tidak menimbulkan masalah pada
fase normal (Munson, 1991).
b) Kromatografi Fase Terbalik
Kromatografi fase terbalik (fase diam kurang polar daripada
fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan
meningkatnya polaritas pelarut. Kandungan utama fase
gerak fase terbalik adalah air. Pelarut yang dapat campur
dengan air seperti metanol, etanol, asetonitril, dioksan,
tetrahidrofuran dan dimetilformamida ditambahkan untuk
mengatur kepolaran fase gerak. Dapat ditambahkan pula
asam, basa, dapar dan/atau surfaktan (Munson, 1991).
K = Cs/Cm
K adalah koefisien distribusi, Cs adalah konsentrasi solute dalam
fase diam, Cm adalah konsentrasi solute dalam fase gerak ( Skoog
et al, 1998 )
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode
kromotografi partisi fase terbalik :
a. kolom
kolom yang digunakan pada jenis kromotografi ini adalah
kemaan fase terikat. fase diam yang digunakan pada
kromatografi partisi fase terbalik adalah oktadesilsilan ( ODS ),
dikenal pula silica dengan substitusi (C8) (Munson, 1991)
b. fase gerak
8
Pada fase terbalik, kandungan utama fase geraknya adalah air.
Pelarut yang dapat campur dengan air seperti, methanol, etanol,
asetonitril, dan tetrahidrofuran ditambahkan untuk mengatur
kepolaran fase gerak.
c. detector
detector hendaknya memiliki kepekaan tinggi, rentang respon
liniernya lebar, tidak dipengaruhi perubahan suhu dan aliran,
memberikan hasil yang baik, dan tidak banyak noise.
9
menggunakan pelarut organic (non polar), yang mengurangi
interaksi hidrofobik. Semakin molekul hidrofobik, maka semakin
kuat ia akan mengikat fase diam, dan semakin tinggi konsentrasi
pelarut organic yang akan diperlukan untuk mengelusi molekul.
10
adalah daya elusi tinggi, namun tidak mempunyai daya absorpsi
terhadap pancaran sinar detektor, khususnya di atas panjang
gelombang 200 nm (Krstulovic & Brown , 1982 ; Swadesh, 2001).
Kebanyakan pemisahan dalam kromatografi fase balik disusun oleh
larutan buffer atau air sebagai eluen awal. Pengunaan buffer
diperlukan dalam pemisahan senyawa polar karena pada pH tertentu
dapat merubah retensi senyawa melalui kesetimbangan kedua
(Kristulovic & Brown , 1982). Larutan buffer juga dapat menekan
pengionan dari kompoen yang mengandung senyawa ion.
Konsentrasi garam dalam buffer dibuat relatif tinggi untuk
menghindari puncak asimetrik dan bandsplitting yang diakibatkan
oleh lambatnya laju komponen proton dan ekuibrium kedua lain
(Johnson & Stevenson, 1991).
Penggunaan buffer hendaknya memperhatikan faktor : kapasitas pH
(kisaran 2-8), secara optik transparan, kampatibel dengan eluen
organik, dapat meningkatkan derajat kesetimbangan, serta potensi
untuk masking terhadap grup silanol pada permukaan adsorben.
Buffer asetat tidak banyak digunakan karena rendahnya efisiensi
kolom akibat pembentukan kompleks nonpolar antara ion asetat dan
solut bermuatan tertentu. Halida juga dihindari karena efeknya
terhadap komponen stainless steel pada kolom (Krstulovic & Brown
, 1982).
11
konsentrasi nikotin dan fungsi sumbu y sebagai AUC nikotin.
Persamaan regresi linier akan meng as l an onsentras n ot n
alam sampel emu an onsentras terse ut al an en an
actor pen enceran se n a apat an a ar n ot n alam
sampel. a ar alam sampel nyata an alam .
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau bisa juga disebut dengan
HPLC ( High Perfomance Liquid Chromatography ) merupakan sistem
pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh
kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, detektor
sangat sensitif dan beragam sehingga mampu menganalisa berbagai cuplikan
secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun
campuran (Ditjen POM, 1995). Klasifikasi kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) berdasarkan pada sifat fase diam yaitu: Kromatografi Absorbsi,
Kromatografi Penukar Ion, Kromatografi Eksklusi dan Kromatografi Partisi.
Kromotografi partisi juga ditinjau dari jenis fase diam dan fase geraknya,
maka kromatografi partisi dapat dibedakan atas: Kromatografi Fase Normal
dan Kromatografi Fase Terbalik.
Kromatografi fase terbalik adalah teknik yang menggunakan rantai alkil yang
berikatan kovalen dengan partikel fase stasioner untuk menciptakan fase
diam hidrofobik, yang memiliki afinitas kuat untuk senaywa hidrofobik atau
kurang polar.
DAFTAR PUSTAKA
14
Dachriyanus, M.S. 2010 . Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang:
Lembaga Pengembangan Teknologi Informasu dan Komunikasi
(LPTIK)
Dewi, D.C. 2012. Penetapan Kadar Nikotin Dalam Ekstrak Etanolik Daun
Tembakau Vorstenlanden Bawah Naungan Dan Na Oogst Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik. Skripsi, Fakultas
Farmasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Puspitasari, H. 2009. Optimasi Pemisahan Campuran Hidrokortison Asetat
dan Kloramfenikol Dalam Krim Merek "X" Menggunakan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik. Skripsi, Fakultas
Farmasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
urwant A. 2010. enetapan a ar enyawa α-Mangostin Pada Sediaan
Deccta Kulit Buah Manggis. Skripsi, Fakultas Farmasi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wirasuta, I.M.A.G., dkk. 2016. Uji Kemurnian Isolat Andrografolid
Dengan HPLC Fase Terbalik. Jurnal Farmasi Udayana, vol.5(2),
hal.24-29.
Wibowotomo, B. 2010. Pengembangan Metode Penetapan Kadar Siklamat
Berbasis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Guna Diimplementasikan
Dalam Kajian Paparan. Jurnal Teknologi dan Kejuruan,
vol.33(1),hal.81-92.
Wibisono, R.S. 2010. Penetapan Kadar Asam Ursolat Dalam Ekstrak Daun
Binahong ( Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) Dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik. Skripsi,
Fakultas Farmasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
15