Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FITOKIMIA

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

OLEH :

NAMA : ANDI SITTI ZAENAB SYUKRIADI

NIM : F1F1 13 086

KELAS : FARMASI B

FAKULTAS FARMASI

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas karunia dan rahmatnya sehingga Makalah Fitokimia ini dapat saya selesaikan
dengan baik dan lancar.
Penulis Makalah Fitokimia ini jauh dari kata sempurna, mengingat
keterbatasan waktu, tenaga, dan kemampuan yang ada sehingga kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Semoga, Makalah Fitokimia ini memberikan manfaat yang berguna bagi
pembaca, terutama penulis sendiri sebagai salah satu upaya perbaikan dalam
proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.

Kendari, Oktober 2014

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bumi merupakan tempat tinggal bagi kehidupan umat manusia. Tidak
hanya manusia saja, di dalamnya juga terdapat hewan, tumbuhan beserta segala
benda yang tidak hidup pula. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup
yang banyak ditemukan di bumi.
Tiap tumbuhan memiliki karakteristik masing-masing, baik itu dari segi
manfaat, kandungan senyawa ataupun jenis tanamannya. Pengobatan tradisional
yang berasal dari tanaman merupakan manifestasi dari partisipasi aktif masyarakat
dalam menyelesaikan problematika kesehatan dan telah diakui peranannya oleh
berbagai bangsa dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. WHO
merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Hal ini menunjukan
dukungan WHO untuk back to nature.
Salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan
manusia adalah Kunyit (Curcuma domestica). Tanaman kunyit dalam bahasa latin
disebut Curcuma domestica atau Curcuma longa, sedangkan dalam bahasa inggris
disebut turmeric, telah lamadigunakan sebagai ramuan obat tradisional misalnya
untuk radang, mencret, sakit perut, sakit kuning, gastritis, ulkus lambung. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan membahas tentang aspek biologi, kimia dan
farmakologi dari kunyit.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1. Bagaimanakah aspek biologi dari tanaman kunyit ?
2. Bagaimanakah aspek pertanian dari tanaman kunyit ?
3. Bagaimanakah aspek kimia dari tanaman kunyit ?
4. Bagaimanakah aspek farmakologi dari tanaman kunyit ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek biologi dari tanaman kunyit ?
2. Untuk mengetahui aspek pertanian dari tanaman kunyit ?
3. Untuk mengetahui aspek kimia dari tanaman kunyit ?
4. Untuk mengetahui aspek farmakologi dari tanaman kunyit ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASPEK BIOLOGI
Deskripsi

Habitus berupa semak dengan tinggi ±70 cm. Batang semu, tegak, bulat,
membentuk rimpang. Berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal, berbentuk
lanset memanjang. Helai daun tiga sampai delapan. Ujung dan pangkal daun
runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun
menyirip. Daun berwarna hijau pucat. Bunga majemuk, berambut, bersisik.
Panjang tangkai 16-40 cm. Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1±cm, berwarna
kuning. Kelopak silindris, bercangap tiga, tipis dan berwarna ungu. Pangkal
daun pelindung putih. Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda
(Badan POM RI, 2008).

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma domestica Val.
Nama umum : Kunyit
Nama daerah : Kakunye (enggano); Kunyet (Adoh); Kuning (Gayo);
Kunyit (alas); Hunik (Batak); Odil (Simalur); Undre (nias); Kunyit
(Lampung); Kunyit (Melayu); Kunyir (Sunda); Kunir (Jawa Tengah); Temo
Koneng (Madura); Kunit (Banjar); Henda (Ngayu); Kunyit (Olon Manyan);
Cahang (Dayak); Panyambung Dio (Panihing); Kalesiau (Kenya); Kunyit
(Tidung); Kunyit (Sasak); Huni (Bima); Kaungi (Sumba Timur); Kunyi
(Sumba Barat); Kewunyi (Sawu); Koneh (Flores); Kuma (Solor); Kumeh
(Alor); Kunik (Roti); Hunik Kunir (Timor); Uinida (Talaud); Kuni (Sangir);
Alawaha (Gorontalo); Kolalagu (Buol); Pagidon (Toli-toli); Kuni (Toraja);
Kunyi (Ujungpandang); Kunyi (Selayar); Unyi (Bugis); Kuni (Mandar);
Kurlai (Leti); Lulu Malai (Babar); Ulin (Tanimbar); Tun (Kayi); Unin
(Ceram); Kunin (Seram Timur); Unin (ambon); Gurai (Halmahera); Garaci
(Ternate); Rame (Kapaur); Kandeifa (Nufor); Nikwai (Windesi); Mingguai
(Wandamen); Yaw (Arso) (Badan POM RI, 2008).

B. ASPEK PERTANIAN
Indonesia sebagai sebuah negara yang terletak di wilayah tropis, memiliki
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.Tidak kurang sekitar 30.000 spesies
tumbuhan tersebar di hutan tropis Indonesia. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600
spesies diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 300 spesies yang telah dimanfaatkan
sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. Trend gaya hidup kembali ke
alam (back to nature)yang berkembang di masyarakat membuat obat-obatan
berbahan baku tanaman obat semakin diminati. Nilai pasar tanaman obat di dalam
negeri relatif tinggi dan menunjukkan kecenderungan meningkat. Salah satu jenis
tanaman obat yang patut mendapat perhatian adalah tanaman kunyit (Curcuma
domestica Val.) Kunyit merupakan tanaman yang mempunyai potensi cukup
tinggi untuk dibudidayakan (Devi dan Abdul, 2013).
Penerapan teknologi budidaya yang mengacu kepada SPO yang dimulai
dari pemilihan jenis, varietas unggul/harapan, lingkungan tumbuh, pembenihan,
pengolahan lahan, cara tanam, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit, cara
panen dan pengolahan pasca panen akan menghasilkan bahan baku yang bermutu
tinggi dan terstandar. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan (Rahardjo
dan Rostiana, 2005).
Persiapan lahan
Tanah diolah agar menjadi gembur, diupayakan agar drainase sebaik
mungkin, sehingga tidak terjadi penggenangan air pada lahan, oleh karena itu
perlu dibuat parit-parit pemisah petak. Ukuran petak, lebar 2 – 3 m dengan
panjang petak disesuaikan dengan kondisi di lapangan (Rahardjo dan Rostiana,
2005).
Jarak tanam
Jarak tanam kunyit bervariasi antara 50 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm, 40
cm x 40 cm atau 50 cm x 60 cm, pada sistem budidaya monokultur. Apabila
tanaman akan ditanam secara pola tumpang sari dengan tanaman sisipan kacang
tanah atau cabe rawit, maka jarak tanamnya menggunakan 75 cm x 50 cm
(Rahardjo dan Rostiana, 2005).
Pola tanam
Tanaman kunyit bisa juga ditanam dengan sistem pola tumpangsar dengan
kacang tanah, dengan menggunakan jarak tanam antar barisan lebih lebar yaitu 75
cm dan jarak dalam barisan 50 cm. Tanaman kacang tanah atau cabe rawit
ditanam bersamaan dengan menanam kunyit, pada umur 3 BST kacang tanah
sudah dapat dipanen dan umur 2 bulan cabe rawit sudah mulai menghasilkan.
Tumpang sari dengan kacang tanah dapat menambah kesuburan tanah khususnya
dapat menambah unsur N tanah (Rahardjo dan Rostiana, 2005).
Pemupukan
Pupuk kandang 10 – 20 ton/ha sebagai pupuk dasar diberikan pada saat
tanam. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl, dengan dosis masing-masing 100 kg, 200 kg
dan 200 kg/ha untuk pola monokultur, serta 200 kg/ha, untuk pola tumpangsari.
Pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam dan Urea diberikan menjadi 2
bagihan yaitu pada umur 1 dan 3 bulan setelah tanaman tumbuh (Rahardjo dan
Rostiana, 2005).
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pembumbunan, untuk
menghindari adanya kompetisi perolehan zat hara dengan gulma dan menjaga
kelembaban, suhu dan kegemburan tanah. Pembumbunan dilakukan juga untuk
memperbaharui saluran drainase pemisah petak, tanah dinaikkan ke petak-petak
tanam, biasanya dilakukan setelah selesai penyiangan (Rahardjo dan Rostiana,
2005).
Pengendalian organisme pengganggu tanaman
Jarang terjadi serangan hama dan penyakit. Namun untuk menghindari
munculnya serangan perlu diantisipasi dengan cara pencegahan. Tindakan-
tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit busuk rimpang yang
disebabkan oleh Ralstonia solanacearum, dilakukan dengan cara penggunaan
benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari pelukaan (rimpang
diberi abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma,
pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak
melalui petak sehat, inspeksi kebun secara rutin (Rahardjo dan Rostiana, 2005).

C. ASPEK KIMIA
Rimpang kunyit mengandung kurkuminoid sekitar 10%, kurkumin 1-5%,
dan sisanya terdiri atas demektosikurkumin serta bisdemetoksi-kurkumin.
Komponen yang terpenting dari umbi kunyit adalah zat warna kurkumin dan
minyak atsirinya. Kurkumin merupakan zat warna yang Kunyit merupakan salah
satu bahan baku produk herbal yang banyak penggunaannya di Indonesia.
Komponen utama kunyit yang diketahui memiliki berbagai aktivitas adalah
kurkumin, antara lain anti virus, anti jamur, anti oksidan, anti kanker, antibiotik
dan antiseptik, anti inflamasi, anti diabetes, anti imunodefisiensi, anti aging,
neuroprotective, anti koagulan, dan menurunkan lipid darah (Harjanti, 2008).
Kurkumin atau seringkali juga disebut sebagai kurkuminoid adalah suatu
campuran yang kompleks berwarna kuning oranye yang diisolasi dari tanaman
dan memiliki efek terapeutik. Kurkumin sebenarnya terdiri dari tiga macam
kurkumin, yaitu kurkumin I (deferuloyl methane), kurkumin II desmethoxy-
kurkumin (feruloyl-p-hydroxy-cinnamoylethane) dan kurkumin III
(bisdesmethoxy-kurkumin (bis-(p-hydroxycinnamoyl)-methane) (Bermawie dkk).

Gambar 1. Struktur kurkuminoid (Setyowati dan Suryani, 2013)

D. ASPEK FARMAKOLOGI
Penggunaan tanaman untuk pengobatan telah lama dikenal oleh
masyarakat. Usaha pengembangan tanaman untuk pengobatan perlu dilakukan
mengingat bahwa tanaman mudah diperoleh dan murah. Tetapi penggunaan
tanaman untuk pengobatan perlu ditunjang oleh data-data penelitian dari tanaman
tersebut sehingga khasiatnya secara ilmiah tidak diragukan lagi dan dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini tentu akan lebih mendorong penggunaan tanaman
sebagai obat secara meluas oleh masyarakat (Soemiati dan Elya, 2002).
Kunyit (Curcuma domestica, Val) merupakan tanaman tradisional yang
sudah dikenal luas dan sudah lama digunakan oleh masyarakat. Kurkumin
dilaporkan mempunyai aktivitas multiseluler karena dapat menangkal dan
mengurangi risiko beragam penyakit antara lain antiproliferasi dan antioksidan
dengan menghambat 97,3% aktivitas peroxidasi lipid seluler,6 mengikat berbagai
jenis protein sel dan menghambat aktivitas enzim kinase, pengaturan aktivitas
factor transkripsi seluler, ekspresi enzim inflamasi, sitokin, adesi molekul,
penurunan siklin D1, siklin E dan mekanisme peningkatan ekspresi gen p21, p27
dan p53 dalam proses karsinogenesis.7 Senyawa aktif kurkumin dari hasil
ekstraksi rimpang kunyit dapat menurunkan aktifitas sekresi Tumor Necrosis
Factor-α (TNF-α) pada penderita osteoartritis,8 sedangkan minyak atsiri hasil
destilasi uap rimpang kunyit dilaporkan mempunyai senyawa aktif bergugus
molekul serupa kurkumin yang berkhasiat anti radang pada edema sendi tarsal
tikus (Muniroh dkk, 2010).
Saat ini, antioksidan dalam bahan pangan dan minuman dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit antara lain kanker, tumor, jantung, ginjal dan
kencing manis. Senyawa-senyawa yang telah diketahui mampu bersifat
antioksidan antara lain stilbena, asam-asam galat, elagat, kumarat, flavonoid dan
kurkuminoid. Kurkuminoid terdapat dalam rimpang temulawak dan kunyit
(Setyowati dan Suryani, 2013).
Kunyit merupakan juga diketahui memiliki berbagai aktivitas adalah
kurkumin, antara lain anti virus, anti jamur, anti oksidan, anti kanker antibiotik
dan antiseptik, anti inflamasi, anti diabetes, anti imunodefisiensi, anti aging,
neuroprotective, anti koagulan, menurunkan lipid darah (Azizah dan Salamah,
2013).
Curcuma domestica Val. (kunyit) merupakan salah satu obat
tradisional.yang memiliki banyak kegunaan, antara lain berkhasiat untuk
meluruhkan, dan memperlancar haid, serta dapat meningkatkan produksi ASI
(Kusmana dkk, 2007).
Bagian dari kunyit yang terutama dimanfaatkan adalah rimpangnya yaitu
banyak dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, bahan pewarna
tekstil, bumbu penyedap masakan, rempah-rempah, dan bahan kosmetik. Manfaat
rimpang kunyit sebagai obat tradisional antara lain untuk obat gatal, kesemutan,
gusi bengkak, luka, sesak napas, sakit perut, bisul, kudis, encok, sakit kuning,
memperbaiki pencernaan, antidiare, penawar racun, dan sebagainya (Hartono dkk,
2005).
Kandungan kurkumin kunyitmempunyai fungsi sebagai antibakteri dan
antioksidan. Kurkumin yang terkandung di dalam kunyit memiliki khasiat yang
dapat mempengaruhi nafsu makan karena dapat mempercepat pengosongan isi
lambung sehingga nafsu makan meningkat dan memperlancar pengeluaran
empedu sehingga meningkatkan aktivitas saluran pencernaan (Putri dkk, 2010).
Kunyit (Curcuma domestica Val.) bermanfaat Menghentikan pendarahan,
obat gatal, radang umbai usus buntu, radang rahim, keputihan, Obat sakit perut
dan gangguan liver (Syarif dkk, 2011).
Kandungan utama kunyit adalah minyak atsiri dan kurkuminoid. Kunyit
mengandung minyak atsiri keton sesquiterpena yaitu turmeron dan artumeron.
Senyawa-senyawa yang terkandung dalam kunyit memiliki aktifitas biologis
sebagai anti bakteri, antioksidan dan anti hepatotoksik. Penggunaankunyit sebagai
anti fungi telah dilakukan terhadap beberapa jenis jamur diantaranya Fusarium
udum, Coletotrichum falcatum Went, Fusarium moniliforme J. Xanthomonas
axonopodispv.Manihotis dan Alternaria solani. Hasil dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam kunyit
dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur, sehingga kunyit dapat dijadikan
sebagai pengendali penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur (Nurhayati dkk,
2006).
Kunyit mengandung zat aktif kurkumin yang dapat berfungsi sebagai
antibakteri dan kandungan zat fitokimia yang biasa disebut demetoksikurkumin,
yang dapat menigkatkan sekresi empedu, memperbaiki fungsi hati, memperbaiki
tampilan limfosit darah dan menjaga daya tahan tubuh (Kaselung dkk, 2014).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Aspek biologi dari tanaman kunyit. Kunyit merupakan family dari
Zingiberaceae mememiliki ciri biologi seperti habitus berupa semak dengan
tinggi ±70 cm. Batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang. Berwarna
hijau kekuningan. Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang. Helai daun
tiga sampai delapan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, panjang 20-
40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun menyirip. Daun berwarna hijau
pucat. Bunga majemuk, berambut, bersisik. Panjang tangkai 16-40 cm.
Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1±cm, berwarna kuning. Kelopak silindris,
bercangap tiga, tipis dan berwarna ungu. Pangkal daun pelindung putih.
Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda
2. Aspek pertanian dari tanaman kunyit. Kunyit merupakan salah satu tanaman
dari famili Zingiberaceae yang sudah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia sebagai bahan baku obat tradisional. Kunyit tumbuh secara liar
dan dibudidayakan di beberapa negara seperti India, Pakistan, Indonesia,
Cina selatan, Afrika dan Amerika selatan.
3. Aspek kimia dari tanaman kunyit. Rimpang kunyit mengandung
kurkuminoid sekitar 10%, kurkumin 1-5%, dan sisanya terdiri atas
demektosikurkumin serta bisdemetoksi-kurkumin. Komponen yang
terpenting dari umbi kunyit adalah zat warna kurkumin dan minyak
atsirinya.
4. Aspek farmakologi dari tanaman kunyit. Kunyit (Curcuma domestica, Val)
merupakan tanaman tradisional yang sudah dikenal luas dan sudah lama
digunakan oleh masyarakat seperti anti virus, anti jamur, anti oksidan, anti
kanker antibiotik dan antiseptik, anti inflamasi, anti diabetes, anti
imunodefisiensi, anti aging, neuroprotective, anti koagulan, menurunkan
lipid darah, menghentikan pendarahan, obat gatal, radang umbai usus buntu,
radang rahim, keputihan, meluruhkan, dan memperlancar haid, serta dapat
meningkatkan produksi ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, B., dan Salamah, N., 2013, Standarisasi Parameter Non Spesifik Dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol Dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 3, No. 1, Yogyakarta.

Badan POM RI, 2008, Curcuma domestika Val., Direktorat Obat Asli Indonesia.

Bermawie, N., Rahardjo, M., Wahyuno, D., dan Ma’mun, 2013, Status Teknologi
Budidaya Dan Pasca Panen Tanaman Kunyit Dan Temu Lawak Sebagai
Penghasil Kurkumin, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Harjanti, R.S., 2008, Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica


val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri, Jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 2, Yogyakarta.

Kaselung P.S., Montong, M.E.K., Sarayar, C.L.K., dan Saerang, J.L.P., 2014,
Penambahan Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val), Rimpang
Temulawak (Curcuma Xanthorriza Roxb) Dan Rimpang Temu Putih
(Curcuma Zedoaria Rosc) Dalam Ransum Komersial Terhadap Performans
Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica), Jurnal Zootek (“Zootrek”
Journal ), Vol. 34 No. 1, Manado.

Kusmana, D., Lestari, R., Setiorini, Dewi, P.R., Ratri, P.R., dan Soraya, R.R.R.,
2007, Efek Estrogenik Ekstrak Etanol 70% Kunyit (Curcuma domestica
VAL.) Terhadap Mencit (Mus musculus L.) Betina Yang Diovariektomi,
MAKARA, SAINS, Vol. 11, No. 2, Depok.

Muniroh, L.,Martini, S., Nindya, T.S.,Solfaine, R., 2010, Minyak Atsiri Kunyit
Sebagai Anti Radang Pada Penderita Gout Artritis Dengan Diet Tinggi
Purin, MAKARA, KESEHATAN, Vol. 14, No. 2, Surabaya.

Nurhayati, I., Syulasmi, A., Hamdiyati, Y., 2006, Aktivitas Antifungi Ekstrak
Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Jamur Alternaria
porri Ellis Secara In Vitro, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Putri, R.A., Busono, W., Dan Widodo, E., 2010, Effect Of Turmeric Extract
(Curcuma Domestica Val) On Percentage Of Carcass, Percentage Of
Abdominal Fat and Meat Cholesterol Levels In Hybrid Ducks, University
Of Brawijaya, Malang.

Rahardjo, M., dan Rostiana, O., 2005., Budidaya Tanaman Kunyit, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatika, Sirkuler, No. 11.

Rustam, E., Atmasari, I., dan Yanwirasti, 2007, Efek Antiinfflamasi Ekstrak
Etanol (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar,
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 2, Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.

Soemiati, A., dan Elya, B., 2002, Uji Pendahuluan Efek Kombinasi Antijamur
Infus Daun Sirih (Piper betle L.), Kulit Buah Delima (Punica granatum L.)
dan Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Terhadap Jamur Candida
Albicans, MAKARA SERI SAINS, Vol. 6, No. 3, UI Depok Indonesia.

Setyowati, A., dan Suryani, C.L., 2013, Peningkatan Kadar Kurkuminoid Dan
Aktivitas Antioksidan Minuman Instan Temulawak Dan Kunyit,
AGRITECH, Vol. 33, No. 4,Yogyakarta.

Shukla, A.C., Pandey, K.P., Mishra, R.K., Dikshit, A., dan Shukla, N., 2011,
Broad Spectrum Antimycotic Plant As A Potential Source Of Therapeutic
Agent, Journal of Natural Products, Vol. 4, India.

Syarif, P., Suryotomo, B., dan Soeprapto, H., 2011, Diskripsi Dan Manfaat
Tanaman Obat Di Pedesaan Sebagai Upaya Pemberdayaan Apotik Hidup
(Studi Kasus Di Kecamatan Wonokerto), Fakultas Perikanan Univeritas
Pekalongan.

Anda mungkin juga menyukai