Anda di halaman 1dari 13

BUDIDAYA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L )

LAPORAN
PROYEK USAHA MANDIRI (PUM)

Oleh :

PASKAH D. LOMI
Nim : 142383033

PROGRAM STUDI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


JURUSAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Proyek

Usaha Mandiri dengan baik, tanpa gangguan dan hambatan yang berarti. Dalam proses

penyusunan laporan Proyek Usaha Mandiri ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mikha S. Ratu Rihi, SP.M.Si selaku Ketua Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura dan
Marsema M. Kaka Mone, SP., selaku Ketua Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura,
2. Ir. Aloysius Ng. Lende, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penulisan laporan PUM.
3. Bapak dan Mama tercinta yang telah mendukung pendidikan penulis
4. Adik- adik yang memotivasi serta mengharapkan keberhasilan penulis
5. Dessy Yuniati Doro yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta doanya bagi penulis
6. Teman- teman seperjuangan yang telah memberikan sumbangan pikiran dan membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan Proyek Usaha Mandiri ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca
terutama yang berminat untuk melakukan budidaya Tanaman mentimun
Kupang, Februari 2017

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman mentimun (cucumis sativus L) termasuk dalam tanaman merambat
yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga cucurbitaceae.
Pembudidayaan mentimun meluas ke seluruh dunia, baik daerah yang beriklim panas
(tropis) maupun sedang (subtropis). Di Indonesia tanaman mentimun banyak di
budidayakan di dataran rendah (Wijoyo, 2012).
Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber
mineral dan vitamin. Buah mentimun mengandung zat-zat saponin, protein, lemak,
kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1 dan C. Mentimun mentah bermanfaat
untuk menurunkan panas badan, dan juga meningkatkan stamina. Kandungan 100 gram
mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 gram protein, 0,19 gram pati, 3 gram karbohidrat, 30
miligram fosfor, 0,5 miligram besi, 0,02 gram tianin, 0,05 gram riboflavin, 14 miligram
asam (Sumpena, 2001).
Prospek budidaya mentimun mentimun (Cucumis sativus L) di Indonesia sangat
baik karena mentimun banyak di gemari oleh masyarakat. Permintaan terhadap
komoditas ini dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Kebutuhan buah mentimun
ini akan terus meningkat sejalan dengan kenaikkan jumlah penduduk, kenaikkan taraf
hidup masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat dan semakin tingginya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi (Wijoyo, 2012).
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia maupun dunia berdampak pada
peningkatan jumlah permintaan sayuran. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi
mentimun adalah melalui teknik budidaya yang baik.
Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sangat potensial
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat pada
tahun-tahun mendatang. Dengan melihat potensi pada buah mentimun, maka
pengembangan mentimun memiliki peluang bisnis yang sangat cerah. Kuatnya pasaran
juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan perusahaan industri pengolahan
mentimun menjadi berbagai bentuk produk olahan, misalnya acar, asinan, jus, dan lain-
lain (Hariswono, 2011).
Produksi mentimun di Indonesia masih rendah padahal potensinya cukup tinggi.
Kebanyakan para petani mentimun masih menganggap bertanam usaha tani mentimun
adalah usaha sampingan, sehingga penanganannya pun masih belum optimal.

1.2.Tujuan
Tujuan pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui cara budidaya tanaman mentimun secara baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis usaha tani mentimun
1.3. Kegunaan
Sebagai bahan bacaan dan sumber pengetahuan tentang teknik budidaya mentimun

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Mentimun
Kedudukan tanaman mentimun dalam tata nama tumbuhan, yang dikutip
sumpena, 2001 diklasifikasikan ke dalam :
Divisi : Spermatohyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceaea
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
Keturunan : Vanesa
Keluarga (famili) Cucurbitaceaea ini sekurang-kurangnya ada 96 generatif dan
750 spesies tanaman labu-labuan yang tumbuh di dunia, terutama di daerah (panas)
tropis. Meskipun demikian hanya beberapa jenis atau spesies saja yang ditanam di
Indonesia, di antaranya, Baligo atau Kundur (Benincasa hispida Thumb. Cogn),
Semangka (Citrullusvulgaris Schard), Waluh (Cucurbita moschata Dutch. ex. Poir),
Oyong atau Kimput (Luffa acutalangula L. Roxb), paria atau pare (Momordica
charantia L.), Labu siam (Sechium edule Sw.), dan Melon (cucumis melo L).
Variasi bentuk dan warna buah mentimun disebabkan oleh varietas mentimun
yang berbeda. Varietas buah mentimun terus bertambah seiring dengan kemajuan
teknologi dan kebutuhan akan benih mentimun yang disesuaikan dengan kondisi
geografis suatu tempat.
Menurut Wahyudi (2010) mentimun memiliki beberapa varietas, ada tiga contoh
varietas yaitu mayapada F-1, misano F-1, dan venus yang namanya diganti menjadi
vanesa.
Mentimun dapat dibudidayakan di sawah, ladang, kebun, dalam media polybeg
dengan menggunakan lanjaran atau para-para atau dibiarkan merambat di tanah, karena
mentimun adalah tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan
perantara alat pemegang seperti ajir. Cara budidaya mentimun pada dasarnya sama
dengan budidaya sayuran konvesional lainnya.
2.2. Morfologi Tanaman Mentimun
Perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya
tembusnya relatif dangkal, kedalaman sekitar 30 sampai 60 cm, karena itu tanaman
mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air (Rukmana, 1994).
Mentimun termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau
memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batangnya basah,
berbulu, serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50 sampai 250
cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh di sisi tangkai daun.
Daun tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang dan berwarna hijau, bentuk
daun bulat lebar, bersegi mirip jantung, dan bagian ujung daunnya meruncing, dan
bergerigi. Panjang 7 sampai 18 cm dan lebar 7 sampai 15 cm. Daun ini tumbuh berselang
seling keluar dari buku-buku (ruas) batang.
Tanaman mentimun pada dasarnya berbunga sempurna (Hermaphrodite), tetapi
pada perkembangan evolusinya salah satu jenis kelaminnya mengalami degenerasi,
sehingga tinggal salah satu jenis kelaminnya yang berkembang menjadi bunga secara
normal. Para ahli tanaman menemukan empat macam bunga mentimun, yaitu bunga
jantan, betina, sempurna dan campuran. (Padmiarso M. Wijoyo. 2012).
Bunga mentimun bersifat tidak mantap, karena sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan. Di Indonesia, letak bunga jantan dan betina terpisah, tetapi masih dalam satu
tanaman (berumah satu) atau disebut ‘monoecious’. Pada variasi kelamin bunga
monoecious, persentase bunga jantan dan bunga betina hampir sama jumlahnya. Di
daerah yang penyinaran mataharinya lebih dari 12 jam/hari, intensitas tinggi dan suhu
udaranya panas cenderung memperlihatkan lebih banyak bunga jantan (Androecium) dari
pada bunga betina (Gynaecium).
Bentuk bunga mentimun mirip terompet yang mahkota bunganya berwarna
kuning. Bunga jantan dicirikan tidak mempunyai bagian yang membengkak di bawah
mahkota bunga, jumlahnya lebih banyak, dan keluarnya beberapa hari lebih dulu
dibandingkan dengan bunga betina. Sedangkan bunga betina mempunyai bakal buah
yang membengkak, terletak di bawah mahkota bunga, dan umumnya baru muncul pada
ruas ke-6 setelah bunga jantan. Bunga betina mampu berkembang menjadi buah.
Bentuk dan ukuran buah bermacam-macam, tetapi umumnya bulat panjang atau
bulat pendek. Kulit buah ada yang berbintil, ada pula yang halus. Warna kulit buah antara
hijau keputih-putihan, hijau muda, dan hijau gelap.
Daging buah ketimun mengandung banyak air dan berwarna putih. Di dalam buah
terdapat banyak biji, biji mentimun berjumlah banyak dengan bentuk lonjong meruncing
(pipih), kulitnya berwarna putih. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan
tanaman.
2.3. Syarat Tumbuh
Tanaman mentimun dapat dibudidayakan dimana-mana, baik diladang, dihalaman
rumah dan di green house. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus.
Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur dan gembur,
serta cahaya matahari penuh dengan drainase yang baik. Mentimun sebaiknya
dirambatkan kepara para, dan tumbuh dengan baik didataran rendah hingga 1300 m
diatas permukaan laut.
a. Iklim
Daya adaptasi tanaman mentimun terhadap berbagai iklim (lingkungan tumbuhnya)
cukup tinggi dan tidak membutuhkan perawatan yang khusus. Mentimun dapat di tanam
mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi berkisar 0 - 1.000 meter di atas
permukaan laut (m dpl), namun untuk pertumbuhan optimum tanaman mentimun
membutuhkan iklim kering, sinar matahari cukup (tempat terbuka), dan temperatur
berkisar 21,1 sampai 26,7o C.
b. Tanah
Tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung
humus, tidak menggenang (becek) dan pH berkisar 6 sampai 7. Tekstur tanah lempung
dengan drainase yang baik.

2.4. Tahapan Budidaya Mentimun


a. Persiapan lahan
Tanah di bajak atau di cangkul kemudian dilanjut pembuatan bedengan dengan tinggi
20 cm – 30 cm, lebar 60 cm, dan jarak antar guludan 40 cm, untuk panjang bedengan
disesuaikan dengan panjang lahan. biarkan tanah mengering dalam satu minggu. Rapikan
guludan sambil memperbaiki saluran antara guludan, sekaligus diberikan pupuk dasar
organic berupa pupuk kandang.
b. Penanaman
Pembuatan lubang tanaman dua baris dalam satu guludan dengan jarak tanam 60 cm
× 40 cm. Pembuatan lubang dengan cara ditugal sedalam 1 cm. Pada setiap lubang
ditanam 2 benih mentimun. Benih ditutup dengan tanah yang sudah tercampur dengan
pupuk kandang
c. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi :
1. Penjarangan dan penyulaman
Selama 2 (dua) minggu setelah ditanam, mentimun diamati secara terus menerus,
terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera
disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti
dengan bibit yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada
saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Biji mentimun
untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis 10 gram per tanaman atau satu sendok teh
pada umur 12 hst. Sedangkan pemupukan kedua dan ketiga dosisnya 20 gram per
tanaman atau 1 sendok makan, di aplikasikan pada umur 25 hst dan 45 hst. Pupuk
diletakan pada jarak 10 – 20 cm dari tanaman.
3. Pengairan
Pengairan dilakukan secara rutin agar kelembaban tanah tetap terjaga. Jika terjadi
hujan, maka drainase harus di perhatikan agar tetap terbuka sehingga air tidak
menggenangi areal tanaman.
4. Pemasangan lanjaran atau pengajiran
Pengajiran dapat dilakukan 2 minggu setelah tanam. Pengajiran bertujuan agar
tanaman tumbuh tegak ke atas agar mengalami penyinaran secara optimal. Selain itu ajir
juga berfungsi merambatkan daun, memudahkan pemeliharaan dan tempat menopang
buah. Tinggi ajir kurang lebih 2 meter.
5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan gulma yang tumbuh
disekitar tanaman.
6. Panen dan pasca panen
Mentimun Misano F1 dapat dipanen 30 – 40 hst. Saat panen yang baik adalah pagi
hari antara pukul 06.00 – 10.00 dan sore hari antara pukul 15.00 – 17.00. agar kualitas
hasil panen dari budidaya mentimun ini tetap terjaga perlu dilakukan penanganan pasca
panen dengan baik. Penanganan pasca panen yang dapat dilakukan meliputi penyortiran
berdasarkan ukuran buah dan pengepakan atau pengemasan dengan baik kemudian
mentimun siap diangkut untuk di pasarkan. Tujuan dari penanganan pasca panen ini
adalah untuk melindungi mentimun dari kerusakan fisik yang dapat menyebabkan
kebusukan pada buah, sehingga mentimun dapat sampai ke konsumen dengan kondisi
yang tetap baik.

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) telah dilaksanakan dilahan pekarangan, di
Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, selama 3 bulan sejak November 2016
sampai Januari 2017.
3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat yang digunakan adalah pacul, sekop, embaer, dan sprayer. Sedangkan bahan
yaitu: polybag, sekam bakar, benih mentimun (misano F1), pupuk kandang, pupuk kimia
(urea, sp36, dan kcl) dan air serta ajir.
3.3. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan budidaya tanaman mentimun
adalah:
1. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya mentimun harus
dipersiapkan terlebih dahulu, agar dalam pelaksanaannya tidak ada kendala kekurangan
alat atau bahan.
2. Persiapan media tanam.
Pengisian polybag dengan bahan yaitu : sekam bakar di campur dengan pupuk
kandang dan tanah.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada minggu kedua bulan November 2016. Jumlah benih yang
ditanam per lubang tanam adalah 2 benih.
4. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman
yang tidak tumbuh ataupun yang tumbuh abnormal di ganti dengan benih yang baru.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan tiga kali dengan dosis 10 gram per lubang tanam untuk
aplikasi pertama pada saat tanaman berumur 12 hst , sedangkan pada pemupukan kedua
dan ketiga dilakukan dengan dosis 20 gram per lubang tanam pada saat tanaman berumur
25 hst dan 45 hst.
6. Pengairan
Pengairan rutin harus selalu diberikan untuk menjaga kelembaban tanah. Dan yang
paling penting setiap selesai pemupukan harus melakukan pengairan.
7. Pemasangan lanjaran atau pengajiran
Pengajiran dilakukan dua minggu setelah tanam. Tujuan pemasangan ajir agar
tanaman tumbuh tegak ke atas sehingga memperoleh sinar matahari secara optimal,
memudahkan perawatan, merambatkan tanaman, dan tempat menopang buah.
8. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma, sehingga tidak ada yang
berkompetisi dengan tanaman dalam memperoleh unsur hara.
9. Panen dan pasca panen
Buah mentimun dapat dipanen pada saat tanaman berumur 38 – 40 hari setelah tanam.
Setelah melakukan pemanenan harus diikuti dengan kegiatan pasca panen. Tujuan
kegiatan pasca agar kualitas buah mentimun tetap terjaga hingga sampai ke konsumen.
Kegiatan pasca panen yang dilakukan diantaranya penyortiran buah berdasarkan ukuran,
dan pengemasan menggunakan kantung plastik.

3.4. Jadwal Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri


Jadwal pelaksanaan proyek usaha dibuat agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan
tahapan dalam kegiatan budidaya tanaman mentimun.
Tabel 3.4. Jadwal Kegiatan
November Desember Januari
No Uraian kegiatan Minggu ke… Minggu ke.. Minggu ke..
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan alat dan bahan
2 Pengisian media tanam
3 Penanaman
4 Penyulaman
5 Pemupukan
6 Pengairan
7 Pemasangan lanjaran atau pengajiran
8 Penyiangan
9 Panen dan pasca panen
10 Pelaporan dan ujian

BAB IV
ANALISIS USAHA TANI MENTIMUN
4.1. Jenis-Jenis Biaya Usahatani Mentimun
4.1.1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh hasil
produksi. Komponen biaya tetap dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1.1. Biaya Tetap Usahatani Mentimun
No Uraian Jumlah (unit) Harga satuan (Rp) Total harga (Rp)
1 Polybag 5 kg 30.000 150.000
2 Sewa sprayer 1 buah 10.000 10.000
Total biaya tetap 160.000

4.1.2. Biaya Variabel


Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil produksi.
Komponen biaya variabel dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1.2. Biaya Variabel Usahatani Mentimun
No Uraian Jumlah (unit) Harga/satuan (Rp) Total harga (Rp)
1 Benih mentimun 1 bungkus (800 butir) 45.000 45.000
2 NPK 1 kg 10.000 10.000
3 Gandasil B 2 bungkus 7.000 14.000
Total biaya variabel 69.000

Total biaya = total biaya tetap + total biaya variabel


= Rp 160.000 + Rp 69.000
= Rp 229.000
4.2. Analisis Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara penjualan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
(Raharjo 1996). Berdasarkan uraian di atas, maka keuntungan yang diperoleh, setelah
kegiatan proyek usaha mandiri adalah sebagai berikut:
a. Total biaya = total biaya tetap + total biaya variabel
= Rp 160.000 + Rp 69.000
= Rp 229.000
b. Total penerimaan = jumlah produksi × harga jual/unit
= 56 kg × Rp 7000
= Rp 392.000
c. Keuntungan = Total penerimaan – total biaya
= Rp 392.000 – Rp 229.000
= Rp 163.000
4.3. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Ratio antara jumlah nilai present arus tunai masuk dengan jumlah nilai present arus
tunai keluar (atau perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan biaya yang telah
dikeluarkan), dengan indikator sebagai berikut:
Jika nilai R/C Ratio > 1 berarti usaha atau proyek tersebut menghasilkan keuntungan.
Jika nilai R/C Ratio = 1 berarti usaha atau proyek tersebut tidak menghasilkan
keuntungan dan tidak memberikan kerugian atau impas.
Jika nilai R/C Ratio < 1 berarti usaha atau proyek tersebut mengalami kerugian.

R/C Ratio =
=
= 1,71

Nilai R/C Ratio =. 1,71 artinya setiap pengeluaran atau biaya sebesar Rp.
1,- menghasilkan penerimaan senilai Rp 1,71 atau setiap pengeluaran sebesar Rp
229.000 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 392.000 sehingga usaha tani
budidaya tanaman mentimun ini menguntungkan dan layak secara ekonomis
diusahakan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
Kegiatan proyek usaha mandiri budidaya tanaman mentimun dilaksanakan pada
lahan seluas 100 dengan jarak 50 × 70 cm dan penanaman 2 biji perlubang, jadi jumlah
populasi 571 tanaman. Panen dilakukan dalam beberapa tahap sebagaimana tertera pada
tabel 5.1.
Tabel 5.1. Hasil Panen
No Panen ke ….. Tanggal Panen Jumlah Hasil (kg)
1. Pertama 26 Desember 2016 9
2. Kedua 30 Desember 2016 15
3. Ketiga 1 Januari 2017 12
4. Keempat 5 Januari 2017 12
5. Kelima 9 Januari 2017 8
Jumlah 56

5.2.Pembahasan
Berdasarkan hasil pada tabel 5.1. dapat di katakan bahwa usaha tani mentimun ini
cukup menguntungkan dan layak di usahakan secara komersial hal ini ditandai dari hasil
analisis usaha tani yang lebih dari satu yaitu R/C Ratio 1,7. Selain itu kesuksesan usaha
tani mentimun ini tercapai karena didukung oleh teknik budidaya yang baik dan benar.
Dalam kegiatan menggunakan media polybag karena pertimbangan untuk menghindari
busuk akar pada mentimun karena kegiatan proyek usaha mandiri ini dilakukan pada saat
menjelang musim hujan.

Kegiatan budidaya mentimun pada musim hujan banyak kendala yang terjadi,
meliputi pembusukan buah, cepatnya penyebaran hama dan penyakit, pembusukan akar,
dan pertumbuhan gulma yang lebih cepat dibandingkan budidaya tanaman mentimun
pada musim panas.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
1. Usaha tani budidaya mentimun pada musim hujan dengan mengunakan polybag cukup
menguntungkan karena pada musim hujan harga mentimun cukup tinggi.
2. Penggunaan polybag dalam budidaya mentimun pada musim hujan dapat menghindari
busuk akar karena kelembapan media tanam dapat di kontrol.
3. Berdasarkan hasil analisis usaha tani memperoleh R/C Rasio 1,7 membuktikan bahwa
budidaya mentimun layak dibudidayakan.

6.2. Saran
Dalam kegiatan budidaya tanaman mentimun pada musim hujan disarankan agar
menggunakan media polybag agar kelembaban dapat terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik. 1991. “Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia”. BPS. Jakarta
Indonesia.

Irianto, 2009. “Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)”Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.

Rukmana, R. 2007. “Budidaya Mentimun”. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Wijoyo, P. M. 2012. “Budidaya Mentimun yang Lebih Menguntungkan”. Pustaka Agro.


Jakarta.

Yamaguchi, Rubatzky, Vincent, E.1999. “Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan Gizi”,
Bandung : Penerbit ITB.

Yuda, A. N. S, dan Susilla, A.D 2011. “Pengaruh Jumlah Buah per Tanaman dan Pangkas
Pucuk (Toping) Terhadap Kualitas Buah Pada Budidaya Melon (Cucumis Melo L.)
Dengan Sistem Hidroponik”. Jurnal. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai