Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

OLEH :

KELOMPOK V
KELAS B

SYAM FEBRIANTARA (F1F111038)


IPNI NURUL SUCI (F1F11126)
SITI ASMIN (F1F113048)
SITI HAWA (F1F113049)
WAHYU SAPUTRA (F1F113070
M. ARIF (F1F113085)
ANDI SITTI ZAENAB S. (F1F113086)
NOVAYANA INDAH P.B. (F1F113087)
MUH. FAHRIAL (F1F113089)
YUSNI OKTAVIANI TIMUNG (F1F113091)
NUR FATIMAH (F1F113092)
MERLYN H. IBRAHIM (F1F113093)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan.
Kami menyadari walaupun tugas ini telah dibuat makasimal, namun
mungkin masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan. Kami menerima
kritik dan saran serta petunjuk dari semua pihak bagi penyempurnaan penyusunan
makalah ini. Kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.

Kendari, Januari 2016

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................

BAB I Pendahuluan ................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................


B. Rumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan .........................................................................................

BAB II Pembahasan ................................................................................

1. Definisi Kromatografi Lapis Tipis (KLT)………………………


2. Kelebihan dan kekurangan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)…..
3. Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)………………....
4. Fase diam dan fase gerak yang sering digunakan pada
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) …………………..................
5. Prosedur kerja pemisahan sampel dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).................................................................
6. Deteksi bercak dalam Kromatografi Lapis Tipis (KLT)………..
7. Penggunaaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dalam
bidang farmasi…………………………………………………...
Percobaan III PENUTUP ........................................................................

A. KESIMPULAN ...........................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan
tekhnologi. Berbagai alat dengan kecanggihan semakin meningkat. Hal ini juga
termasuk perkembangan dalam ilmu farmasi, tidak terkecuali bidang Analisis
farmasi. Dalam bidang ini, selama beberapa tahun terakhir terjadi perkembangan
yang pesat untuk teknik pemisahan. Penerapan metode seperti kromatografi
dianggap metode modern yang saat ini sering digunakan dalam berbagai riset dan
penelitian. Hal ini terbukti dengan banyaknya publikasi ilmiah yang berkaitan
dengan penggunaan metode tersebut, baik untuk tujuan analisis kualitatif maupun
kuantitatif.
Kromatografi banyak dipilih karena merupakan metode pemisahan yang
sederhana. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada
perbedaan distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tetap
tinggal pada sistem dan dinamakan fasa diam. Fasa lainnya dinamakan fasa gerak
menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan. Kromatografi juga
dapat digunakan, jika metode klasik tidak dapat dilakukan karena jumlah cuplikan
rendah, kompleksitas campuran yang hendak dipisahkan atau sifat berkerabat zat
yang sulit dipisah.
Kromatografi ada bermacam-macam diantaranya kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, penukar ion, penyaringan gel dan elektroforesis. Namun
dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai teknik Kromatografi Lapis
Tipis (KLT).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
2. Apa kelebihan dan kekurangan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
3. Bagaimana prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
4. Apa fase diam dan fase gerak yang sering digunakan pada Kromatografi
Lapis Tipis (KLT)?
5. Bagaimana prosedur kerja pemisahan sampel dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT)?
6. Bagaimana cara deteksi bercak dalam Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?
7. Bagaimana penggunaaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dalam bidang
farmasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).
3. Untuk mengetahui prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
4. Untuk mengetahui fase diam dan fase gerak yang sering digunakan pada
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
5. Untuk mengetahui prosedur kerja pemisahan sampel dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT).
6. Untuk mengetahui cara deteksi bercak dalam Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).
7. Untuk mengetahui cara penggunaaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dalam bidang farmasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi KLT
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pertama kali dikembangkan oleh
Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi
planar , yang fase diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan
bidng datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik.
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan
perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-
komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena
daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen
bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan
pemisahan.
Pada proses adsorpsi senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh
daya serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan
partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen)
tidak sama dimana arah gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang dapat
digunakan untuk menganalisis senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif.
Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir (fase diam) ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita, setelah
pelat/lapisan ditaruh dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang
yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi setelah perambatan kapiler
(pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakkan/dideteksi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan sinar UV.

B. Kelebihan dan Kekurangan KLT


Kelebihan KLT yaitu:
1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending),
atau dengan cara elusi 2 dimensi.
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6. Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7. Jumlah perlengkapan sedikit.
8. Preparasi sample yang mudah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
dengan metode kertas tidak bisa.
Adapun kekurangan KLT yaitu:
1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan
bercak/noda yang diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun

C. Prinsip Kerja KLT


Pada dasarnya KLT digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
berdasarkan perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan
pelarut pengembang. KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama
pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyata terlihat pada fase diamnya atau media
pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagai pengganti kertas.
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara
permukaan fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta
kepolaran dan ukuran molekul.
D. Fase Diam dan Fase Gerak
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran
kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm (Gandjar dan Rohman, 2007).
Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran
ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan
resolusinya.
Silika gel salah satu contoh fase diam yang terbentuk dari silikon dioksida
(silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen
yang besar. Namun, pada permukaan silika gel, atom silikon berlekatan pada
gugus -OH.
Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.
Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.Permukaan silika gel
sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der
Waals dan atraksi dipol-dipol.
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina dari aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Pada
dasarnya sifat serta penggunaannya mirip silika gel.
Tabel 1. Fase diam yang sering digunakan pada KLT
Fasa Diam Mekanisme Sorpsi Penggunaan
Silika gel Adsorpsi Asam amino, hidrokarbon,
vitamin, alkaloid
Serbuk selulosa Partisi Asam amino, nukleotida,
karbohidrat
Selulosa penukar Pertukaran ion Asam nukleat, nukleotida, halida
ion dan ion-ion logam
Gel sephadex Eksklusi Polimer, protein, kompleks
logam
Β-siklodekstrin Interaksi adsorpsi Campuran enansiomer
stereospesifik

Selain fasa diam, dalam KLT juga diperlukan fasa gerak/eluent yang
berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa
diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen secara
kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah
jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Suatu pelarut yang bersifat
larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang tak polar dari ikatannya dengan
alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluen maka
senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Hal ini berdasarkan
prinsip like dissolved like .

D. Prosedur Kerja dengan KLT

Pada KLT, fasa diam berupa plat yang biasanya disi dengan silica gel.
Sebuah garis pensil digambar dekat bagian bawah fasa diam dan setetes larutan
sampel ditempatkan di atasnya. Sampel ditotol dengan bantuan pipa kapiler. Garis
pada fasa diam berguna untuk menunjukkan posisi asli sampel. Pembuatan garis
harus menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna
dari tinta juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik
campuran kering, fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah
berisi fasa gerak dengan posisi fasa gerak di bawah garis. Digunakan gelas
tertutup untuk memastikan bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.
Pelarut (fasa gerak) perlahan-lahan bergerak naik. Komponen-komponen
yang berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda dan campuran
dipisahkan memiliki warna yang berbeda.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih
baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Untuk identifikasi
menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat
bila dibandingkan pada kertas.
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan
harga-harga standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh
berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan,
meskipun daftar dari harga-harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan
penyerap dapat diperoleh.
Senyawa standard biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip dengan
senyawa yang dipisahkan pada kromatogram. Misal perbandingan suatu hidrolisa
protein dengan glisin atau alanin.

F. Deteksi Bercak
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna,
yaitu:
1. Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi
yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika
diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka sampel
akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram
berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan
mata. Itu berarti bahwa jika disinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul
pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak
sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan,, kita harus menandai
posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pensil dan melingkari
daerah bercak-bercak itu. Karena jika kita mematikan sinar UV tersebut, bercak-
bercaknya tidak tampak kembali.
2. Penunjukkan bercak secara kimia
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak
menjadi tampak dengan cara mereaksikannya dengan zat kimia sehingga
menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah
kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat
dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat
atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian
ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji)
bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan
bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada
lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.

G. Penerapan KLT Dalam Bidang Farmasi


KLT bisanya merupakan metode pilihan pertama jika sesorang ingin
memisahkan suatu campuran. Hal ini disebabkan karena KLT merupakan metode
yang sederhana dan cepat. KLT digunakan secara luas untk analisis obat. Berikut
adalah penggunaan KLT untuk analisis beberapa sediaan farmasi:
Tabel 2. Penerapan KLT untuk analisis obat (gandjar dan Rohman, 2007)
Obat (sediaan) Fase diam Fase gerak Deteksi
Asetaminofen
Silika gel Heksan:aseton (75:25) UV
(serbuk)
UV panjang
Albendazol Metilen klorid-asam
Silika gelombang
(serbuk) aseat- eter (6:1:1)
pendek
Amoksisilin Silika Metanol-piridin- Ninhidrin
(tablet, kapsul, kloroform-air
suspensi) (90:10:80:10)
Ampisilin
Aseton-toluen-air-asam
(kapsul, suspensi Silika Ninhidrin
asetat (650:100:10025)
oral)
Vitamin C Metanol-aseton-air
silika UV
(serbuk) (20:40:3)
Silika
disemprot Metilen klorid-
Dosisiklin UV 280 nm
EDTA 10%, metanol-air (59:35:6)
pH 9,0
Benzen-metanol-
Ketamin (serbuk) Silika amonium hidroksida Dragendorff
(80:20:1)
Dikembangkan dengan
Silika cara 2 dimensi:
Morfin
(dijenuhkan sikloheksan-toluen-
(penyalahgunaan UV 279 nm
dengan NaOH dietilamin (75:15:10)
obat)
0,1 N) lalu kloroform-metanol
(9:1)
Nifedipin (serbuk) Silika Diisopropill eter UV 254
Nitrofurantoin Nitrometan-metanol Dipanaskan,
Silika
(serbuk) (9:1) UV 254
Nistatin (salep
Silika Benzen-metanol (9:1) UV 254 nm
dengan kliquinol)
Silika (yang
telah
Progesteron Kloroform-etil asetat
diaktifkan UV 241 nm
(serbuk) (2:1)
pada suhu
105oC)
Etil asetat-isooktan-
Prostaglandin Asam
Silika etanol-asam format
(serbuk) fosfomolibdat
(35:0,5;0,1)
Teofilin (kapsul
dengan Selulosa Metanol-air UV 254 nm
guuaifensin)
Vinblastin Benzen-kloroform-
Silika UV 254 nm
(serbuk) dietilamin (40:20:3)
Eter-metanol-
Vinkristin Amonium
Silika metilamin 40%
(injeksi) sulfat
(40:20:3)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. KLT merupakan bentuk kromatografi planar , yang fase diamnya berupa
lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidng datar yang didukung oleh
lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik.
2. Keuntungan KLT yaitu ketepatan penentuan kadar baik karena komponen
yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak. Kerugiannya
memerlukan waktu untuk menentuan sistem eluen yang cocok.
3. Prinsip KLT yaitu pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan
adsorpsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang.
4. Fase diam yang sering digunakan pada KLT yaitu silika gel sedangkan fase
gerak (eluen) merupakan campuran dari dua pelarut atau lebih.
5. Kerja dengan KLT dimulai dari (1) penyiapan plat, eluen dan sampel, (2)
penotolan, (3) elusi, (4) deteksi bercak/noda.
6. Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan UV dan campuran zat
kimia tertentu.
7. KLT bisa digunakan untuk analisis obat seperti Asetaminofen, Albendazol,
Amoksisilin, Ampisilin, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.


Yogyakarta.

Gritter RJ, Bobbit JM, Arthur SE. 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB.
Bandung

Hostettmann K, Hostettmann M, Marston A. 1995. Cara Kromatografi


Preparatif. Penerbit ITB. Bandung.

Kealey D dan Haines PJ. 2002. Instant Notes: Analytical Chemistry. BIOS
Scientific Publishers Limited. New York.

Sastroharmidjojo H. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Sudjadi.1988. Metode Pemisahan. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.

Watson, DG. 2010. Analisis Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai