Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DASAR REKAYASA MEDIA TUMBUH DAN LINGKUNGAN

“Pentingnya Media Tumbuh untuk Menghasilkan Pertumbuhan


dan Produktivitas Tanaman Berkualitas”

OLEH:

NAMA : DEVI SYAFIRA

NIM : D1B1 18 100

KELAS : AGT-B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Dasar Rekayasa Media
Tanaman dan Lingkungan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Dasar
Rekayasa Media Tanaman dan Lingkungan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Semoga Makalah Dasar Rekayasa Media Tanaman dan Lingkungan yang
telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu teknik pengendalian hama
dan penyakit serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna. Kami juga menyadari bahwa Makalah Dasar Rekayasa Media
Tanaman dan Lingkungan ini juga masih memiliki banyak kekurangan maka dari
itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan Makalah Dasar Rekayasa Media Tanaman dan Lingkungan dengan
tema serupa yang lebih baik lagi.

Kendari, 7 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3

2.1. Pengertian Media Tumbuh...........................................................3


2.2. Rekayasa Media Tumbuh Secara Hidroponik...........................3
2.3. Teknik-Teknik Media Tumbuh....................................................5
2.4. Beberapa Faktor Penting yang Harus Diperhatikan dalam Media
Tumbuh Secara Hidroponik..............................................................6

BAB III PENUTUP...................................................................................... 8

3.1. Simpulan...................................................................................... 8
3.2. Saran ............................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 9

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Media tumbuh atau media tanam merupakan komponen utama ketika akan
bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang
sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin
yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan
unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu
sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam
berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis.
Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa
dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya pakis dan arang
dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis
juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.
Untuk mendapatkan media tumbuh yang baik dan sesuai dengan jenis
tanaman yang akan ditanam, seorang hobiis harus memiliki pemahaman mengenai
karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya.
Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan
organik dan anorganik. Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik
umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman
seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik
sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik.
Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara
bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori- pori makro dan mikro
yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta
memiliki daya serap air yang tinggi. Bahan organik akan mengalami proses
pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses
tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan mineral. Mineral
yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat 4 diserap tanaman
sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat
memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus
sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap
diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi.
Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam
di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelapa, pupuk kandang,
dan humus. Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral
tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses
pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik,
biologi-mekanik, dan kimiawi. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang

1
berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu
kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50u-2
mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2u. Selain itu,
bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang
dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media
tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan
perlit. Sebagian besar media tanam yang telah disebutkan di atas umumnya
peruntukkannya hanya untuk penanaman tanaman skala kecil terutama hobi.
Untuk budidaya tanaman skala besar apalagi untuk tanaman makanan ternak
rasanya tidak mungkin hanya menggunakan media-media tanam tersebut,
sehingga tanah merupakan pilihan utama.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa itu pengertian media tumbuh?
b. Bagaimana teknik-teknik rekayasa media tumbuh secara hidroponik?
c. Bagaimana teknik budidaya tanaman sayuran secara hidroponik?

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Media Tumbuh


Media tumbuh merupakan komponen utama yang diperlukan dalam
budidaya suatu tanaman. Ada berbagai macam media tanam, akan tetapi tidak
semua jenis media tanam cocok digunakan untuk menanam suatu jenis tanaman.
Media tanam yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan
ditanam, termasuk pada tanaman yakon yang merupakan jenis tanaman perdu
yang hidup secara liar. Media tumbuh merupakan salah satu unsur yang paling
berperan dalam pertumbuhan tanaman, selain sebagai penopang akar tanaman,
ketersediaan unsur hara yang terdapat dalam media tanam sangat dibutuhkan.
Dalam budidaya tanaman terutama sayuran media tanaman merupakan faktor
penentu berhasil tidaknya suatu budidaya. Selain itu media tanaman juga ikut
menentukan kualitas dan kuantitas tanaman yang dihasilkan. Media tanam yang
digunakan sebagai media tumbuh tanaman hidroponik banyak jenisnya. Syarat
media tanam hidroponik yaitu dapat dijadikan tempat berpijak tanaman, mampu
mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,
mempunyai drainase dan aerasi yang baik, dapat mempertahankan kelembaban
disekitar akar tanaman, dan tidak mudah lapuk
Tanah diolah sedemikian rupa juga dimaksudkan untuk memaksimalkan
fungsinya untuk tumbuh dan berkembang tanaman, karena tanah memiliki dua
spesifikasi umum yang kita ketahui yaitu tanah basah dan kering, tanah basah
digunakan untuk tanaman seperti padi (kebutuhan akan air tinggi) dan kering
digunakan untuk tanaman seperti jagung dan sejenis palawija. Untuk pengolahan
tanah sendiri yang kita ketahui juga ada dua yaitu secara tradisional dan modern,
tradisional masih menggunakan tenaga kasar manusia dan ternak dan secara
modern kita kenal dengan mesin traktor dan mesin pengolah tanah lainya.
Selain tanah sebagai media tumbuh yang digunakan, sekarang ini juga
telah ditemukan media tanam baru yaitu hidroponik. Cara tanam hidroponik
sendiri juga memiliki keunggulan yaitu meminimalkan penggunaan lahan namun
dengan konsekuensinya yaitu mengoptimalkan sifat tanah dlam media air,
maksudnya dibuat atau diatur sedemikian rupa agar kondisi air yang digunakan
sebagai media tanam juga memiliki sifat yang sama seperti tanah pada umunya
seperti unsur hara, dan ketersediaan oksigen dalam air. Semua itu menjadi dasar
bagaimana kita menyikapi cara penggunaan tanah dan air sebagai indikator media
tanam dari tanaman.

2.2. Rekayasa Media Tumbuh Hidroponik

Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media


tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang
mengandung campuran hara. Dalam praktiknya sekarang ini, hidroponik tidak

3
terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai
penopang pertumbuhan tanaman.

Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi


tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan
bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi
maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan
pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman
yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang
sangattinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan
mengandungkomposisi garam-garam organik yang berimbang untuk
menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Hidroponik, menurut Savage (1985), berdasarkan sistem irigasisnya
dikelompokkan menjadi: (1)sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan
kembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes dripirrigation
atau trickle irrigation, (2) sistem tertutup, dimana larutan hara dimanfaatkan
kembali dengan cara resirkulasi. Sedangkan berdasarkan penggunaan  rekayasa
media atau substrat dapat dikelompokkan menjadi (1) substrate sistem dan
(2) bare root sistem.
1. Substrate Sistem
Substrate sistem atau sistem substrat adalah sistem hidroponik yang
menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sitem ini
meliputi:
a. Sand Culture
Biasa juga disebut sandponics adalah budidaya tanaman dalam
media pasir. Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial pertama kal
i dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa irigasi tetes.
Saat ini sand culture dikembangkan menjadi teknologi yang lebih menarik,
terutama di negara yang memiliki padang pasir. Teknologi ini dibuat dengan
membangun sistem drainase dilantai rumah kaca, kemudian ditutup dengan pasir
yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen. Selanjutnya tanaman
ditanam langsung dipasir tanpa menggunakan wadah dan secara individual
diberiirigasi tetes.

b. Gravel Culture
Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik
menggunakang ravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman.
Metode ini sangat populer sebelum perang dunia ke dua kolam memanjang sebaga
i bedengan diisi dengan batu gravel, secara periodik diisi dengan larutan hara
yang dapat digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman ditanam
di atas gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun saat ini

4
sistem ini masih digunakan, akan tetapi sudah mulai diganti dengan sistem yang
lebih murah dan lebih efisien.

2.4. Teknik Hidroponik

Terdapat dua teknik utama dalam cara bercocok tanam hidroponik. Yang
pertama menggunakan larutan dan satunya menggunakan media. Metode yang
menggunakan larutan tidak membutuhkan media keras untuk pertumbuhan akar,
hanya cukup dengan larutan mineral bernutrisi. Contoh cara dalam teknik larutan
yang umum dipakai adalah teknik larutan statis dan teknik larutan alir. Sedangkan
untuk teknik media adalah tergantung dari jenis media yang dipergunakan, bisa
berupa sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu dan lain-
lain sebagai pengganti media tanah.Terlepas dari teknik yang diterapkan,
kebanyakan tempat talangan hidroponik terbuat dari plastik, tapi bahan lain juga
bisa dipakai termasuk bak beton, kaca, baja, kayu dan bahan solid lainnya.
Tempat penampungan harus dijauhkan dari cahaya guna mencegah pertumbuhan
lumur di dalam air bernutrisi yang telah diisi.
Berikut uraian beberapa teknik hidroponik yang sering dipakai.

a. Teknik Larutan Statis

Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh
bangsa Aztec. Dalam teknik ini, tanaman disemai pada media tertentu bisa
berupaember plastik, baskom, bak semen, atau tangki. Larutan biasanya
dialirkansecara pelan-pelan atau tidak perlu dialirkan. Jika tidak dialirkan,
makaketinggian larutan dijaga serendah mungkin sehingga akar tanaman berada di
ataslarutan, dan dengan demikian tanaman akan cukup memperoleh oksigen.
Terdapat lubang untuk setiap tanaman. 
Tempat bak bisa disesuaikan dengan pertumbuhantanaman. Bak yang
tembus pandang bisa ditutup dengan aluminium foil, kertas pembungkus
makanan, plastik hitam atau bahan lainnya untuk menghindari cahaya sehingga
dapat menghindari tumbuhnya lumur di dalam bak. Untuk menghasilkan
gelembung oksigen dalam larutan, bisa menggunakan pompa akuarium. Larutan
bisadiganti secara teratur, misalnya setiap minggu, atau apabila larutan turun
dibawah ketinggian tertentu bisa diisi kembali dengan air atau larutanbernurtrisi
yang baru.

b. Teknik Larutan Alir

Ini adalah suatu cara bertanam hidroponik yang dilakukan dengan


mengalirkan terus menerus larutan nutrisi dari tangki besar melewati akar

5
tanaman. Teknik ini lebih mudah untuk pengaturan karena suhu dan larutan
bernutrisi dapat diatur dari tangki besar yang bisa dipakai untuk ribuan tanaman.
Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam cara Teknik Larutan Alir ini adalah
teknik lapisan nutrisi (nutrient film technique) atau dikenal sebagai NFT, teknik
ini menggunakan parit buatan yang terbuat dari lempengan logam tipis anti karat,
dan tanaman disemai di parit tersebut. 
Di sekitar saluran parit tersebut dialirkan air mineral bernutrisi sehingga
sekitar tanaman akan terbentuk lapisan tipis yang dipakai sebagai makanan
tanaman. Parit dibuat dengan aliran air yangsangat tipis lapisannya sehingga
cukup melewati akar dan menimbulkan lapisannutrisi disekitar akar dan terdapat
oksigen yang cukup untuk tanaman.

c. Teknik Agregat Media

Teknik ini menggunakan media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam,
batubata, dan media lainnya yang disetrilkan terlebih dahulu sebelum
dipergunakan untuk mencegah adanya bakteri di media. Pemberian nutrisi
dilakukan denganteknik mengairi media tersebut dengan pipa dari air larutan
bernutrisi yang ditampung dalam tangki atau tong besar.

2.5. Beberapa Faktor Penting yang Harus Diperhatikan dalam Media


Tumbuh Secara Hidroponik

Larutan Nutrisi, harus memperhatikan jumlah dan unsur pH yang sesuai.


Unsur pH berkisar 5,5 hingga 7,5. Larutan nutrisi ini mengandung konsentrasi N,
P, K,Ca, Mg, S, dalam jumlah yang besar, sedangkan unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B,
Mo, dan Cl dalam jumlah yang kecil. Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan
garam-garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan
untuk larutan hara, pilihan biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk
tersebut. Media tanam antara lain terdiri dari batu bata, pasir, kerikil, arangsekam,
spons, batu dan apung. Air, harus diperhatikan kualitas air yang dipergunakan,
tingkat salinitas tidak melebihi 2500 ppm dan nilai EC tidak lebih dari 6,0
mmhos/cm. Air tidak boleh mengandung terlalu banyak unsur logal berat.
Oksigen, memegang peranan penting dalam hidroponik. Kekurangan
oksigen akan menyebabkan dinding sel sulit untuk ditembus, sehingga tanaman
akan kekurangan air. Dengan demikian tanaman akan cepat layu karena larutan
tidak mengandung oksigen. Pemberian oksigen ke dalam larutan dapat melalui
gelembung udaraseperti pompa air gelembung yang dipakai akuarium,
penggantian larutan nutrisisecara rutin, membersihkan atau mencabut akar
tanaman yang terlalu panjang, danmemberikan lubang ventilasi pada tempat
penanaman.

6
2.6.Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik 

A. Media

Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5 -6.5.
Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban. Media
yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tahap pertumbuhan
tanaman yaitu:
a. Media untuk persemaian atau pembibitan
Untuk persemaian dapat digunkan media berupa pasir halus, arang sekam
atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh dan
harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi di
dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam dan serbuk
gergaji atau serbuk sabut kelapa. 

b. Media untuk tanaman dewasa
Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu
pasir agak kasar, arang sekam, rockwool dan lain-lain. Media yang ideal adalah
arang sekam. Keuntungannya adalah kebersihan dan sterilitas media lebih
terjamin bebas dari kotoran maupun organisme yang dapat mengganggu seperti
cacing, kutu dan sebagainya yang dapt hidup dalam pasir. Media arang sekam
bersifat lebih ringan namun lebih mudah hancur, penggunaannya hanya dapat
untuk dua kali pemakaian. Arang sekam dapat dibeli di toko-toko pertanian atau
membuat sendiri. 

B. Benih

Pemilihan benih sangat penting karena produktivitas tanaman


teranganutng dari keunggulan benih yang dipilih. Periksa label kemasan benih,
yaitu tanggal kadaluarsa, persentase tumbuh dan kemurnian benih. Pemilihan
komoditas yang akan ditanam diperhitungkan masak-masak mengenai harga dan
pemasarannya. Contoh sayuran eksklusif yang mempunyai nilai jual di atas rat-
rata adalah tomat Recento, ketimun Jepang, Melon, parika, selada, kailan, melon
dan lain-lain.
Melihat betapa pentingnya media tanam terhadap pertumbuhan tanaman
maka rekayasa media tanam secara hidroponik, dengan sampel tanaman sawi
hijau, penting dikembangkan lebih lanjut untuk melihat tentang pertumbuhan
tanaman sawi hijau, maka dalam penelitian ini dikembangkan 3 (tiga) macam
media tanam, yaitu campuran antara arang sekam dengan sekam padi, sekam padi
dengan akar pakis, serta arang sekam dengan akar pakis.

7
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media
tumbuh merupakan salah satu unsur yang paling berperan dalam pertumbuhan
tanaman, selain sebagai penopang akar tanaman, ketersediaan unsur hara yang
terdapat dalam media tanam sangat dibutuhkan. Rekayasa media tumbuh dapat
dilakukan dengan cara hidroponik. Hidroponik adalah metode penanaman
tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah.

3.2. Saran
Sebaiknya masyarakat lebih meningkatkan rasa ingin tahunya betapa
pentingnya rekayasa media tumbuh tanaman sehingga dapat menghaslkan produk
yang berkualitas.

8
DAFTAR PUSTAKA

M. Aksa, Jamaluddin dan Subariyanto. 2016. Rekayasa Media Tanam Pada


Sistem Penanaman Hidroponik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Tanaman Sayuran. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol 2: 163-
168.
Mustamainna LM dan Khadir B. Media Tumbuh. 2009. Yudisthira Malang.
Suryaningsih H. 2005. Teknik-Teknik Media Tanam. PT Raja Canva. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai