OLEH:
KELAS : AGT-B
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
3.1. Simpulan...................................................................................... 8
3.2. Saran ............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 9
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1
berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu
kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50u-2
mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2u. Selain itu,
bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang
dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media
tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan
perlit. Sebagian besar media tanam yang telah disebutkan di atas umumnya
peruntukkannya hanya untuk penanaman tanaman skala kecil terutama hobi.
Untuk budidaya tanaman skala besar apalagi untuk tanaman makanan ternak
rasanya tidak mungkin hanya menggunakan media-media tanam tersebut,
sehingga tanah merupakan pilihan utama.
2
BAB II. PEMBAHASAN
3
terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai
penopang pertumbuhan tanaman.
b. Gravel Culture
Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik
menggunakang ravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman.
Metode ini sangat populer sebelum perang dunia ke dua kolam memanjang sebaga
i bedengan diisi dengan batu gravel, secara periodik diisi dengan larutan hara
yang dapat digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman ditanam
di atas gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun saat ini
4
sistem ini masih digunakan, akan tetapi sudah mulai diganti dengan sistem yang
lebih murah dan lebih efisien.
2.4. Teknik Hidroponik
Terdapat dua teknik utama dalam cara bercocok tanam hidroponik. Yang
pertama menggunakan larutan dan satunya menggunakan media. Metode yang
menggunakan larutan tidak membutuhkan media keras untuk pertumbuhan akar,
hanya cukup dengan larutan mineral bernutrisi. Contoh cara dalam teknik larutan
yang umum dipakai adalah teknik larutan statis dan teknik larutan alir. Sedangkan
untuk teknik media adalah tergantung dari jenis media yang dipergunakan, bisa
berupa sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu dan lain-
lain sebagai pengganti media tanah.Terlepas dari teknik yang diterapkan,
kebanyakan tempat talangan hidroponik terbuat dari plastik, tapi bahan lain juga
bisa dipakai termasuk bak beton, kaca, baja, kayu dan bahan solid lainnya.
Tempat penampungan harus dijauhkan dari cahaya guna mencegah pertumbuhan
lumur di dalam air bernutrisi yang telah diisi.
Berikut uraian beberapa teknik hidroponik yang sering dipakai.
a. Teknik Larutan Statis
Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh
bangsa Aztec. Dalam teknik ini, tanaman disemai pada media tertentu bisa
berupaember plastik, baskom, bak semen, atau tangki. Larutan biasanya
dialirkansecara pelan-pelan atau tidak perlu dialirkan. Jika tidak dialirkan,
makaketinggian larutan dijaga serendah mungkin sehingga akar tanaman berada di
ataslarutan, dan dengan demikian tanaman akan cukup memperoleh oksigen.
Terdapat lubang untuk setiap tanaman.
Tempat bak bisa disesuaikan dengan pertumbuhantanaman. Bak yang
tembus pandang bisa ditutup dengan aluminium foil, kertas pembungkus
makanan, plastik hitam atau bahan lainnya untuk menghindari cahaya sehingga
dapat menghindari tumbuhnya lumur di dalam bak. Untuk menghasilkan
gelembung oksigen dalam larutan, bisa menggunakan pompa akuarium. Larutan
bisadiganti secara teratur, misalnya setiap minggu, atau apabila larutan turun
dibawah ketinggian tertentu bisa diisi kembali dengan air atau larutanbernurtrisi
yang baru.
b. Teknik Larutan Alir
5
tanaman. Teknik ini lebih mudah untuk pengaturan karena suhu dan larutan
bernutrisi dapat diatur dari tangki besar yang bisa dipakai untuk ribuan tanaman.
Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam cara Teknik Larutan Alir ini adalah
teknik lapisan nutrisi (nutrient film technique) atau dikenal sebagai NFT, teknik
ini menggunakan parit buatan yang terbuat dari lempengan logam tipis anti karat,
dan tanaman disemai di parit tersebut.
Di sekitar saluran parit tersebut dialirkan air mineral bernutrisi sehingga
sekitar tanaman akan terbentuk lapisan tipis yang dipakai sebagai makanan
tanaman. Parit dibuat dengan aliran air yangsangat tipis lapisannya sehingga
cukup melewati akar dan menimbulkan lapisannutrisi disekitar akar dan terdapat
oksigen yang cukup untuk tanaman.
c. Teknik Agregat Media
Teknik ini menggunakan media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam,
batubata, dan media lainnya yang disetrilkan terlebih dahulu sebelum
dipergunakan untuk mencegah adanya bakteri di media. Pemberian nutrisi
dilakukan denganteknik mengairi media tersebut dengan pipa dari air larutan
bernutrisi yang ditampung dalam tangki atau tong besar.
6
2.6.Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik
A. Media
Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5 -6.5.
Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban. Media
yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tahap pertumbuhan
tanaman yaitu:
a. Media untuk persemaian atau pembibitan
Untuk persemaian dapat digunkan media berupa pasir halus, arang sekam
atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh dan
harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi di
dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam dan serbuk
gergaji atau serbuk sabut kelapa.
b. Media untuk tanaman dewasa
Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu
pasir agak kasar, arang sekam, rockwool dan lain-lain. Media yang ideal adalah
arang sekam. Keuntungannya adalah kebersihan dan sterilitas media lebih
terjamin bebas dari kotoran maupun organisme yang dapat mengganggu seperti
cacing, kutu dan sebagainya yang dapt hidup dalam pasir. Media arang sekam
bersifat lebih ringan namun lebih mudah hancur, penggunaannya hanya dapat
untuk dua kali pemakaian. Arang sekam dapat dibeli di toko-toko pertanian atau
membuat sendiri.
B. Benih
7
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media
tumbuh merupakan salah satu unsur yang paling berperan dalam pertumbuhan
tanaman, selain sebagai penopang akar tanaman, ketersediaan unsur hara yang
terdapat dalam media tanam sangat dibutuhkan. Rekayasa media tumbuh dapat
dilakukan dengan cara hidroponik. Hidroponik adalah metode penanaman
tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah.
3.2. Saran
Sebaiknya masyarakat lebih meningkatkan rasa ingin tahunya betapa
pentingnya rekayasa media tumbuh tanaman sehingga dapat menghaslkan produk
yang berkualitas.
8
DAFTAR PUSTAKA