Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

HORTIKULTURA UTAMA

Budidaya Mentimun Baby Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

Disusun Oleh :
PITRI JANNAH
C1011181138

Dosen Pengampu :
Ir. Elly Mustamir, M.Sc
Ir. Mulyadi Safwan, MMA

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Semesta


Alam yang dengan kehendak-Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan
praktikum yang berjudul “Budidaya Mentimun Baby Pada Berbagai Komposisi
Media Tanam” untuk memenuhi salah tugas dari mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman Hortikultura Utama.
Dalam penyusunan laporan ini, saya merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan.
Atas tersusunnya laporan ini, maka saya menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu hingga laporan ini dapat
terselesaikan.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi kita semua, khususnya bagi saya sendiri sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.

Pontianak, Mei 2021

PITRI JANNAH

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Mentimun........................................................2

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun.........................................................3

2.3 Media Tanam.............................................................................................4

BAB III METODOLOGI.........................................................................................6

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................................................6

3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................6

3.3 Cara Kerja......................................................................................................6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................8

4.1 Hasil Pengamatan...........................................................................................8

4.2 Pembahasan....................................................................................................8

BAB V PENUTUP.................................................................................................11

5.1 Kesimpulan..................................................................................................11

5.2 Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

LAMPIRAN...........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan
oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Dalam
budidaya tanaman, faktor lingkungan memegang peranan penting untuk
mencapai pertumbuhan dan hasil yang maksimal. (Hayati et al, 2012)
menyatakan bahwa faktor lingkungan sangat berperan dalam proses
pertumbuhan tanaman, media tumbuh adalah salah satu faktor lingkungan
yang perlu dipertimbangkan.
Komposisi media tanam pada masa pertumbuhan sangat penting
karena dapat mempengaruhi penyerapan hara dan kondisi drainase pada
pertumbuhan tanaman. Media tanam seharusnya memiliki sifat fisik dan
kimia yang sesuai bagi pertumbuhan tanamman. Media yang baik memiliki
daya pegang air, drainase, daya serap unsur hara, pH, dan salinitas yang
sesuai bagi pertumbuhan tanaman (Nair and Ngouajio, 2012).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mendapatkan komposisi media tanam yang baik pada pertumbuhan
tanaman mentimun baby
2. Mendapatkan dosis pupuk kandang kambing terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman mentimun baby

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Mentimun


Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar.
Menurut (Sharma, 2002) mentimun dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
Mentimun memiliki sistem perakaran tunggang dan bulu-bulu akar,
tetapi daya tembus akar relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm.
Oleh sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan
kelebihan air. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau,
berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan umumnya batang
mentimun mengandung air dan lunak (Rukmana, 1994).
Mentimun mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi
tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan
ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah sulur akan mulai
melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir
(Sunarjono, 2007).
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau
muda sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, serta
berbulu tetapi tidak tajam dan berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung
yang meruncing berbentuk jantung. Kedudukan daun pada batang tanaman
berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Sumpena, 2001).
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini
berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betinah terpisah, tetapi masih
dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk lonjong

2
yang membengkak, sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal buah tersebut
di bawah mahkota bunga (Sunarjono, 2007).
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda,
hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan.
Sementara buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna
cokelat, cokelat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan
diameter buah mentimun antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau
tergantung kultivar yang diusahakan (Sumpena, 2001).
Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih.
Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang
tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat
digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun


Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung sampai
lempung berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik. Mentimun
membutuhkan pH tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian tempat 100-900
mdpl. Mentimun juga membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air
lancar dan bukan bekas penanaman mentimun dan familinya seperti melon,
semangka, dan waluh (Wahyudi, 2011).
Pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari
yang cukup dengan temperatur optimal antara 21◦C – 30◦C. sementara untuk
suhu perkecambahan biji optimal yang dibutuhkan antara 25◦C – 35◦C.
Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun agar
hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Curah hujan optimal untuk
budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bulan, curah hujan yang terlalu
tinggi tidak baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan
mengakibatkan menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap
lingkungan tumbuhnya. Mentimun di Indonesia dapat di tanam di dataran
rendah dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan
laut (Sumpena, 2001).

3
2.3 Media Tanam
Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Penggunaan jenis media tanam yang tepat akan
memberikan kondisi lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman.
Syarat media tanam yang baik adalah sebagai berikut : (1) dapat berfungsi
sebagai tempat berpijak tanaman, (2) dapat mengikat air dan unsur hara, (3)
mempunyai drainase dan aerasi yang baik, (4) dapat mempertahankan
kelembaban di sekitar akar tanaman, (5) tidak menjadi sumber penyakit bagi
tanaman, dan (6) mudah didapatkan dan harganya relatif murah (Agoes, 1994
dalam Ramadhan, 2014).
Media tanam sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman
optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tanam yang
sesuai. Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes)
yang mengandung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes)
yang tidak mengandung tanah (Harjadi, 1996).
Ada beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan media
tanam adalah sebagai berikut :
1. Tanah Gambut
Tanah gambut merupakan tanah dengan kandungan organik >75% dan
terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan dari proses dekomposisi
dengan usia sekitar 18000 tahun (Mochtar dkk., 2014). Tanah dengan
media yang kaya bahan organik serta mempunyai sifat fisik yang baik
antara lain strukturnya remah, daya serap dan daya simpan air cukup baik
juga mempunyai kapasitas udara yang cukup tinggi (Utomo, 2008). Selain
itu tanah gambut memiliki tekstur terbuka di mana selain pori-pori makro,
tekstur tanah gambut juga didominasi oleh pori-pori mikro yang berada di
dalam serat gambut (Ilyas dkk, 2008).
Tanah gambut juga bersifat sarang (porous) dan sangat ringan,
sehingga mempunyai kemampuan menyangga sangat rendah, kandungan
hara relatif rendah dan banyak mengandung asam-asam organik yang
menyebabkan pH gambut sangat rendah (pH antara 2,7–5,0) Kualitas air
gambut dipengaruhi oleh bahan penyusun gambut, ketebalan, tingkat

4
dekomposisi dan tata air serta lingkungan gambut tersebut. Gambut dalam
suasana tawar akan berbeda dengan yang berada dalam lingkungan air
payau (Wibowo, 2010). Tanah gambut umumnya memiliki kadar pH yang
rendah, memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi, kejenuhan basa
rendah, memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P yang rendah dan juga
memiliki kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah
pula (Sasli, 2011).
2. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik
berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air
kencing (urine) ternak, seperti sapi, ayam, kambing, domba, kuda, dan
burung. Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang
memiliki banyak kelebihan. Ada beberapa kelebihan dari pupuk kandang
diantaranya dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap
tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, serta
sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Samekto, 2006 dalam
Ramadhan, 2014).
Dalam pupuk kandang terdapat kandungan kadar hara yang berbeda-
beda, karena dalam kadar hara kotoran ternak masing-masing ternak
mempunyai sifat khas tersendiri, seperti jenis makanan dan usia ternak
yang akan menentukan kadar hara dalam pupuk kandang (Lingga dan
Marsono, 2002).
Komposisi unsur hara kotoran ternak misalnya pupuk kandang domba
yang memiliki kadar hara sebagai berikut : Nitrogen (3,75%), P2O5
(1,25%), K2O (1,38%), dan Kelembaban (68%). Selain mengandung 3
unsur tersebut pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara mikro
yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Keuntungan dari adanya penambahan pupuk kandang yaitu dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Waryana, 2016).

5
BAB III
METODOLOGY

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan pada 28 Februari 2021 hingga 28 April 2021
dan dilakukan secara mandiri di rumah praktikan yang berada di Jl. Tanjung
Harapan, Pontianak Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 Cangkul
 Sekop
 Timbangan tanah
 Meteran
 Timbangan digital
 Label dan alat tulis
 Pot semai
 Polybag
3.2.2 Bahan
 Benih Mentimun baby
 Pupuk kotoran kambing
 Tanah Gambut
 Pupuk NPK

3.3 Cara Kerja


1) Semaikan benih mentimun baby yang dipilih pada pot semai yang telah
diisi media campuran antara tanah : pupuk kandang : pasir (1 : 1 : 1).
2) Sebelum disemai benih direndam dalam air selama 10 menit. Benih yang
tenggelam digunakan untuk persemaian.
3) Setiap pot semai di tanam 2 benih. Kemudian diletakkan di tempat yang
kena cahaya matahari pagi.
4) Sementara itu siapkan media tanah dengan kompisisi :
M1= pukan 10 % dari berat tanah (8 Kg) = 0,8 kg pukan + 7,2kg tanah

6
M2= pukan 15% dari berat tanah (8 kg) = 1,2 kg pukan + 6,8 kg tanah
M3= pukan 20 % dari berat tanah (8 kg) = 1,6 kg pukan + 6,4 kg tanah
M4= pukan 25 % dari berat tanah (8 kg) = 2,2 kg pukan + 5,8 kg tanah
M5= pukan 30 % dari berat tanah (8 Kg) = 2,4 kg pukan + 5,6 kg tanah
Kemudian inkubasi media selama 2 minggu
5) Setelah bibit berumur 2 minggu atau mempunyai 3 helai daun, pindahkan
ke media tanam dalam polybag dengan cara mengikutsertakan tanahnya.
6) Setelah satu minggu dilakukan penjarangan dengan cara memotong
tanaman dan meninggalkan satu tanaman yang pertumbuhan baik pada
setiap polybag.
7) Lakukan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman 2 kali sehari kecuali
hujan, serta bersihkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.
8) Setelah tanaman berumur hst dapat dilakukan pemanenan dengan cara
memetik buah yang telah memenuhi kriteria.
9) Lakukan pengamatan pada tanaman dengan mengukur tinggi tanaman
(cm), waktu berbunga (hst), jumlah buah per tanaman (buah), dan berat
buah per tanaman (g).

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tinggi Tanaman (cm) Umur Jumlah Berat


No Perlakuan 2 3 4 Berbunga Buah/tanaman Buah/tanaman
MST MST MST (hst) (buah) (g)

2 M1 12,2 21,6 36,3 16 2 116

4 M2 16,6 24 40,5 14 3 121

5 M3 15 31,2 45,5 14 2 138

7 M4 15,1 25,9 41,5 14 2 193

10 M5 15,5 32,3 48 14 3 255

4.2 Pembahasan
1. Tinggi Tanaman
Berdasarakan tabel pengamatan di atas, pada umur pengamatan 4 MST
pertumbuhan tinggi tanaman terbaik ditunjukkan oleh perlakuan M5 (2,4
kg/polybag) yaitu setinggi 48cm, sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman
terendah ditunjukkan oleh perlakuan M1 (0,8 kg/polybag). Hal ini sesuai
dengan pendapat (Kusmanto et al, 2010) yang menyatakan bahwa
perlakuan pemberian dosis pupuk kandang kambing hingga 5 ton/ha
berbeda nyata pada parameter pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman,
semakin ditingkatkan dosis pupuk kandang kambing maka akan
menghasilkan hasil yang optimal.
Berdasarkan penelitian (Sumpena dan Meilani, 2005) menunjukkan
pemupukan 25 ton/ha merupakan dosis yang terbaik untuk meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman mentimun. Menurut (Hikmah, 2008) kotoran
kambing mengandung 1.19 % N, 0.92 % P 2O5, dan 1.58 % K2O sehingga
semakin tinggi dosis yang diberikan maka akan semakin meningkatkan
kandungan hara tanah. Dari berbagai unsur yang ada, nitrogen merupakan

8
unsur yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, unsur nitrogen
bermanfaat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.
Penggunaan pupuk kandang kambing dapat memberikan kesuburan
tanah. Tanah yang subur akan mempermudah perkembangan akar
sehingga akan lebih mudah menyerap air dan unsur hara yang tersedia,
dengan demikian tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
(Dewi, 2016)
2. Umur Berbunga
Berdasarkan tabel pengamatan diatas, rata-rata waktu berbunga
setiap perlakuan yaitu pada umur 14 hst kecuali pada perlakuan M1 waktu
berbunganya pada umur 16 hst. Umur berbunga tanaman mentimun
dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor intensitas
cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga.
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Wilkins, 1997) bahwa cahaya dapat
meningkatkan pengangkutan unsur hara dengan memasok produk-produk
dari fotosintesis yang dapat merangsang pembentukan bunga, penyinaran
juga dapat menyebabkan membuka dan menutupnya bunga.
Umur berbunga tanaman juga dipengaruhi oleh faktor ketersediaan P
dalam media tanam. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Zulfatri dan
Yoesuf, 2007) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur P yang lebih
besar akan membantu mempercepat pembentukan bunga. Oleh karena
kotoran kambing mengandung unsur hara P, maka pemberian dosis
kotoran kambing yang tinggi akan menambah ketersediaan P dalam media
tanam.
3. Jumlah Buah/tanaman
Berdasarkan tabel pengamatan diatas, selama dua kali proses
pemanenan rata-rata jumlah buah yang dihasilkan per tanaman yaitu
sebanyak 2-3 buah. Keberadaan unsur P sangat berpengaruh terhadap
pembentukan buah. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Jumin, 1986) yang
menyatakan bahwa unsur P dapat bermanfaat untuk pembentukan sel-sel
baru, pembentukan bunga dan buah, mengurangi kerontokan bunga dan
buah dan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.

9
Rendahnya produksi dari tanaman mentimun dikarenakan cahaya
matahari yang tinggi sehingga bunga yang dihasilkan lebih banyak bunga
jantan dibanding bunga betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Cahyono, 2003) yang mengatakan bahwa intensitas cahaya matahari yang
tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga jantan.
4. Berat Buah/tanaman
Berdasarkan tabel pengamatan diatas, total berat buah pertanaman
tertinggi yaitu pada perlakuan M5 dengan berat yang didapatkan sebesar
255 g. Hal ini di duga karena pemberian pupuk kandang kambing mampu
menyediakan unsur hara yang cukup dan seimbang untuk kebutuhan
tanaman. Pupuk kandang kambing menyediakan unsur hara yang besar
khususnya unsur hara N, unsur tersebut berperan sangat penting untuk
pembentukan buah.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Rosmarkam dan Yuwono, 2002),
pemupukan nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein dan
kadar selulosa. Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan
disimpan dalam jaringan tanaman. Bahwa semakin besar fotosintat yang
ditranslokasikan ke buah maka semakin meningkat pula berat segar buah.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian (Bara dan Chozin, 2009),
meyatakan bahwa berat buah mentimun pada berbagai perlakuan semakin
meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk kandang kambing dari 10
ton/ha menjadi 15 ton/ha.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
komposisi media tanam terbaik terhadap pertumbuhan tanaman mentimun
baby yaitu pada perlakuan M5 dengan komposisi 2,4 kg pukan + 5,6 kg
tanah. Serta dosis pemberian pupuk kandang kambing terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman mentimun baby yaitu 30% dari berat tanah.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya skala pemanenan dapat lebih banyak
sehingga buah yang dihasilkan lebih maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bara A., M. A. Chozin. 2009. Pengaruh Dosis Dan Frekuensi Pupuk Kandang
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Di Lahan Kering. Makalah Seminar
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Hal 36 :42

Cahyono. 2003. Budidaya Tanaman Mentimun. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harjadi S.S. 1996. Pengantar agronomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
195 hal.

Hayati, E. T. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Varietas terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.). Jurnal
Floratek Vol. 7

Hikmah, A. 2008. Pemberian Beberapa Bahan Organik Pada Budidaya Tanaman


Mentimun (Cucumis sativus L.) Serta Pengaruh Terhadap Pertumbuhan Dan
Serapan Cu Dan Zn. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Hal 185- 189.

Ilyas, T., Rahayu, W., & Arifin, D. S. 2008. Studi Perilaku Kekuatan Tanah
Gambut Kalimantan yang distabilisasi dengan Semen Portland. Jurnal
Teknologi, 1-8.

Kusmanto et al. 2010. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka


Buana, Bandung. Hal 317-321

Lingga dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Mochtar, NE, Yulianto, FE., Satria, TR., (2014), Pengaruh Usia Stabilisasi pada
Tanah Gambut Berserat yang Distabilisasi dengan Campuran CaCO3 dan
Pozolan, Jurnal Teknik Sipil ITB (Civil Engineering Journal ITB), Vol. 21,
No. 1, Hal 57-64.

Nair, A., M. Ngouajio M. 2012. Greenhouse transplant production tips.


http://www.growingproduce.com. [Diakses tanggal 21 April 2021]

12
Ramadhan, F. 2014. Parameter Genetik Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.)
pada Kondisi Media Berbeda. Skripsi. Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh.

Rosmarkam, A, dan Yuwono, W. Nasih. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.


Yogyakarta. Vol VIII (2) : 6-10.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal, 5-


8.2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal 11-
35

Sasli, I. 2011. Karakterisasi gambut dengan berbagai bahan amelioran dan


pengaruhnya terhadap sifat fisisk dan kimia guna mendukung produktivitas
lahan gambut. Agrovigor, 4(1): 42-50.

Sharma. 2002. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sunarjono, H. H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 184


hal

Utomo, B. 2008. Eksplorasi Fungsi pada Tanah Gambut yang Berada Pada Lapis
dan Febrik, Hemik dan Saprik. Media Unika, 73(4):9-13

Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Wibowo, H. 2010. Laju Infiltrasi pada Lahan Gambut yang Dipengaruhi Air
Tanah . (Study Kasus Sei Raya Dalam Kecamatan Sei Raya Kabupaten
Kubu Raya). Jurnal Belian Vol. 9 No. 1 Jan. 2010: 90±103. Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura Pontianak.

13
LAMPIRAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai