Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA

TANAMAN BIOFARMAKA KUNYIT (Curcuma domestica Val.)

Eva Qurniasi 05091281823023


Heni Pratiwi 050911818230
Khairani 050911818230

PROGRAM STUDI AGRONOMI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Budidaya Tanaman Hortikultura tentang
“Tanaman Biofarmaka Kunyit” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan Makalah Budidaya
Tanaman Hortikultura tentang “Tanaman Biofarmaka Kunyit”. Disamping itu,
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kamu selama pembuatan laporan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
laporan ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, laporan
yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya

Indralaya, 19 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40.000 jenis
flora yang tumbuh di dunia, 30.000 diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26%
telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan.
Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat
tradisional.
Pemakaian tanaman obat dalam 10 tahun terakhir ini cenderung meningkat
sejalan denganberkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi,
kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya
dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami
pengolahan apapun). Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah,
terna, dan kulit batang (Febriani, 2011).
Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya
pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu
masakan, jamu, atau obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit sering
digunakan dalam masakan sejenis gulai dan juga digunakan sebagai pewarna
alamiah masakan/makanan agar berwarna kuning (Agoes, 2010).
Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengingat
kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu.
Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk
menambah devisa Negara.
Untuk menjaga kelestarian hidup dan menjamin suplai bahan baku bagi
kebutuhan industri obat tradisional maka perlu dikembangkan system budidaya
tanaman obat yang sesuai dengan agroekosistem. Kunyit telah dikenal di kalangan
industri jamu/obat tradisional dan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
ramuan jamu (Febriani, 2011)
Kunyit, Curcuma longa L. (Zingiberaceae) adalah tanaman tropis yang
banyak terdapat di benua Asia yang secara ekstensif dipakai sebagai zat pewarna
dan pengharum makanan. Kunyit adalah sejenis tumbuhan yang dijadikan bahan
rempah yang memberikan warna kuning cerah. Kunyit juga digunakan sebagai
bahan pewarna, obatan dan perasa sejak 600 SM. Kunyit dianggapkan sebagai
salah satu herba yang sangat bernilai kepada manusia (Shan dan Yoppi, 2018).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui cara budidaya
tanaman kunyit, morfologi, sejarah, jenis-jenis dari tanaman kunyit serta hama
dan penyakit tanaman kunyit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kunyit


Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur
dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada
ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari
India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada
tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai
jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini
banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan,
Indonesia (Jawa), dan Filipina (Ika, 2015).
Habitat asli tanaman ini meliputi wilayah asia khususnya asia tenggara.
Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia,
Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap bangsa Asia umumnya pernah
mengonsumsi tanaman rempah ini. Baik sebagai pelengkap bumbu masak, jamu
atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan (Arisandi dalam Ika, 2015).
Ketersediaan tanaman kunyit di Indonesia bisa dibilang sangat melimpah.
Tanaman ini bisa dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia. Terutama di
pulau Jawa. Dan biasanya tumbuh  di daerah tropis dan subtropis termasuk
Thailand, Maalaysia, dan kawasan Asia Tenggara lain. Di Indonesia, sentra
penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi mencapai 12.323 kg/ha.
Untuk mendapatkan kunyit sangat mudah karena hampir disemua pasar-pasar
tradisional maupun di swalayan banyak dijumpai penjual–penjual kunyit.
Awalnya tanaman ini merupakan tanaman yang tumbuh di daerah hutan dan
lahan-lahan kosong. Namun Indonesia, tanaman ini umumnya sudah mulai
dijadikan sebagai tanaman obat keluarga bersama jahe, kencur, dan lain-lain yang
banyak ditanam di pekarangan rumah (Ika, 2015).
Kunyit (Curcuma domestica Val.) termasuk salah satu tanaman rempah dan
obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami
persebaran ke daerah Indo-Malaysia, Indonesia, Australia, bahkan Afrika. Kunyit
(Curcuma domestica Val) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat, habitat
asli tanaman ini meliputi wilayah Asia khususnya Asia Tenggara.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit
dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris),
kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), kunir (Jawa), koneng
(Sunda), konyet (Madura) (Tika, 2018)

2.2 Jenis-Jenis Tanaman


Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C.
Longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling
terkenal dari jenis kunyit lainnya.Beberapa jenis kunyit yang ada di Indonesia dan
biasa digunakan di masyarakat sebagai obat tradisional/jamu.
2.2.1 Temu Mangga
Temu mangga (Curcuma mangga Val.van Zip.) famili Zingiberaceae
merupakan tanaman asli daerah Indo-malesian, tersebar dari Indo-China, Taiwan,
Thailand, Pasifik hingga Australia Utara. Beberapa nama daerah adalah Temu
mangga, kunyit putih, kunir putih, temu bayangan, temu poh (Jawa), temu pao
(Madura), temu mangga, temu putih (Melayu), koneng joho, koneng lalap,
konneng pare, koneng bodas (Sunda), dan nama asingnya adalah temu pauh
(Malaysia), kha min khao (Thailand). Dinamakan temu mangga karena aroma
rimpangnya spesifik seperti aroma mangga, dapat dikonsumsi sebagai simplisia
(diiris, dikeringkan dan direbus) instant, asinan, permen/manisan, sirup, selai,
lalapan (rimpang segar), dan botokan.
Tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) merupakan tanaman semak
berumur tahunan. Tanaman ini mempunyai tinggi 50-75 cm, bentuk batang semu
yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Daun berwarna hijau, berbentuk seperti
mata lembing bulat lonjong di bagian ujung dan pangkalnya. Panjang daun 30-60
cm dengan lebar daun 7,5-12,5 cm, tangkai daunnya panjang sama dengan
panjang daunnya. Permukaan atas dan bawah daun agak licin, tidak berbulu.
Tanaman ini mempunyai bunga majemuk berbentuk bulir yang muncul dari
bagian ujung batang. Mahkota bunga berwarna kuning mudaatau hijau keputihan,
panjang 2,5 cm. Kunyit putih memiliki rimpang berbentuk bulat, renyah, dan
mudah dipatahkan. Kulitnya dipenuhi semacam akar serabut yang halus hingga
menyerupai rambut. Rimpang utamanya keras, bila dibelah tampak daging buah
berwarna kekuning-kuningan di bagian luar dan putih kekuningan di bagan
tengahnya. Rimpang berbau aromatis seperti bau mangga, dan rasanya mirip
mangga sehingga masyarakat menyebutnya temu mangga (Ika, 2015)

2.2.2. Temu Putih


Curcuma zedoaria (Rosc), di Indonesia disebut temu putih, temu kuning.
Menurut Hong, Kim, Lee, tumbuhan ini berasal dari Himalaya, India, dan
terutama tersebar di negara-negara Asia meliputi China, vietnam, dan Jepang.
Curcuma zedoaria (Rosc) tumbuh liar di Sumatra (Gunung Dempo), di hutan jati
Jawa Timur, banyak dijumpai di Jawa Barat dan Jawa Tengah, di ketinggian
sampai 1000 dpl. Tumbuhan ini berupa terna tahunan, tinggi mencapai 2 m,
tumbuh tidak berkelompok. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna merah
lembayung di sepanjang tulang tengahnya. Bunga keluar dari rimpang samping,
menjulang ke atas membentuk bongkol bunga yang besar. Mahkota bunga
berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna
putih atau kuning muda, rasa sangat pahit (Ika, 2015)

2.3 Botani Tanaman Kunyit


2.3.1 Klasifikasi Tanaman Kunyit
Klasifikasi Tanaman Kunyit sebagai berikut (Hapsoh dan Hasanah, 2011)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.

2.3.2 Akar
Kunyit mampu membentuk rimpang, berwarna oranye, bila tua dan tunas
mudanya berwarna putih, membentuk rumpun yang rapat. Berakar serabut
berwarna coklat muda. Kunyit yang mempunyai nama latin Curcuma domestica
Val. merupakan tanaman yang mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan
ukuran 20-25 gram stek. Bibit rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan
baik di tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000
mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan
rimpang yang lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit
berwarna kuning sampai kuning jingga.
Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau wangi aromatis dan rasanya
sedikit manis. Bagian utamanya dari tanaman kunyit adalah rimpangnya yang
berada didalam tanah. Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh
menjalar, rimpang induk biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna
jingga kekuning – kuningan (Hartati & Balittro., 2013).

2.3.3 Batang
Kunyit merupakan tanaman terna, berbatang semu, tinggi dapat mencapai 40 –
100 cm. Bentuk batangnya semu, tegak, bulat dan basah, membentuk rimpang
dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun(agak lunak).
Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang
berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan ketinggian 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau
kekuningan dan tersusun dari pelepah daun ( agak lunak).. Ujung dan pangkal
daun runcing serta tepi daun rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan
dan daging buah merah jingga kekuning-kuningan (Johani, 2010).
Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah
daun yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah karena mampu
menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan.
Tinggi batang kunyit mencapai 0,75 – 1m. Rimpang kunyit bercabang – cabang
sehingga membentuk rimpun. Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk
cabang rimpang berupa batang yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri
dari rimpang induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama
ini biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau
melengkung. Tunas berbuku – buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas
umunya banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm) Winarto Dalam Ika, 2015).
Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning
kehitaman. Warna daging rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan bau khas
yang rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan
berkembang secara terus menerus membentuk cabang – cabang baru dan batang
semu, sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm.
panjang rimpang bias mencapai 22,5 cm. tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan
rimpang muda 1,61 cm. rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian
yang dominan sebagai obat (Winarto Dalam Ika, 2015).

2.3.4 Daun
Daun tunggal, bentuk bulat telur ( lanset) memanjang hingga 10-40 cm,
lebar 8-12.5 cm dan pertulangan menyirip dengan  warna hijau pucat. Setiap
tanaman berdaun 3 – 10 helai, panjang daun beserta pelepahnya sampai 70 cm,
helaian daun berbentuk lanset memanjang, berwarna hijau dan hanya bagian atas
dekat pelepahnya berwarna agak keunguan, panjang 28 – 85 cm, lebar 10 – 25 cm.
Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun. Daun kunyit
berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar. Pertulangan daun
rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai ekor. Permukaan daun
berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 6 – 10 daun (Winarto dalam Ika,
2015).

2.3.5 Bunga
Berbunga majemuk, berambut, dan bersisik dari pucuk batang semu,
panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1.5 cm, serta berwrna
putih/ kekuningan. Bunga warnanya putih/kuning pucat, pangkal bunga warnanya
putih, berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga benang sari lainnya
berubah bentuk menjadi heli mahkota bunga (Winarto Dalam Ika, 2015).
2.5 Syarat Tumbuh
2.5.1 Iklim
Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memilikI intensitas
cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-
tempat terbuka atau sedikit naungan.
Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-
4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka
system pengairan harus diusahakan cukup & tertata baik. Budidaya Kunyit dpt
dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada
penanaman awal musim hujan. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara
19-30°C.

1. Media Tanam
Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dgn
baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah
tanah ringan dgn bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari
genangan air/sedikit basa. Tanaman kunyit tumbuh baik pada
tanah jenis latosol, aluvial dan regosol,
2. Ketinggian Tempat
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran
tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m
dpl.

3.5 Teknik Budidaya


1. Pembibitan
a. Persyaratan Bibit : Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan
rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari
tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak & hijau, kokoh,
terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah
berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, & warna seragam; memiliki kadar air
cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari
bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
b. Penyiapan Bibit : Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh
ukuran & dgn berat yang seragam serta utk memperkirakan banyaknya mata
tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dgn abu dapur/sekam atau merendam
rimpang yang dipotong dgn larutan fungisida (benlate & agrymicin) guna
menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1-3
mata tunas, dgn berat antara 20-30 gram & panjang 3-7 cm.
c. Teknik Penyemaian Bibit. Pertumbuhan tunas rimpang kunyit
dapat dirangsang dgn cara : mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau
lembab selama 1-1,5 bulan, dgn penyiraman 2 kali sehari (pagi & sore hari). Bibit
tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28°C). Selain itu menempatkan
rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28°C. & merendam bibit pada
larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan
adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) & larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang
yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada
suhu udara 35°C. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dgn jalan
direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.
d. Pemindahan Bibit Kunyit: Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada
persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5
bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan.
Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna
menghindari agar tunas yang telah tumbuh tdk rusak. Bila ada tunas/akar bibit
yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dgn hati-hati lalu letakkan bibit
dalam wadah tertentu utk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika
jarak antara tempat pembibitan dgn lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar
tetap lembab & segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah
bertunas jangan ditumpuk.
2. Pengolahan Media Tanam
a. Persiapan Lahan : Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan,
perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan utk kebun kunyit
sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
b. Pembukaan Lahan : Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma &
dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna
menggemburkan lapisan top soil & sub soil juga sekaligus
mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-
30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun
yang ada dalam tanah menguap & bibit penyakit/hama yang ada mati
karena terkena sinar matahari.
c. Pembentukan Bedengan : Lahan kemudian dibedeng dgn lebar 60-100
cm & tinggi 25-45 cm dgn jarak antar bedengan 30-50 cm.
d. Pemupukan (sebelum tanam) : utk mempertahankan kegemburan tanah,
meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, & aerasi yang lancar,
dilakukan dengan.menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam
lahan/dalam lubang tanam & dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam
membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.
2. Teknik Penanaman : Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65
ton. Maka diharapkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30
ton/ha.
a. Penentuan Pola Tanaman : Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian
ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dgn arah mata tunas
menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dgn dua pola, yaitu
penanaman di awal musim hujan dgn pemanenan di awal musim
kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan & pemanenan
dilakukan dgn dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola
tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim
penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.
b. Pembutan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat di atas
bedengan/petakan dgn ukuran lubang 30 x 30 cm dgn kedalaman 60 cm.
Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
c. Cara Penanaman : Teknik penanaman dgn perlakuan stek rimpang dalam
nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan & vegetatif kunyit, sedangkan
penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200
mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan
rimpang kunyit.
d. Perioda Tanam : Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama
seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan
karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak utk
pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda
yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal
musim hujan.
3. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman : Apabila ada rimpang kunyit yang tdk tumbuh atau
pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan
(penyulaman) rimpang lain yang masih segar & sehat.
b. Penyiangan : Penyiangan & pembubunan perlu dilakukan utk
menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air,
unsur hara & mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini
dilakukan 3-5 kali bersamaan dgn pemupukan & penggemburan tanah.
Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan &
bersamaan dgn ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang
rimpang agar tumbuh besar & tanah tetap gembur.
c. Pembubunan : Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit
pekerjaan pembubunan ini diperlukan utk menimbun kembali daerah
perakaran dgn tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat
utk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga
rimpang akan tumbuh subur & bercabang banyak. Pembubunan biasanya
dilakukan setelah kegiatan penyiangan & biasanya dilakukan secara rutin
setiap 3 – 4 bulan sekali.
5. Pemupukan :
a. Pemupukan Organik : Penggunaan pupuk kandang dapat
meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, & luas area daun kunyit
secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dgn
populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93
ton/ha.
b. Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal
penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat
tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk
organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang
& pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; & ZK 10
gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4
bulan. dgn pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak
38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dgn
pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), & K2O (75 kg/ha). Pupuk P
diberikan pada awal tanam, pupuk N & K diberikan pada awal tanam
(1/3 dosis) & sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2
bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dgn ditebarkan secara merata di sekitar
tanaman atau dalam bentuk alur & ditanam di sela-sela tanaman.
c. Pengairan & Penyiraman : Tanaman kunyit termasuk
tanaman tdk tahan air. Oleh sebab itu drainase & pengaturan pengairan
perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan
air sehingga rimpang tidak .membusuk. Perbaikan drainase baik untuk
melancarkan & mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat
musim kemarau.
d. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida
dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
e. Pemulsaan : Sedapat mungkin pemulsaan dgn jerami
dilakukan diawal tanam utk menghindari kekeringan tanah, kerusakan
struktur tanah (menjadi tdk gembur/padat) & mencegah tumbuhnya
gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi
permukaan tanah di antara lubang tanaman.
6. Panen
1. Ciri & Umur Panen : Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan,
saat panen yang terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada
saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar &
lebih banyak bila dibandingkan dgn masa panen pada umur kunyit 7-8
bulan. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dgn berakhirnya
pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun &
batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).
2. Cara Panen : Pemanenan dilakukan dgn cara membongkar rimpang dgn
cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang & daun dibuang terlebih dahulu.
Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang
melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tdk rusak.
3. Periode Panen : Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada
saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu
kandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan proses
pengeringannya.
4. Perkiraan Hasil Panen : Berat basah rimpang bersih/rumpun yang
diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha
biasanya antara 20-30 ton.
7. Pascapanen
1. Penyortiran Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan utk
memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma.
Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam
wadah plastik utk pencucian. Pencucian dilakukan dgn air bersih, jika perlu
disemprot dgn air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya & jika masih
terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari
pencucian yang terlalu lama agar kualitas & senyawa aktif yang terkandung
didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena
dikhawatirkan telah tercemar kotoran & banyak mengandung
bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang
belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan,
setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
2. Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan degan pisau stainless
steel & alasi bahan yang akan dirajang dgn talenan. Perajangan rimpang
dilakukan melintang dgn ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah
perajangan, timbang hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember.
Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dgn mesin pemotong.
3. Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dgn 2 cara, yaitu dgn sinar
matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 -
5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dgn sinar
matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tdk
saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap
4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air,
udara yang lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa
mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 o C -
60 o C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven &
pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan,
timbang jumlah rimpang yang dihasilkan.
4. Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang
telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda
asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah
rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
5. Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam
wadah kantong plastik atau karung yang bersih & kedap udara (belum
pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut,
yang.menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih & metode penyimpanannya.
6. Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tdk lembab & suhu tdk
melebihi 30 o C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tdk
bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas
bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari
sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang.
f.

3.6 Gulma, Hama, dan Penyakit


1. Hama
Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.). Gejala: pada pangkal akar
dimana tunas daun menjadi layu & lama kelamaan tunas menjadi kering lalu
membusuk. Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida
furadan G-3.
2. Penyakit
a. Busuk bakteri rimpang : Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput &
mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk & keropos.
Pengendalian: mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah
terlukanya rimpang; penyemprotan fungisida dithane M-45.
b. Karat daun kunyit. Penyebab : Taphrina macullans Bult & Colletothrium
capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips. Gejala:
timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini
menyerang tanaman dewasa/ daun yang tua maka tdk
akan.mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang
tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati.
Pengendalian: Dilakukan dgn mengurangi kelembaban;Penyemprotan
insektisida, seperti dgn agrotion 2 cc/liter atau dgn fungisida dithane M-
45 secara teratur selama seminggu sekali.
c. Gulma : Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun
yang umum yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, &
gulma berdaun lebar lainnya.
Dalam pertanian organik yang tdk menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya melainkan dgn bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya
dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan
hama & penyakit tersebut yang dikenal dgn PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
a. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih
bibit unggul yang sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan terhadap
serangan hama dari sejak awal pertanaman
b. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
c. Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap
serangan hama & penyakit.
d. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dgn tenaga
manusia.
e. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya
budidaya tumpang sari dgn pemilihan tanaman yang saling menunjang,
serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus
penyebaran hama & penyakit potensial.
f.Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan
& tdk menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen
ma maupun pada tanah. 
Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat
berdasarkan atas kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sbg pestisida nabati &
digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1. Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin utk
insektisida kontak sbg fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga
kecil misalnya Aphids.
2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung
piretrin yang dapat digunakan sbg insektisida sistemik yang menyerang
urat syaraf pusat yang aplikasinya dgn semprotan. Aplikasi pada serangga
seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
3. Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yang mengandung
rotenone utk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk
hembusan & semprotan.
4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung
azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama
pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti
hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif
utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung
rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sbg insektisida &
larvasida.
6. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung
komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga
danpembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
3.7 Hasil Penelitian
BAB 4
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil wawancara ini yaitu

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medika. Jakarta.
Arisandi dalam Ika. 2015. Tanaman Kunyit. https://academia.edu. Universitas
Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Shan, C.Y dan Yoppi, I. 2018. Studi Kandungan Kimia Dan Aktivitas
Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.). Jurnal Farmaka Suplemen.
Vol. 16. No. 2:547-555.
Febriani, Y. 2011. Kandungan Obat Yang Terdapat Pada Tumbuhan Kunyit
(Curcuma Domestica). Stikes Bhakti Tunas Husada. Tasikmalaya.
Hapsoh dan Hasanah. 2011. Budidaya Tanaman Obat Dan Rempah. USU Press.
Medan.
Hartati, S.Y dan balittro. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri. Jurnal
Puslitbang Perkebunan. Vol. 19:5-9.
Johani, E. 2010. Tanaman Pekarangan Pilihan. Salamadani. Bandung.
Ika, R. 2015. Tanaman Kunyit. https://academia.edu. Universitas Negeri
Gorontalo. Gorontalo.
Winarto Dalam Ika. 2015. Tanaman Kunyit. https://academia.edu. Universitas
Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai