“INTERLEUKIN”
OLEH :
KELOMPOK III
KELAS B
AMELIA (F1F113073)
IKA PUTRI WIDYANINGSIH (F1F113076)
WA ODE SALFIA (F1F113077)
MASDIANINGSIH (F1F113073)
FADLIANI RAMADHAN (F1F113080)
MUHAMMAD IRFAN (F1F113083)
AHMED MAQBULAH (F1F113084)
M. ARIF (F1F113085)
ANDI SITTI ZAENAB SYUKRIADI (F1F113086)
NOVAYANA INDAH PONG BUNGA (F1F113087)
SILVAN HARYADI (F1F111058)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya yang telah di berikan kepada kami selaku penyusun
makalah ini yang berjudul “Interleukin”, sehingga makalah ini walaupun dalam
bentuk yang sederhana, dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan penulisan makalah ini di masa mendatang.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….……
DAFTAR ISI………………………………………………………………..…….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….................
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………
C. Tujuan……………………………………………………………..................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Interleukin……………………………………………………
B. Macam-macam Interleukin………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………..………………………..
B. Saran………………………………..………………………........................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses terjadinya penyakit dan berbagau reaksi inflamasi tubuh
tergantung dari interaksi yang terdapat diantara virus atau bakteri dan sel yang
terdapat pada sistemimmune. Interaksi ini diperantarai oleh sitokin dan kemokin
yang diproduksi oleh sel asal atau juga sel pendatang yang terdapat pada daerah
keradangan. Sel yang menghasilkan sitokin adalah macrophage/monocyt,
dendritic sel, limposit,neutropil, sel endothelial dan fibroblast .Sitokin adalah
suatu sentral patogenesa yang akan meningkat jumlahnya bila terdapat suatu
penyakit.sitokin adalah protein larut , ia adalah mediator yang dihasilkan oleh sel
dalam suatu reaksi radang atau imunologik yang berfungsi sebagai isyarat antara
sel sel untukmengatur respon setempat dan kadang kadang juga secara
sistemik.Sitokin mempengaruhi peradangan dan imunitas melalui pengaturan
pertumbuhan,mobilitas dan diferensiasi lekosit dan sel sel lainnya.
Sitokin adalah sentral patogenesa yang akan meningkat jumlahnya bila
terdapatsuatu penyakit. Sitokin adalah protein larut , ia adalah mediator peptide
yang dihasilkan oleh seldalam suatu reaksi radang atau imunologik , sitokin
bereaksi pada penyembuhan host akibat cedera dan berfungsi sebagai isyarat
antara sel sel untuk mengaturrespon setempat dan kadang kadang juga secara
sistemik. Sitokin yang dihasilkan oleh limfosit disebut dengan limfokin dan yang
diproduksioleh macrophage atau monosit disebut dengan monokin. Dalam
fungsinya sebagaisignal interseluler, sitokin mengatur respon inflamasi local dan
sistemik. Umumnya sitokin bertindak sebagai parakrin ( secara local dekat dengan
sel yangmemproduksinya ) atau secara autokrin yaitu langsung bereaksi pada sel
yang memproduksinya. Sitokin memodulasi reaksi pejamu terhadap antigen asing
atau agentpenyebab cedera dengan cara mengatur penyembuhan. Mobilitas dan
diferensiasileukosit beserta sel selnya. Interaksi yang komplek antara limfosit, sel
radang danelemen seluler lainnya didalam jaringan juga dimediatori oleh
sitokin.Sitokin membantu dalam regulasi dan perkembangan sel sel imun efektor,
komunikasi antarsel atau langsung sebagai efektor. Umumnya sitokin disintesa
dan disekeresikan dalam bentuk peptide atauglikoprotein dengan BM ( berat
molekul ) rendah.
Dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan yang demikian pesat hingga
saat ini interleukin telah diidentifikasi sebanyak 35 jenis interleukin berdasarkan
fungsi, sumber, Target Receptors dan target cells.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu interleukin?
2. Apa saja macam-macam dari interleukin ?
3. Bagaimana penggunaan sitokinin dalam bidang farmasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari interleukin
2. Untuk mengetahui macam-macam dari interleukin
3. Untuk mengetahui penggunaan sitokinin dalam bidang farmasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Interleukin
B. Macam-macam Interleukin
1. Interleukin-1 adalah sebutan bagi beberapa polipeptida sitokina IL-1α,
IL-1ß dan IL-1Ra, yang memainkan peran penting dalam regulasi sistem
kekebalan dan respon peradangan. IL-1α dan IL-1ß masing-masing
memiliki berkas genetik IL1A, dan IL1B,pada kromosom 2 deret yang
sama yaitu 2q14, dan merupakan sitokina pleiotropik hasil sekresi monosit
dan makrofaga berupa prohormon, sebagai respon saat sel mengalami
cedera, oleh karena itu menginduksi apoptosis. Interleukin-1 (IL-1)
merupakan keluarga dari polipeptida dengan berbagai kegiatan biologis.
Setidaknya dua produk gen yang berbeda telah dikloning, ada mungkin
lebih. Keluarga IL-1 manusia memainkan peran penting dalam patogenesis
banyak penyakit dan fungsi sebagai mediator kunci dari respon host
terhadap tantangan infeksi, inflamasi, dan imunologi yang berbeda. IL-1
Recombinant mouse (pI 5) dan recombinant human (pI 7) yang digunakan
untuk mengkonfirmasi beberapa sifat biologis IL-1” s tetapi penyelidikan
yang cukup besar diperlukan sebelum kegiatan tertentu (unit biologis per
miligram protein) ditetapkan untuk setiap bentuk IL-1 human. Beberapa
kegiatan IL-1 biologis seperti induksi hati fase akut sintesis protein telah
dibuktikan dalam invertebrata dalam evolusi limfosit. IL-1 adalah sangat
inflamasi dan meningkatkan konsentrasi metabolit asam arakidonat,
terutama prostaglandin E2, di otak, otot, kondrosit, dan fibroblas sinovial.
Sintesis leukotrien juga terlibat dalam mekanisme kerja pada jaringan
tertentu. Kloning dan ekspresi gen IL-1 human akan memperluas
pemahaman kita tentang IL-1 dalam berbagai penyakit melalui sistem
deteksi peningkatan dan penggunaan probe cDNA, pengembangan
antagonis IL-1, serta penggunaan IL-1 sebagai immunomodulator, saat ini
sedang dipertimbangkan. Beberapa pakar menganggap bahwa defisiensi
genetik IL1A berperan dalam reumatoid artritis dan Alzheimer. IL-1ß
merupakan sitokina yang diiris oleh ICE, dan berperan di dalam aktivitas
selular seperti proliferasi, diferensiasi dan apoptosis. Induksi COX-2 pada
sitokina ini di dalam sistem saraf pusat ditemukan sebagai penyebab
hipersensitivitas yang memberikan rasa sakit.
2. Interleukin-2, IL-2 (T Cell Growth Factor, TCGF, lymphokine) adalah
sejenis sitokina yang disebut hormon leukositotropik,yang berperan
sebagai stimulan dalam proliferasi sel B dan sel T.IL-2 ditelisik
mempunyai fungsi yang serupa dengan IL-15.IL-2 berperan dalam
apoptosis sel T yang teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk
mencegah autoimunitas, sedangkan IL-15 berperan dalam pemeliharaan
sel T memori.
3. Interleukin-3, IL-3 (multi colony stimulating factor, MULTI-CSF,
MCGF, MGC79398, MGC79399 adalah sebuah hormon berjenis sitokina
dari kelompok interleukin yang mempunyai potensi untuk memicu
proliferasi beragam sel hematopoietik menjadi sel progenitor mieloid,
termasuk memicu proliferasi beragam sel mieloid seperti eritrosit,
megakariosit, granulosit, monosit dan sel dendritik. IL-3 berperan dalam
pelbagai aktivitas selular, seperti perkembangan sel, diferensiasi sel dan
apoptosis, serta memiliki potensi neurotropik. Umumnya IL-3 disekresi
oleh sel T yang teraktivasi sebagai respon imunitas untuk menstimulasi
lebih banyak sel T dari sumsum tulang.
4. Interleukin-4, IL-4 (BSF1, BCGF1, BCGF-1, MGC79402) adalah
sitokina pleiotropik yang disekresi oleh sel T yang telah teraktivasi
menjadi sel TH2, bersama-sama dengan IL-5 dan IL-13.IL-4 berperan
dominan dalam sistem kekebalan dan merupakan faktor yang penting
dalam perkembangan hipersensitivitas,dengan fungsi selular yang banyak
tumpang-tindih dengan IL-13. IL-4 adalah sitokin pleiotropik tinggi yang
mampu untuk mempengaruhi diferensiasi sel Th. Sekresi awal dari IL-4
mengakibatkan polarisasi dari diferensiasi sel Th ke arah sel yang
menyerupai Th2. Sel tipe Th2 mensekresikan IL-4nya sendiri, dan diikuti
produksi autokrin dari IL-4 yang mendukung proliferasi sel. Sel Th2 yang
mensekresi IL-4 dan IL-10 mengakibatkan supresi dari respon Th1 oleh
penurunan regulasi produksi dari IL-12 yang diturunkan dari makrofag
dan menghambat diferensiasi dari sel tipe Th-1.IL-4 adalah glycoprotein
yang diproduksi oleh sel Th2 matang dan sel dari sel mast atau basofil. IL-
4 mengendalikan respon Th-2, memediasi perekrutan dan aktivasi dari sel
mast, dan menstimulasi produksi antibodi IgE melalui diferensiasi dari sel
B ke sel yang mensekresi IgE. IL-4 telah diketahui memiliki efek
penghambatan pada ekspresi dan pelepasan sitokin proinflamasi. Sitokin
ini mampu menghambat atau menekan sitokin yang berasal dari monosit,
termasuk IL-1, TNF-a, IL-6, IL-8, dan Macrophage Inflammatory Protein
(MIP)-1a. Sitokin ini juga telah diketahui untuk menekan aktivitas
sitotoksik makrofag, membunuh parasit, dan produksi nitric oxide yang
diturunkan dari makrofag. Berkebalikan dengan efek inhibisi pada
produksi sitokin proinflamasi, ini menstimulasi sintesis dari inhibitor
sitokin IL-1ra.Efek imunologi dari IL-4 pada keadaaan infeksi bakteri
sangat kompleks dan belum dipahami dengan sempurna. IL-4 terbukti
meningkatkan pembersihan Pseudomonas Aeruginosa dari jaringan paru
pada model eksperimen dari bakteri pneumoni Gram Negatif. Pada model
infeksi bakteri gram positif, IL-4 ditemukan memiliki aktivitas seperti
faktor pertumbuhan untuk Staphylococcus aureus, berakibat pada infeksi
sistemik dan peningkatan kematian dari sepsi bakteri. Peranan dari IL-4
pada keberadaan dari infeksi sistemik belum cukup diketahui dan akan
memerlukan investigasi klinik tambahan.IL-4 dapat mempengaruhi
keragaman dari struktur sel. Hal ini dapat mempotensiasi proliferasi
endotelium vaskular dan fibroblas kulit namun mengakibatkan penurunan
proliferasi astrosit manusia dewasa dan sel otot polos vaskular. Selain itu,
IL-4 menginduksi respon sitotoksik kuat terhadap tumor. Dalam sebuah
penelitian terhadap 63 pasien dengan stadium IV Non-small cell lung
cancer, data pada pengobatan dengan rekombinan IL-4 manusia
tampaknya menunjukkan kemungkinan respon terkait dosis.37 IL-4 dapat
berperan dengan menstabilkan penyakit dan memodifikasi tingkat
pertumbuhan tumor di samping untuk menginduksi penyusutan tumor dan
kematian sel tanpa menyebabkan efek samping berat, penelitian ini
menunjukkan menunjukkan peran ajuvan untuk IL-4 dalam pengobatan
penyakit ganas.
5. Interleukin-5, IL-5 (eosinophil colony-stimulating factor, EDF, TRF)
adalah sitokina sekresi sel TH yang berperan dalam perkembangan dan
diferensiasi sel B dan eosinofil. Peningkatan rasio IL-5 dilaporkan terkait
dengan asma dan sindrom hipereosinofilik, seperti eosinofilia. Tingginya
rasio IL-5 juga ditemukan pada penderita penyakit Graves dan tiroiditis
Hashimoto.
6. Interleukin-6 (Interleukin 6, Interferon beta-2, IFNB2, B cell
differentiation factor, B cell stimulatory factor 2, BSF2, Hepatocyte
stimulatory factor, HSF, Hybridoma growth factor, HGF, IL-6) adalah
sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah,
terutama pada fase infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon
peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi
sel B.dan pencerap gp130. IL-6 telah lama dianggap sebagai proinflamasi
sitokin yang diinduksi oleh LPS bersama dengan TNF-a dan IL-1. IL-6
sering digunakan sebagai penanda untuk aktivasi sistemik dari sitokin
proinflamasi. Seperti banyak sitokin lainnya, IL-6 memiliki kedua sifat,
baik proinflamasi, maupun anti-inflamasi. Meskipun IL-6 adalah
penginduksi kuat dari respon protein fase akut, ia juga memiliki sifat anti-
inflamasi.39 Bukti terbaru yang dihasilkan dari tikus yang dihilangkan IL-
6 telah menunjukkan bahwa IL-6, seperti anggota lain dari family ligan
reseptor gp130, terutama bertindak sebagai suatu sitokin anti–inflamasi.
Setelah terikat ke reseptor α spesifik, kompleks IL-6 dengan sinyal
ubiquitin unit transduksi sinyal gp130. IL-6 termasuk dalam famili dari
ligan reseptor gp130 yang meliputi IL-11, faktor inhibisi leukemia, ciliary
neurotrophic factor, oncostatin M, dan cardiotrophin-1. Karena molekul-
molekul peptida menggunakan reseptor seluler umum, mereka berbagi
banyak gambaran fisiologis yang diakibatkan oleh IL-6. IL-6 menurunkan
sintesis IL-1 dan TNF-α. IL-6 melemahkan sintesis dari sitokin
proinflamasi ketika memiliki sedikit efek pada sintesis dari sitokin anti-
inflamasi seperti IL-10 dan Transforming Growth Factor-β (TGF–β). IL-6
menginduksi sintesis dari glukokortikoid dan meningkatkan sintesis IL-1ra
dan mengeluarkan reseptor TNF larut pada sukarelawan manusia. Pada
saat yang sama, IL-6 menghambat produksi dari sitokin proinflamasi
seperti GM–CSF, IFN–γ, dan MIP–2. Hasil dari efek imunologi ini
menempatkan IL-6 diantara kelompok sitokin anti-inflamasi.
7. Interleukin-8, IL 8 adalah hormon golongan kemokina berupa polipeptida
dengan massa sekitar 8-10 kDa yang digunakan untuk proses dasar,
pengikatan heparin, peradangan dan perbaikan jaringan. Ciri khas IL-8
terdapat pada dua residu sisteina dekat N-terminus yang disekat oleh
sebuah asam amino. Tidak seperti sitokina umumnya, IL-8 bukan
merupakan glikoprotein. IL-8 diproduksi oleh berbagai macam sel,
termasuk monosit, neutrofil, sel T, fibroblas, sel endotelial dan sel
epitelial, setelah terpapar antigen atau stimulan radang (ischemia dan
trauma). Dua bentuk IL-8 (77 CXC dan 72 CXC) merupakan sekresi
neutrofil pada saat teraktivasi. Produksi IL-8 yang berlebihan selalu
dikaitkan dengan penyakit peradangan, seperti asma, leprosy, psoriasis dll.
IL-8 juga dapat menginduksi perkembangan tumor sebagai salah satu efek
angiogenik yang ditimbulkan, selain vaskularisasi. Dari beberapa
kemokina yang memicu kemotaksis neutrofil, IL-8 merupakan
chemoattractant yang terkuat. Sesaat setelah terpicu, neutrofil menjadi
aktif dan berubah bentuk oleh karena aktivasi integrin dan sitoskeleton
aktin. Basofil, sel T, monosit dan eosinofil juga menunjukkan respon
kemotaktik terhadap IL-8 dengan terpicunya aktivasi integrin yang
dibutuhkan untuk adhesi dengan sel endotelial pada saat migrasi.
8. Interleukin-10 (human cytokine synthesis inhibitory factor, TGIF, IL10A,
MGC126450, MGC126451, IL-10, CSIF) adalah sitokina yang banyak
disekresi oleh monosit, yang memiliki efek pleiotrofik pada sistem
kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10 dikenal karena
kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T,
monosit dan makrofaga.Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama
menghambat atau meniadakan respon peradangan, selain mengendalikan
perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit,
granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat
imunosupresif terhadap sel mieloid. IL-10 adalah sitokin anti-inflamasi
dalam respon imun manusia. Sitokin ini adalah inhibitor kuat dari sitokin
Th1, termasuk IL-2 dan IFN-γ. Aktivitas ini berperan untuk penunjukkan
awal sebagai faktor inhibisi sintesis sitokin.44-46 Selain aktivitasnya
sebagai sitokin linfosit Th2, IL-10 adalah juga merupakan deactivator kuat
dari sintesis sitokin pro inflamasi monosit/makrofag. IL-10 adalah
terutama disintesis oleh sel Th2 CD41, monosit, dan sel-sel B dan
bersirkulasi sebagai homodimer yang terdiri dari dua erat dikemas protein
160-asam amino proteins. Setelah melibatkan reseptor sel 110-kd yang
berafinitas tinggi, IL-10 menghambat TNF-α yang dihasilkan
monosit/makrofag, IL-1, IL-6, IL-8, IL-12, granulocyte colony-stimulating
faktor, MIP-1α, dan MIP-2α. IL-10 menghambat ekspresi permukaan sel
molekul Major Histocompatibility Complex kelas II, molekul aksesori B7,
dan pengenalan LPS dan molekul sinyal CD14. Hal ini juga menghambat
produksi sitokin oleh neutrofil dan sel Natural Killer. IL-10 menghambat
translokasi nukleus Nuclear Factor kB (NF-kB) setelah LPS stimulation
dan meningkatkan degradasi dari messenger RNA untuk cytokines
proinflamasi. Selain aktivitas tersebut, IL-10 melemahkan ekspresi
permukaan dari reseptor TNF dan meningkatkan pelepasan reseptor TNF
ke dalam sirkulasi sistemik.IL-10 mudah terukur dalam sirkulasi pada
pasien dengan penyakit sistemik dan berbagai kondisi inflamasi. IL-10
harus tersedia dalam konsentrasi yang memadai untuk memiliki pengaruh
fisiologis pada respon host terhadap inflamasi sistemik. Telah dibuktikan
bahwa pasien yang mengekspresikan tingkat tinggi dari IL-10 dan
mengurangi TNF-α lebih mungkin untuk meninggal akibat
meningococcemia dan berbagai infeksi komunitas lainnya.Respon IL-10
yang tidak memadai secara fisiologis setelah injuri sistemik mungkin juga
memiliki konsekuensi yang merugikan. Konsentrasi paru yang rendah dari
IL-10 pada pasien dengan Acute Lung Injury menunjukkan bahwa ARDS
lebih mungkin untuk dikembangkan. Administrasi IL-10 pada model
hewan eksperimen endotoksemia meningkatkan survival.50 Relawan
manusia yang diberikan IL-10 setelah kesulitan endotoxin menderita lebih
sedikit gejala sistemik, respon neutrofil, dan produksi sitokin
dibandingkan subjek kontrol yang diber placebo. Selain itu, tikus yang
memiliki delesi genetik dari gen IL-10 lebih rentan terhadap shock yang
diinduksi endotoksin dibanding tikus normal. IL-10 pada umumnya
melindungi host dari inflamasi sistemik setelahinjuri yang diinduksi
toksin, tetapi membuat host rentan untuk mati dari infeksi luar biasa dalam
berbagai studi eksperimental.60,61 Pengamatan ini harus dipertimbangkan
ketika memberikan sitokin anti-inflamasi pada kedokteran klinik.Tikus
yang mengalamai knockout IL-1- secara spontan berkembang menjadi
Enteritis Inflamasi Kronik yang menyerupai Inflammatory bowel disease
pada manusia. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi endogen IL-10
penting dalam membatasi respon inflamasi terhadap bakteri terkait usus.
Untuk alasan ini, IL-10 sedang dalam uji klinis sebagai terapi anti–
inflamasi untuk Inflammatory bowel disease di antara indikasi potensi
lainnya
9. Interleukin 11, IL-11 adalah sitokin peptida nonglycosylated 178-asam
amino yang awalnya terisolasi dari hematopoietik microenvironment. IL-
11 memiliki banyak sifat IL-6, termasuk penggunaan umum dari kompleks
ligan reseptor gp130 sebagai jalur sinyal transduksi. IL-11 berikatan
dengan reseptor α IL-11 yang unik dan kemudian kompleks dengan
membran sel gp130 dari sel target. IL-11 pada awalnya digambarkan
sebagai faktor pertumbuhan hematopoietik dengan aktivitas khusus dalam
stimulasi dari thrombopoiesis. IL-11 baru-baru ini telah disetujui untuk
penggunaan klinis sebagai agen restoratif trombosit setelah supresi
sumsum tulang akibat induksi kemoterapi. Hal ini telah menjadi jelas
bahwa IL-11 memiliki aktivitas imunoregulator pentingyang terpisah dari
faktor pertumbuhan hematopoietik kuat. IL-11 telah terbukti untuk
melemahkan IL-1 dan sintesis TNF dari makrofag dengan meningkatkan
regulasi inhibisi sintesis NF–kB dalam macrophage/monocyte cell line.
Penghambatan NF-kB mencegah NF-kB dari translokasi ke inti dimana
fungsi NF-kB sebagai aktivator transkripsi untuk sitokin proinflamasi. IL-
11 juga telah dibuktikan untuk menghambat sintesis dari IFN–γ dan IL-2
oleh sel T CD4+. Fungsi IL-11 sebagai sitokin tipe Th2, dengan induksi
IL-4 dan penghambatan sitokin tipe Th1. IL-11 tidak menginduksi sintesis
IL-10 atau TGF–β. Hal ini mengindikasikan bahwa IL-11 adalah inhibitor
langsung dari limfosit Th1 dan tidak beraktivitas secara tidak langsung
melalui induksi IL-10. IL-11 jarang terukur dalam sirkulasi sistemik tetapi
telah terdeteksi dan aktif secara fisiologis di daerah lokal peradangan,
seperti arthritis inflamasi atau inflammatory bowel disease. IL-11 saat ini
sedang dalam uji klinis sebagai imunomodulator untuk sejumlah inidikasi
klinis yang berpotensi
10. Interleukin 12, IL-12 adalah sejenis sitokina yang biasanya disekresi oleh
DC, MAC dan sel B limfoblastoid (NC-37), sebagai respon terhadap
stimulasi antigen. IL-12 disebut juga sebagai faktor stimulan sel T, karena
berperan dalam diferensiasi sel T CD4 menjadi sel TH0 yang kemudian
berkembang menjadi sel TH1. Sel T efektor yang memproduksi IL-12
disebut sel T CD30. IL-12 juga stimulan bagi sitokina IFN-γ dan TNF-α.
Stimulasi IFN-γ dilakukan dengan mengurangi efek sitokina IL-4 yang
menjadi regulator IFN-γ. Lebih lanjut, produksi IFN-γ akan meningkatkan
kadar IP-10 yang bersifat anti-angiogenik (menghambat pertumbuhan
pembuluh darah baru).
11. Interleukin-13, IL-13 adalah sebuah protein dengan fungsi sitokina yang
disekresi berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis
IL-13, seperti halnya IL-4, terkait dengan sebuah faktor transkripsi yaitu
STAT6. IL-13, sebuah modulator in vitro dari monosit manusia dan
fungsi sel B, yang disekresikan oleh Limfosit T yang teraktivasi. Sitokin
ini adalah protein nonglikosilasi 132-asam amino dengan berat molekul
sekitar 10 kd. Gen IL-13 manusia telah dipetakan di dekat gen IL-4
sepanjang 4.5–kilobase urutan DNA pada kromosom 5q31, menunjukkan
asal-usul yang umum. IL-13 dan IL-4 memiliki reseptor seluler umum
(Reseptor tipe 1 IL-4), dan ini berperan untuk banyaknya persamaan
antara kedua sitokin anti-inflamasi ini. IL-4 dan IL-13 hanya berbagi 20%
sampai 25% homologi asam amino utama, tetapi regio α-heliks utama
yang sangat penting untuk aktivitas mereka sangat homologous.Perbedaan
fungsional utama antara IL-4 dan IL-13 terletak pada efek mereka pada sel
T. IL-4 adalah mediator yang dominan pada diferensiasi, proliferasi, dan
aktivitas sel Th2, sedangkan IL-13 memiliki efek minimal pada fungsi sel-
T.IL-13 dapat menurunkan produksi TNF, IL-1, IL-8, dan MIP-1α oleh
monosit dan mempunyai efek mendalam pada ekspresi molekul
permukaan pada monosit dan makrofag. IL-13 meningkatkan ekspresi
permukaan sel dari β2 integrin dan antigen Major Histocompatibility
Complex (MHC) kelas II dan menurunkan ekspresi CD14 dan reseptor
Fcγ. IL-13 menghambat aktivasi NF-kB pada makrofag dan melindungi
dari kematian yang diinduksi LPS pada hewan models.IL-13
menekanLung Inflammatory Injury setelah deposisi kompleks imun IgG.
Administrasi eksogen dari sitokin anti-inflamasike dalamparu-parutikus
setelah deposisi kompleks imunIgGmengungkapkan bahwa aktivitas
inhibitor terbesar ditunjukkan oleh IL-13 dan IL-10, diikuti oleh IL-4 dan
IL-6. Peran potensial dariIL-13 di kedokteran klinismasih harus
didefinisikan.
2. Pengobatan Imunodefisiensi
Sitokin juga telah digunakan untuk mengobati penyakit
imunodefisiensi, dengan meningkatkan aktivasi sel T. Beberapa sitokin
telah digunakan dengan hasil klinik yang bervariasi, yaitu : EL-2, IFN-
gamma, dan TNF-alfa.
3. Pengobatan Kanker
Pasien penderita kanker juga dapat memanfaatkan sitokin dalam
terapi tumor yang menggunakan sel LAK (lymphokine-activated killer).
Dengan cara kultur, sel NK atau sel T sitotoksik dengan penambahan
konsentrasi tinggi IL-2, menurunkan sel efektor dengan aktivitas anti-
tumor yang potensial. Juga telah dicoba penggunaan antibodi untuk
menetralkan aktivitas sitokin pada pengobatan kanker tertentu. Hal yang
mudah dicapai dengan leukemia sel, memberikan semangat untuk
mencoba dengan antibodi native maupun antibodi yang dikonjugasi
dengan toxin. Pada satu subset leukemia, leukemia sel T pada orang
dewasa, antibodi terhadap DL-2R rantai alfa (anti-CD25, juga dikenal
sebagai anti-Tac), telah memperlihatkan induksi respon terapeutik pada
pasien yang ketiga yang diberi pengobatan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran