Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ZAT PENGATUR TUMBUH

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH


JUS PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BUNGA KERTAS
(Bougainnvillea)

KELOMPOK : VI (ENAM)
NAMA : 1. WIRGO SETYO (1610211039)
2. ELDA MARDIANI (1610212073)
3. FAJAR EKA PRAMUDITA (1710211008)
4. SAMY HARITS PURNAMA (1710213004)
5. MIFTAHUL KHAIRANI (1710213008)
KELAS :B

PROGRAM STUDI AGROTEKONOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hortikultura merupakan salah - satu subsektor penting dalam pembangunan
pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok
tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman berkhasiat obat (medical
plants),tanaman hias (ornamental plants) termasuk di dalamnya tanaman air,
lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau
tanaman hias. Secara umum, komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang
tinggi dan pembudidayaannya memerlukan tenaga kerja intensif dengan
keterampilan yang tinggi. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber
pendapatan produsen, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Salah satu
produk hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional adalah
tanaman hias. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan agribisnis tanaman hias karena mempunyai wilayah yang luas,
agroklimat tropis dan agroklimat subtropis di dataran tinggi, dan Indonesia
merupakan negara dengan keanekaragaman sumber daya florikultura yang cukup
besar. Selain itu, Indonesia memiliki teknologi dan sumber daya manusia untuk
pengembangan tanaman hias. Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun
daun. Tanaman hias (florikultur) merupakan komoditas yang sangat khas,
biasanya para pengusaha tanaman hias dituntut untuk lebih memberikan perhatian
khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas keterampilan seni,
keterampilan dalam hal penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam
memperdagangkan hasil produksi atau pemasaran.
Bugenvil berasal dari nama Louis Antoine de Bougainviilea, yaitu seorang
pelaut berkebangsaan Perancis. Penemu tanaman ini adalah seorang ilmuwan
yang bernama Philbert Comerson. Pada tahun 1769 – 1776 ilmuwan tersebut
mengikuti pelayaran di samudra pasifik bersama dengan Louis Antoine de
Bougainvillea. Bugenvil merupakan tanaman tropis yang berasal dari Brazilia
yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Tanaman ini digunakan sebagai penghias
taman rumah maupun taman kota karena keindahan dan keragaman warna bunga.
Disamping itu bugenvil adalah salah satu tanaman yang digunakan pewarna
cokelat alami pada kain batik. Untuk menghasilkan warna tersebut dengan
merebus bunga sampai hasil rebusan mengeluarkan warna.
Perbanyakan bugenvil bisa dilakukan dengan pencangkokan, stek batang,
atau okulasi dari batangnya yang tidak terlalu muda atau terlalu tua. Perbanyakan
dengan cara okulasi bisa dilakukan dengan menggunakan okulasi beberapa batang
yang masing – masing ditempeli dengan mata okulasi yang mempunyai bermacam
– macam warna bunga. Dengan cara okulasi semacam ini, dalam satu tanaman
bisa terlihat beberapa macam warna bunga.
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menggunakan sebagian batang, akar atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih
ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, cepat
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh
substansi kimia yang konsentrasinya sangat rendah, yang disebut substansi
pertumbuhan tanaman, hormon pertumbuhan atau pengatur pertumbuhan
tanaman. Pengatur pertumbuhan sendiri mencakup hormon tumbuhan (alami)
dan senyawa-senyawa buatan yang dapat mengubah tumbuh dan perkembangan
tumbuhan. Hormon tumbuhan terdiri dari tiga senyawa yakni: auksin, giberalin
dan sitokinin, yang saling bekerja sama untuk menggalakkan respon atau
peranannya terhadap pertumbuhan demi kelangsungan hidup tanaman
tersebut.
Berdasarkan sumbernya, ZPT dapat diperoleh baik secara alami maupun
sintetik. Umumnya ZPT alami langsung tersedia di alam dan berasal dari bahan
organik, contohnya air kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari bagian tanaman (Zhao,
2010). Zat pengatur tumbuh bersumber bahan organik lebih bersifat ramah
lingkungan, mudah didapat, aman digunakan, dan lebih murah.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui respons pertumbuhan stek
bugenvil (Bougainvillea spectabilis willd.) terhadap pemberian beberapa jenis
zat pengatur tumbuh.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Cara pembiakan tanaman sangat banyak ragamnya, mulai dari cara yang
sederhana sampai yang rumit. Hal tersebut disesuaikan beberapa faktor yaitu jenis
tanaman, waktu perbanyakan, keterampilan pekerja ,dsb. Perbanyakan tanaman
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu generatif, vegetatif, dan generatif-
vegetatif.Pada acara V ini difokuskan pada perbanyakan vegetatif yaitu stek. Ada
berbagai macam stek dan penanamannya biasanya berdasarkan bagian tanaman
yang akan digunakan sebagai bahan stek. Penyetekan merupakan suatu perlakuan
pemisahan, pemotongan beberapa tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas.
Tetapi disini stek batang digunakan sebagai material yang menguntungkan, sebab
batang mempunyai persediaan makanan yang cukup terhadap tunas-tunas batang
dan akar (Hasanah, 2007). Perbanyakan secara vegetatif adalah cara
perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti
batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman
yang baru, yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas
adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman
sempurna yang memiliki akar, batang, daun, sekaligus (Hasanah, 2007).

Pembanyakan secara vegetatif ini dapat dilakukan dengan beberapa cara


yaitu: stek atau cutting, okulasi, penyambungan, dan cangkok. Perbanyakan stek
tidak memerlukan teknis yang rumit yang dimana dalam perbanyaka tanaman stek
ini mempunyai keunggulan yaitu dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah
yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat
menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Penyetekan
merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari
tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas (Widarto, 1995).

Perbanyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman


dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu
bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu
sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan
menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan permukaan yang
halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa milliliter dari
mata tunas. Sedangkan pemotongan stek bagian pangkal harus meruncing. Ketika
membuat potongan meruncing. Hendaknya kita usahakan potongan itu sedikit
menyentuh again mata tunas, dengan demikian nantinya stek yang diharapkan
akan berhasil (Hadriman, 2013).Bagian tanaman yang digunakan untuk stek
adalah bagian akar tanaman induk. Tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek
akar adalah tanaman sukun (Artocarpus communis Forst.), cemara (Casuarina
equisetifolia), jambu buji (Psidium guajava L.), jeruk keprok (Citrus nobilis
Lour.), dan kesemek (Diospyros kaki Thumb.). Tanaman-tanaman tersebut dapat
diperbanyak dengan stek akar karena akarnya diperkaya dengan kuntum adventif
yang setiap saat dapat tumbuh. Contohnya, sebagian akar berada di atas
permukaan tanah (Sumiasrih, 2005). Pemanfaatan kembang kertas sebagai salah
satu komoditas tanaman hias mempunyai potensi yang cukup besar, karena
tanaman ini memiliki bunga yang indah, dengan ukuran dan warna bunganya
beragam dan cocok dibudidayakan di negara tropis seperti Indonesia. Di Amerika,
kembang kertas merupakan bunga yang popular dan banyak diminati. Selama 50
tahun terakhir pemuliaan tanaman kembang kertas di Amerika telah banyak
dilakukan sehingga menjadikan bunga ini sangat terkenal. Perbaikan tanaman
kembang kertas diarahkan pada tinggi dan bentuk tanaman, serta ukuran dan
warna bunga (Sinaga, 2017).

Perbanyakan Bougainvilea atau bunga kertas yang lazim adalah dengan


menggunakan Stek. Dimana stek adalah cara perkembangbiakkan tanaman secara
vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian akar, batang, atau daun tanaman
untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sistem Stek dengan cara mengambil
atau memanfaatkan sebagian batang tanaman untuk dikembangbiakkan sebagai
tanaman baru. Disamping itu karena mudahnya melakukan stek ini petani lebih
suka menggunakan stek karena tidaklah begitu rumit dan hasilnya tidak berbeda
jauh dari induknya atau sama dengan induknya (Sinaga, 2017).
Bougainvillea merupakan tanaman tropis yang termasuk dalam family
Nyctaginaceae. Tanaman ini hidup menahun (perenial), berbentuk perdu dan
bersifat merambat (memanjat) maupun tegak. Struktur batang merupakan pohon
berkayu keras , penampangnya bulat, bercabang, dan beranting banyak dan dapat
mencapai tinggi 15 meter. Pada bagian batang, cabang ataupun ranting terdapat
duri –duri seperti kait. Duduk daun tanamn tersebar dan berhadapan, bertangkai,
berbentuk bulat telur memanjang atau meruncing. Warna daun hijau tua namun
ada yang belang-belang (variegata) antara hijau dengan putih atau hijau
bercampur kekuning – kuningan (Hadriman, 2013).
Perbanyakan vegetatif secara tradisional masih banyak diminati oleh para
petani, selain mudah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan stek tersebut
tidaklah mahal. Kemudian adapun permasalahan atau kendala yang sering timbul
dalam melakukan stek adalah kualitas bibit yang kurang baik sehingga persentase
pertumbuhan akar dan pertumbuhan tunas tidak begitu tinggi. Kendati demikian
persentase pertumbuhan akar, daun, bunga, dan batang secara tradisional memang
rendah dibandingkan dengan adanya pemberian ZPT. ZPT akan efektif pada
konsentrasi tertentu. Jika konsentrasi yang digunakan terlalu tinggi maka akan
dapat merusak stek karena pembelahan sel dan kalus akan berlebihan sehingga
menghambat tumbuhnya bunga serta akar, sedangkan bila konsentrasi yang
digunakan di bawah optimum maka ZPT tersebut tidak efektif (Sinaga, 2017).

Indikator keberhasilan penyetekkan adalah tumbuhnya perakaran.


Pertumbuhan akar yang cepat akan memungkinkan sumber stek memperoleh
nutrisi untuk menunjang pertumbuhannya. Untuk mempercepat pertumbuhan
perakaran pada proses penyetekan, maka perlu dipacu dengan pemberian zat
pengatur pertumbuhan (ZPT). Pemberian ZPT pada proses penyetekan tanaman
buah naga bertujuan untuk memperoleh perakaran yang banyak dalam waktu yang
relatif cepat Dalam hal ini, ZPT yang berperan penting dalam proses pertumbuhan
akar adalah ZPT dari golongan auksin. Auksin adalah zat pengatur tumbuh yang
berperan dalam proses pemanjangan sel, merangsang pertumbuhan akar,
menghambat pertumbuhan tunas lateral, mencegah absisi daun dan buah Auksin
eksogen dapat diperoleh secara sintetis dan alami, contoh auksin sintesis adalah
Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA), dan Naphthalene Acetic
Acid (NAA), sedangkan auksin alami salah satunya dapat diperoleh dari ekstrak
bawang merah (Siskawati dkk., 2013).

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan


dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada
jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan
kehadiran cincin sklerenkim yang kontinu merupakan penghambat anatomi pada
jenis - jenis tanaman yang sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat
munculnya akar adventif. Kondisi fisiologis tanaman yang mempengaruhi
penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda
pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Zong et al,
2008). Sitokinin dan auksin berhubungan erat dalam mengatur pembentukan
organ tanaman khususnya pada stek sehingga mampu membentuk akar dan tunas.
Didalam penelitian stek daun Begonia dengan kondisi steril, sitokinin pada
konsentrasi lebih tinggi dibanding auksin ternyata mampu membentuk tunas dan
cukup mempengaruhi pembentukan akar. Jika konsentrasi auksin lebih tinggi
dibanding sitokinin maka terjadi reaksi sebaliknya (Panjaitan et al., 2014).
BAB III BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 27 September 2019 pukul
13.30 WIB di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Andalas,
Padang.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah polybag, gelas ukur, gelas plastic, pisau, blender.
Bahan yang digunakan adalah papaya, aquades, tanah, pupuk kandang, stekan
bunga bougenvile.

C. Cara Kerja

Stekan bunga bougenvile diambil sepanjang 20 cm sebanyak 15 buah..


Praktikum ini dilakukan dengan 5 perlakuan konsentrasi jus papaya yaitu 0%;
25%; 50%; 75%; 100% masing – masing dengan 3 ulangan. Pepaya di haluskan
dengan blender Jus papaya dimasukkan ke dalam gelas ukur dan kemudian
dicukupkan sebanyak 100 ml dengan aquades. Setelah itu masing-masing larutan
dengan konsentrasi yang berbeda dimasukkan ke dalam gelas plastic. Kemudian
stekan bunga bougenvile direndam ke masing-masing perlakuan larutan selama 30
menit. Kemudian tanah humus dan pupuk kandang diaduk agar tercampur rata.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag sebanyak ¾ bagian polybag.

Setelah 30 menit, stekan bunga bougenvile ditanam ke media yang sudah


disiapkan. Polybag diberi label sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Stekan
ini diamati 1 kali dalam seminggu denagn variable pengamatan yaitu tinggi
tanaman dan jumlah daun baru yang muncul pada stekan bunga bougenvile.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Tinggi Tunas Tanaman Bugenvil

Konsentrasi ZPT Tinggi Tunas ( cm)


0% 3,22
25% 4,31
50% 3,38
75% 6,72
100% 0,42

Grafik 1. Tinggi Tunas Tanaman Bugenvil

5
Tinggi (cm)

4
Tinggi Tunas ( cm)
3

0
0% 25% 50% 75% 100%
Konsentrasi ZPT
Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Bugenvil

Konsentrasi ZPT Jumlah Daun


0% 11,88
25% 10,38
50% 5,61
75% 11,55
100% 3,38

Grafik 2. Jumlah Daun Tanaman Bugenvil


14

12

10
Jumlah Daun

6
Jumlah Daun
4

0
0% 25% 50% 75% 100%
Konsentrasi ZPT

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat dilihat hasil


pertumbuhan stek bugenvil pada tabel dan grafik di atas. Pengamatan yang telah
dilakukan dapat dilihat bahwa pemberian zat pengatur tumbuh alami dengan
menggunakan jus pepaya memiliki respons yang berbeda-beda terhadap
pertumbuhan tanaman bugenvil yaitu tinggi tunas tanaman dan jumlah daun.
Rata-rata tinggi tunas tanaman bugenvil yang terbesar terdapat pada perlakuan
dengan pemberian konsentrasi ZPT jus pepaya sebanyak 75 % yaitu sebesar 6,72.
Rata-rata jumlah daun tanaman bugenvil yang terbesar terdapat pada perlakuan
dengan pemberian konsentrasi ZPT jus pepaya sebanyak 0 % yaitu sebesar 11,88
atau 12 daun.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa tidak semua zat pengatur tumbuh jus
pepaya memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan stek tanaman bugenvil.
Pengamatan dilakukan sebanyak 6 kali, hasil pengamatan yang telah ada
menunjukkan bahwa jus pepaya yang digunakan sebagai zat pengatur tumbuh
memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan stek tanaman
bugenvil, hal ini di duga karena konsentrasi jus pepaya merupakan senyawa
organik yang mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman stek
bugenvil. Semakin tepat jenis konsentrasi yang diberikan maka zat pengatur
tumbuh alami jus pepaya akan semakin mempengaruhi pertumbuhan stek tanaman
bugenvil. Menurut Trisna (2013) Zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang
tepat akan bekerja dengan baik dan apabila konsentrasinya berlebihan atau
kekurangan dapat menghambat pertumbuhan diameter.
Pertumbuhan stek bugenvil juga dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internalnya ialah berasal dari genetik dalam tanaman bugenvil.
Faktor eksternalnya ialah lingkungan. Lingkungan seperti pengaruh suhu,
kelembaban, intensitas matahari yang ada mempengaruhi pertumbuhan stek
tanaman. Selain penggunaan zat pengatur tumbuh keberhasilan perbanyakan
secara stek sangat tergantung pada media tanam yang digunakan. Media yang baik
mempunyai porositas cukup, aerasi, dan drainase serta kapasitas mengikat air
tinggi dan bebas patogen.
Menurut Djamhari (2010), zat pengatur tumbuh eksogen yang diaplikasikan
pada tanaman berfungsi untuk memacu pembentukan fitohormon. Hormon dapat
mendorong suatu aktivitas biokimia. Fitohormon sebagai senyawa organik yang
bekerja aktif dalam jumlah sedikit biasanya ditransformasikan ke seluruh bagian
tanaman sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi
tanaman.
BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah di dapatkan dapat disimpulkan bahwa zat
pengatur tumbuh jus pepaya memiliki respon yang berbeda-beda terhadap
pertumbuhan tinggi tunas dan jumlah daun stek tanaman bugenvil
B. Saran
Praktikum selanjutnya diperlukan melakukan praktikum untuk mendapatkan
konsentrasi terbaik zat pengatur tumbuh jus pepaya untuk pertumbuhan stek
pepaya. Stek yang telah ditanam diharapkan melakukan perawatan agar tanaman
tidak mati.
DAFTAR PUSTAKA

Hadriman Khair, Meizal dan Zailani Rizky Hamdani, 2013.Pengaruh Konsentrasi


Ekstrak Bawang Merah Dan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Stek
Tanaman Melati Putih (Jasminum sambac L.) Medan.

Hasanah, F. N. 2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam (Pogostemon


cablin Benth.) setelah direndam Iba (Indol Butyric Acid) pada
Konsentrasi Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol 15 (2) : 1-5

Panjaitan, L.R.H, J. Ginting, dan Haryati. 2014. Respon pertumbuhan berbagai


ukuran diameter batang stek bugenvil (Bougenvillea spectabilis
willd) terhadap pemberian zat pengatur tumbuh. Jurnal Online
Agroteknologi 2(4): 1384-1390.

Trisna. N. 2013. Pengaruh Berbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh Terhadap


Pertumbuhan Stump Jati (Tectona grandis L.S.). Jurnal Warta Rimba
Vol.1 No.1 Desember 2013.

Sinaga, S. Dharma. 2017. Air kelapa dan perendaman ekstrak bawang merah
berpengaruh terhadap pertumbuhanstek bunga kertas (bougenvillea
spectabilis). Skripsi. UMSU MEDAN.

Siskawati, E., R. Linda., dan Mukarlina. 2013. Pertumbuhan stek batang jarak
pagar (Jatropha curcas L.) dengan perendaman larutan bawang
merah (Allium cepa L.) dan IBA (Indole Butyric Acid). Jurnal
Protobiont 2 (3):167 – 170. Malang.

Sumiasri, Nurul,Dkk 2005.Tanggap Stek Cabang Bambu Betung (Dendrocalamus


Asper) Pada Penggunaan Berbagai Dosis Hormon Iaa Dan
Iba. Jurnal Natur Indonesia Iii (2): 121 – 128.Cibinong : Puslitbang
Bioteknologi

Widarto,L 1995.Perbanyakan Tanaman dengan biji. Stek, Cangkok, Sambung,


Okulasi dan kultur jaringan. Jakarta:kanisius.
Zhao, Y. 2010. Auxin biosynthesis and its role in plant development. Annu. Rev.
Plant Biol. 61: 49-64.

Zong M. C., Yi Li and Zhen Z. 2008. Plant Growth Regulators Used in


Propagation. CRC Press. Boca Raton, Florida.
LAMPIRAN

A. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Tinggi Tunas Tanaman Bugenvil

Konsentrasi Pengamatan Tinggi Tunas Tanaman (Cm)


Rata-Rata
ZPT Jus Ulangan Ke- Rata-
Ulangan
Pepaya 1 2 3 4 5 6 Rata
0% 1 0 0 2 2,8 3,5 4,7 2,166667
2 0 0 0 1 1,7 2,6 0,883333 3,222222222
3 0,5 3 6 8 9,7 12,5 6,616667
25% 1 3 5 7 10,3 12 14,6 8,65
2 0 0 2 4,2 5 6 2,866667 4,311111111
3 0 0 0 2 2,5 4 1,416667
50% 1 0 1 4 6 8,5 10 4,916667
2 0 1 3 6 6 8 4 3,388888889
3 0 0 0 2 2 3,5 1,25
75% 1 2 4 7 9 13 16 8,5
2 0 0 0 0 0 0 0 6,722222222
3 3 6 8 15 17 21 11,66667
100% 1 0 0 0 0 0 1,1 0,183333
2 0 0 0 1 1,3 1,5 0,633333 0,427777778
3 0 0 0 0 1 1,8 0,466667

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Bugenvil

Konsentrasi Pengamatan Jumlah Daun Ke-


ZPT jus Ulangan rata-rata rata-rata ulangan
pepaya 1 2 3 4 5 6
0% 1 1 2 3 3 5 7 3,5
2 3 7 13 15 16 19 12,16667 11,88888889
3 6 10 18 25 29 32 20
25% 1 2 6 11 13 15 17 10,66667
10,38888889
2 3 5 12 14 16 18 11,33333
3 2 5 10 12 12 14 9,166667
50% 1 1 1 2 5 5 6 3,333333
2 4 7 12 15 16 19 12,16667 5,611111111
3 0 0 1 2 2 3 1,333333
75% 1 5 8 14 17 19 21 14
2 0 0 0 0 0 0 0 11,55555556
3 7 13 18 25 29 32 20,66667
100% 1 0 0 0 1 1 2 0,666667
2 4 7 9 11 11 12 9 3,388888889
3 0 0 0 1 1 1 0,5
B. Dokumentasi

No. Gambar Keterangan


1.
Pengamatan tinggi
tunas

2. Pengamatan
menghitung jumlah
daun

3. Perawatan pada stek


tanaman bungenvil

4. Pembersihan gulma
yang tumbuh di
sekitar media stek
tanaman bugenvil

Anda mungkin juga menyukai