Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

“KROMATOGRAFI FASE TERBALIK”

Disusun untuk memenuhi tugas


Dosen Pengampu : Wina Safutri,S.Si.,M.Biomed

Anggi Ning Sasmita (190106003)


Yeni Aryanti (190106026)
Rendy Zihan Prayoga (190106021)
Rofiatul Adawiyah (190106045)
Nadia Dwi Oktavani (190106048)
Yamsi Nurfala (190106050)

JURUSAN S1 FARMASI KELAS A SEMESTER III FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITASAISYAH PRINGSEWU
TP.2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami Panjatkan puja dan puji syukur kita atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bioteknologi tentang
Kromatografi Fase Terbalik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenkan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.

Penyusun mengucakan termaksih, semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Gading Rejo, 19 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1. Latar Belakang ................................................................................ 2


2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan Makalah .............................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 4


A. Sejarah Kromotografi ..................................................................... 5
B. Kromotografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT) ................................... 6
1. Klasifikasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ............ 7
2. Kromotografi Partisi Fase Terbalik ........................................... 8
3. Prinsip Kromatografi Partisi Fase Terbalik ............................... 9
4. Pengertian Kromatografi Fase Terbalik (Reverse Phrase
Chromatography) ....................................................................... 10
5. Komponen Kromatografi Fase Terbalik .................................... 11
6. Aplikasi Metode Kromotografi Cair Kinerja Tinggi Fase
Terbalik ...................................................................................... 11
7. Prosedur/Optimasi Kromatografi Fase Terbalik ........................ 12

BAB III PENUTUP ............................................................................ 12


Kesimpulan ......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Seorang analis memiliki beberapa peralatan seperti kromatografi


untuk mengukur analit yang berebeda dalam sampel yang
kompleks.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang didasarkan
atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen yang ada
didalam sampel diantara dua fase yakni fase diam (padat atau cair )
dan fase gerak, atau dapat juga diartikan sebagai suatu teknik
pemisahan molekul berdasarkan pada perbedaan pola pergerakan
yakni antara fase gerak dan fase diam yang berguna untuk
memisahkan komponen molekul yang berada didalam sampel.
Molekul-molekul yang larut dalam fase gerak melewati fase diam.
Molekul yang memiliki ikatan kuat dengan kolom akan cenderung
bergerak lebih lambat dari pada molekul dengan ikatan lemah.
Menggunakan berbagai jenis molekul dapat dipisahkan tergantung
pada pergerakkan kolom. Setelah komponen terelusi dari kolom,
dapat dianalisis menggunakan detector atau dapat dikumpulkan
untuk analisis setelahnya.

Adapun jenis kromtografi salah satunya jenis kromatografi yang


banyak digunakan pada saat ini yaitu menggunakan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode KCKT merupakan teknik
yang direkomendasikan karena dapat digunakan untuk pemisahan,
identifikasi, dan kuantifikasi analit dari ekstrak tumbuhan, makanan,
produk farmasi dan cairan tubuh .
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik yang
mana solute atau zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan
elusi, dikarenakan solute-solute ini melewati suatu kolom

1
kromatografi. Pemisahan solute-solute ini diatur oleh distribusi
solute dalam fase gerak dan fase diam.
Salah satu metode pemisahan dari kromatografi kinerja tinggi
adalah kromotografi fase terbalik. Kromotgrafi fase terbalik
mempunyai ciri-ciri antara lain fase diam yang bersiat non polar,
fase diam yang banyak digunakan antara lain C8 dan C18. Fase gerak
relatif polar, senyawa yang bersifat polar akan terelusi terlebih
dahulu dibandingkan dengan senyawa yang bersifat kurang polar
(Meyer, 2004). Sebagian besar penggunaan kromatografi fase
terbalik menggunakan fase gerak sangat polar seperti larutan air
yang mengandung beberapa pelarut organic dengan konsentrasi
tertentu seperti methanol, asetonitril, atau tetrahydrofuran. Pada
kondisi ini, pH perlu dijaga agar tidak lebih dari 7,5 karena kondisi
ini dapat memicu terjadinya hidrolisis siloksan yang dapat merusak
kemasan.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kromatografi?
2. Apa yang dimaksut dengan kromatografi cair kinerja tinggi?
3. Apa prinsip dari kromatografi partisi fase terbalik?
4. Apa yang dimaksud dengan kromatografi fase terbalik?
5. Apa komponen kromatografi fase terbalik?
6. bagaimana aplikasi dan prosedur dari kromatografi cair kinerja
tinggi fase terbalik?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sejarah kromotografi
2. Untuk mengetahui tentang Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT)
3. Untuk mengetahui tentang kromotografi partisi fase terbalik
4. Untuk mengetahui prinsip dari kromatografi fase terbalik
5. Untuk mengetahui kromatografi fase terbalik

2
6. Untuk mengetahui komponen,prosedur dan aplikasi dari
kromatografi fase terbalik

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Sejarah kromatografi
Seorang analis memiliki beberapa peralatan seperti kromatografi
untuk mengukur analit yang berbeda dalam sampel yang kompleks.
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat
kimia (analit) yang berdasarkan pada perbedaan migrasi/ distribusi
masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam
(stationary phase) dibawah pengaruh fase gerak (mobile phase),
fase gerak dapat berupa gas atau zat cair dan fasa diam dapat
berupa zat cair atau zat padat. Kromatografi cair pertama kali
diperkenalkan oleh Tswett pada tahun 1903 yang menggunakan
kolom kapur untuk memisahkan pigmen dari daun-daun hijau. Pita-
pita warna yang dihasilkan pada adsorben menginspirasi istilah
kromatografi untuk menggambarkan proses pemisahan yang
berasal dari kata Jerman Chromos berarti warna dan grafe berarti
menulis. Untuk masa sekarang pemisahan dan penentuan warna
sudah sedikit dilakukan dengan kromatografi modern, meskipun
tidak relevan istilah itu masih dipakai untuk menggambarkan
seluruh tekhnik pemisahan yang menggunakan fasa gerak dan fasa
diam. Wilstater dan Stoll mencoba mengulangi kerja Tswett tetapi
gagal. Tiga puluh tahun kemudian Kohn dan kawan-kawan
mengulangi sukses kerja Tswett dengan memisahkan lutein dan
xanthine dari ekstrak tanaman. Dengan kesuksesan Kohn dan
validasi percobaan Tswett membuat sedikit kemajuan
kromatografi. Martin dan Synge tahun 1941 memperkenalkan
kromatografi cair-cair dan secara umum mengatur perkembangan
kromatografi gas dan kromatografi kertas. Tahun 1952 Martin dan
James mempublikasikan karya pertama mereka tentang
kromatografi gas. Pada 1952 sampai akhir 1960 kromatografi gas

4
berkembang dan menjadi era penting perkembangan kromatografi.
Selama tahun 60-an dan 70-an dasar teori kolom kromatografi
diletakkan yang akan menuntun perkembangan kromatografi cair.
Pada awal penggunaannya kromatografi cair dilakukan dalam
kolom kaca bergaris tengah besar pada kondisi atmosfer yang
memerlukan waktu analisis panjang dan keseluruhan tatakerja
menjemukan. Perhatian makin besar dicurahkan pada
pengembangan kromatografi cair sebagai cara yang melengkapi
kromatografi gas. Para ilmuwan yakin bahwa efisiensi kolom dapat
ditingkatkan dengan pengurangan ukuran partikel fase diam. Pada
akhir tahun 1960an teknologi untuk menghasilkan kemasan dengan
partikel berdiameter 3 – 10 um telah berkembang. Kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT/HPLC) atau High Pressure Liquid
Crhomatography berkembang dari usaha tersebut. Sekarang
kromatografi cair kinerja tinggi merupakan teknik pemisahan yang
lebih baik dimana banyak keputusan telah dibuat dan aplikasi jauh
lebih banyak dibandingkan dengan kromatograi gas.

B. Kromotografi Cair Kinerja Tinggi


Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau bisa juga disebut
dengan HPLC ( High Perfomance Liquid Chromatography )
merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang
tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom,
sistem pompa tekanan tinggi, detektor sangat sensitif dan beragam
sehingga mampu menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif
maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun
campuran (Ditjen POM, 1995).
Menurut Putra (2004) metode ini memiliki banyak kelebihan jika
dibandinkan dengan metode lainya, kelebhan itu antara lain :
a) Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran.
b) Mudah melaksanakannya.

5
c) Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi.
d) Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/ kerusakan bahan yang
dianalisis.
e) Resolusi yang baik.
f) Dapat digunakan bermacam-macam detektor.
g) Kolom dapat digunakan kembali.
h) Mudah melakukan “sample recovery”.

1. Klasifikasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


Klasifikasi kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) berdasarkan
pada sifat fase diam yaitu:
1) Kromatografi Absorbsi
Pemisahan kromatografi adsorbsi menggunakan fase diam silika
gel atau alumina. Fase geraknya berupa pelarut non polar yang
ditambah dengan pelarut polar seperti air atau alkohol rantai
pendek untuk meningkatkan kemampuan elusinya sehingga
tidak timbul pengekoran puncak, seperti n-heksana ditambah
metanol. Jenis KCKT ini sesuai untuk pemisahan-pemisahan
campuran isomer struktur dan untuk pemisahan solut dengan
gugus fungsional yang berbeda (Gandjar dan Rohman, 2007).

2) Kromatografi Penukar Ion


KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat
menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak
penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian yang
paling luas penggunaanya adalah polistiren resin (Rohman,
2007).
3) Kromatografi Eksklusi
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi
(filtrasi) gel, yang digunakan untuk memisahkan atau
menganalisis senyawa dengan berat molekul lebih besar dari
2000 Dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau

6
polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus
atau berdifusi melewati fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007).
4) Kromatografi Partisi
Kromatografi jenis ini disebut juga dengan kromatografi fase
terikat. Kebanyakan fase diamnya adalah silika yang
dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang
digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-
hidrokarbon non polar seperti oktadesilsilana, oktilsilana, atau
dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah
oktadesilsilana (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya
adalah dengan fase terbalik. Sedangkan fase geraknya adalah
campuran asetonitril atau metanol dengan air atau dengan
larutan buffer. (Gandjar dan Rohman, 2007).
Ditinjau dari jenis fase diam dan fase geraknya, maka
kromatografi partisi dapat dibedakan atas:

a) Kromatografi Fase Normal


Kromatografi fase normal (fase diam lebih polar daripada
fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan
meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak ini biasanya
tidak polar. Dietil eter, benzen, hidrokarbon lurus seperti
pentana, heksana, heptana maupun iso-oktana sering
digunakan. Halida alifatis seperti diklorometana,
dikloroetana, butilklorida dan kloroform juga digunakan.

7
Umumnya gas terlarut tidak menimbulkan masalah pada
fase normal (Munson, 1991).
b) Kromatografi Fase Terbalik
Kromatografi fase terbalik (fase diam kurang polar daripada
fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan
meningkatnya polaritas pelarut. Kandungan utama fase
gerak fase terbalik adalah air. Pelarut yang dapat campur
dengan air seperti metanol, etanol, asetonitril, dioksan,
tetrahidrofuran dan dimetilformamida ditambahkan untuk
mengatur kepolaran fase gerak. Dapat ditambahkan pula
asam, basa, dapar dan/atau surfaktan (Munson, 1991).

2. Kromatografi Partisi Fase Terbalik


Menurut Gritter et al, 1991, konsep pada pengembangan
kromotografi cair partisi yaitu perlakuan sampel dalam kondisi cair-
cair tergantung pada kelaruranya idalam kedua cairan yang terlibat.
jika solute ditambhkan kedalam kondisi yang terdiri atas dua pelarut
yang tidak tercampur dan keseluruhan kondisi dibiarkan seimbang,
solute akan tersebar antara dua fase itu menurut persamaan ;

K = Cs/Cm
K adalah koefisien distribusi, Cs adalah konsentrasi solute dalam
fase diam, Cm adalah konsentrasi solute dalam fase gerak ( Skoog
et al, 1998 )
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode
kromotografi partisi fase terbalik :
a. kolom
kolom yang digunakan pada jenis kromotografi ini adalah
kemaan fase terikat. fase diam yang digunakan pada
kromatografi partisi fase terbalik adalah oktadesilsilan ( ODS ),
dikenal pula silica dengan substitusi (C8) (Munson, 1991)
b. fase gerak

8
Pada fase terbalik, kandungan utama fase geraknya adalah air.
Pelarut yang dapat campur dengan air seperti, methanol, etanol,
asetonitril, dan tetrahidrofuran ditambahkan untuk mengatur
kepolaran fase gerak.
c. detector
detector hendaknya memiliki kepekaan tinggi, rentang respon
liniernya lebar, tidak dipengaruhi perubahan suhu dan aliran,
memberikan hasil yang baik, dan tidak banyak noise.

3. Prinsip Kromatografi Partisi Fase Terbalik


Kromatografi partisi fase terbalik adalah partisi analit di antara dua
fase yang tidak saling campur, karena adanya perbedaan koefisien
distribusi dari masing-masing senyawa. Pada kromatografi partisi
digunakan fase gerak dan fase diam dengan polaritas yang berbeda.
Jika fase gerak bersifat polar dan fase diam non polar, dikenal
dengan fase terbalik ( Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995 )

4. Pengertian Kromatografi Fase Terbalik (Reverse Phrase


Chromatography)
Kromatografi fase terbalik adalah teknik yang menggunakan rantai
alkil yang berikatan kovalen dengan partikel fase stasioner untuk
menciptakan fase diam hidrofobik, yang memiliki afinitas kuat
untuk senaywa hidrofobik atau kurang polar. Penggunaan fase diam
hidrofobik pada dasarnya adalah kebalikan dari kromotografi fase
normal, karena polaritas fase bergerak dan stasioner telah terbalik-
maka fase kromatografi fase pembalik fase. Kromatografi fase
terbalik menggunakan fase gerak polar. Akibatnya, molekul
hidrofobik dalam fase gerak polar cenderung menyerap ke fase
diam hidrofobik, dan molekul hidrofilik dalam fase gerak akan
melewati kolom dan elusi terlebih dahulu. Molekul hidrofobik dapat
dielusi dari kolom dengan mengurangi polaritas fase gerak

9
menggunakan pelarut organic (non polar), yang mengurangi
interaksi hidrofobik. Semakin molekul hidrofobik, maka semakin
kuat ia akan mengikat fase diam, dan semakin tinggi konsentrasi
pelarut organic yang akan diperlukan untuk mengelusi molekul.

Pada kromatografi fase terbalik, fase diam adalah senyawa non


polar (biasanya suatu hidrokarbon) dan fase gerak pelarut yang
relative lebih polar seperti air, methanol atau asetonitril. Pada
kromatografi fase terbalik senyawa-senyawa polar akan terelusi
lebih awal, dan peningkatan kepolaran fase gerak akan
memperbesar waktu elusi.
Kemasan fase terikat dikelompokkan sebagai fase terbalik ketika
pelapis yang diikatkan memiliki sifat nonpolar. Pada umumnya
kromatografi cair kinerja tinggi memiliki kolom dengan kemasan
fase terbalik. Gugus R pada pelapis siloksan adalah rantai C8 (n-
oktil) atau rantai C18 (n-oktildesil)
Sebagian besar penggunaan kromatografi fase terbalik
menggunakan fase gerak sangat polar seperti larutan air yang
mengandung beberapa pelarut organic dengan konsentrasi tertentu
seperti methanol, asetonitril, atau tetrahydrofuran. Pada kondisi ini,
pH perlu dijaga agar tidak lebih dari 7,5 karena kondisi ini dapat
memicu terjadinya hidrolisis siloksan yang dapat merusak kemasan.

5. Komponen Kromatografi Fase Terbalik


Dalam sistem kromatografi fase balik, eluen polar atau
campurannya lebih umum digunakan. Pasangan yang paling lazim
dipakai adalah air dengan metanol dan air dengan asetonitril
(Johnson & Stevenson, 1991). Metanol merupakan senyawa sangat
murni, mudah didapat, dan menghasilkan pemisahan yang baik,
sedangkan asetonitril mempunyai viskositas rendah sehingga
meningkatkan koefisien kolom, serta mudah bercampur dengan
solut non polar. Kelebihan lain penggunaan asetonitril dan metanol

10
adalah daya elusi tinggi, namun tidak mempunyai daya absorpsi
terhadap pancaran sinar detektor, khususnya di atas panjang
gelombang 200 nm (Krstulovic & Brown , 1982 ; Swadesh, 2001).
Kebanyakan pemisahan dalam kromatografi fase balik disusun oleh
larutan buffer atau air sebagai eluen awal. Pengunaan buffer
diperlukan dalam pemisahan senyawa polar karena pada pH tertentu
dapat merubah retensi senyawa melalui kesetimbangan kedua
(Kristulovic & Brown , 1982). Larutan buffer juga dapat menekan
pengionan dari kompoen yang mengandung senyawa ion.
Konsentrasi garam dalam buffer dibuat relatif tinggi untuk
menghindari puncak asimetrik dan bandsplitting yang diakibatkan
oleh lambatnya laju komponen proton dan ekuibrium kedua lain
(Johnson & Stevenson, 1991).
Penggunaan buffer hendaknya memperhatikan faktor : kapasitas pH
(kisaran 2-8), secara optik transparan, kampatibel dengan eluen
organik, dapat meningkatkan derajat kesetimbangan, serta potensi
untuk masking terhadap grup silanol pada permukaan adsorben.
Buffer asetat tidak banyak digunakan karena rendahnya efisiensi
kolom akibat pembentukan kompleks nonpolar antara ion asetat dan
solut bermuatan tertentu. Halida juga dihindari karena efeknya
terhadap komponen stainless steel pada kolom (Krstulovic & Brown
, 1982).

6. Aplikasi Metode Kromotografi Cair Kinerja Tinggi Fase


Terbalik
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau HPLC fase terbalik
dapat diaplikasikan menggunakan fase diam C18, fase gerak yang
terdiri dari campuran metanol dan ammonium asetat 10Mm
(70:30), detector UV pada panjang gelombang yang telah diperoleh
yaitu 261 nm. Kromatogram akan menunjukan AUC nikotin untuk
masing-masing larutan sampel. AUC nikotin kemudian dimasukka
ke dalam persamaan regresi linier dengan fungsi sumbu x sebagai

11
konsentrasi nikotin dan fungsi sumbu y sebagai AUC nikotin.
Persamaan regresi linier akan meng as l an onsentras n ot n
alam sampel emu an onsentras terse ut al an en an
actor pen enceran se n a apat an a ar n ot n alam
sampel. a ar alam sampel nyata an alam .

7. Prosedur/Optimasi Kromatografi Fase Terbalik


Optimasi pemisahan nikotin dalam sampel fraksi kloroform ekstrak
etanolik tembakau rokok. Diambil 100 µL larutan bakau nikotin 200
µg/mL, ditambahkan 100µL larutan internal standar asetanilidina
100µg/mL dan tambahkan 800µL metanol 30%. Saring dengan
millipore dan diawaudrakan selama 2 menit, diinjeksikan dalam
sistem KCKT fase terbalik dengan pengaturan detektor dengan
panjang gelombang 260nm. Dilakukan pengubahan kecepatan alir
0,5; 0,8 dan 1,0 mL/mn dan komposisi gerak metnol ; ammonium
asetat 10mM + TEA 0,1% ( 50:50; 60:40; 70:30) pada sistem
KCKT fase terbalik. Data kromotogram baku yang diperoleh
diamati sehingga diperoleh kondisi sistem KCKT fase terbalik yang
dapat memberikan pemisahan nikotin yang banyak.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia


(analit) yang berdasarkan pada perbedaan migrasi/ distribusi masing-masing
komponen campuran yang terpisah pada fase diam (stationary phase)
dibawah pengaruh fase gerak (mobile phase), fase gerak dapat berupa gas
atau zat cair dan fasa diam dapat berupa zat cair atau zat padat.

13
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau bisa juga disebut dengan
HPLC ( High Perfomance Liquid Chromatography ) merupakan sistem
pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi karena didukung oleh
kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, detektor
sangat sensitif dan beragam sehingga mampu menganalisa berbagai cuplikan
secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun
campuran (Ditjen POM, 1995). Klasifikasi kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) berdasarkan pada sifat fase diam yaitu: Kromatografi Absorbsi,
Kromatografi Penukar Ion, Kromatografi Eksklusi dan Kromatografi Partisi.
Kromotografi partisi juga ditinjau dari jenis fase diam dan fase geraknya,
maka kromatografi partisi dapat dibedakan atas: Kromatografi Fase Normal
dan Kromatografi Fase Terbalik.

Kromatografi fase terbalik adalah teknik yang menggunakan rantai alkil yang
berikatan kovalen dengan partikel fase stasioner untuk menciptakan fase
diam hidrofobik, yang memiliki afinitas kuat untuk senaywa hidrofobik atau
kurang polar.

DAFTAR PUSTAKA

Tulisan diakses dari alamat


https://studylibid.com/doc/229376/pengantar-kromatografi. Pada
hari Sabtu. 20 Maret 2021.

Adipranoto., Kumalasari, R., & Angelina, M. 2010. Penetapan Kadar


Campuran Parasetamol dan Ibuprofen Dalam Tablet Merek "X"
Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik.
Skripsi, Fakultas Farmasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

14
Dachriyanus, M.S. 2010 . Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang:
Lembaga Pengembangan Teknologi Informasu dan Komunikasi
(LPTIK)
Dewi, D.C. 2012. Penetapan Kadar Nikotin Dalam Ekstrak Etanolik Daun
Tembakau Vorstenlanden Bawah Naungan Dan Na Oogst Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik. Skripsi, Fakultas
Farmasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Puspitasari, H. 2009. Optimasi Pemisahan Campuran Hidrokortison Asetat
dan Kloramfenikol Dalam Krim Merek "X" Menggunakan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik. Skripsi, Fakultas
Farmasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
urwant A. 2010. enetapan a ar enyawa α-Mangostin Pada Sediaan
Deccta Kulit Buah Manggis. Skripsi, Fakultas Farmasi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wirasuta, I.M.A.G., dkk. 2016. Uji Kemurnian Isolat Andrografolid
Dengan HPLC Fase Terbalik. Jurnal Farmasi Udayana, vol.5(2),
hal.24-29.
Wibowotomo, B. 2010. Pengembangan Metode Penetapan Kadar Siklamat
Berbasis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Guna Diimplementasikan
Dalam Kajian Paparan. Jurnal Teknologi dan Kejuruan,
vol.33(1),hal.81-92.
Wibisono, R.S. 2010. Penetapan Kadar Asam Ursolat Dalam Ekstrak Daun
Binahong ( Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) Dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik. Skripsi,
Fakultas Farmasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

15

Anda mungkin juga menyukai