Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Ilmu Gulma dan Teknik Pengendaliannya

IDENTIFIKASI GULMA

Nama : A. Tenri Ampareng


Nim : G011171540
Kelas : Gulma- F
Kelompok :2
Asisten : Rafika Ramadhani

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman
budidaya atau merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk
mengendalikannya. Jenis gulma meliputi gulma rumput (grasses), gulma golongan
tekian (seedges) dan gulma golongan berdaun lebar (broad leaves).
Gulma merupakan salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan
tanaman selain faktor alam, genetik dan budidaya tanaman. Gangguan gulma dapat
menyebabkan tanaman kerdil, daun-daun menguning dan produksi rendah.
Kehadiran gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lahan
pertanian dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan dengan
tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan unsur-unsur
hara, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang lingkup, mengotori kualitas
produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma, dapat
mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun) serta sebagai tempat
hidup atau inang tempat berlindungnya hewan-hewan kecil, insekta dan hama
sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan
baik, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau
sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan
biaya-biaya usaha pertanian dan menurunkan produktivitas.
Dalam penekanan populasi gulma yang terdapat pada suatu areal lahan
budidaya dapat dilakukan dengan tepat diawali dengan melakukan identifikasi
terhadap jenis gulma yang terdapat pada areal tersebut. Identifikasi adalah
usaha yang dilakukan untuk mengenali ataupun mengetahui informasi mengenai
suatu materi yang sedang diamati dimana materi yang dimaksud adalah gulma.
Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi lahan budidaya.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan praktikum identifikasi gulma
untuk mengetahui setiap jenis gulma sehingga lebih memudahkan untuk
dikendalikan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis gulma apa saja
yang dapat menggangu tanaman budidaya serta mengetahui karakteristik dan ciri-
ciri gulma agar lebih memudahkan dalam pengendaliannya.
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat
meningkatkan wawasan tentang cara mengidentifikasi gulma serta pengaruhnya
terhadap tanaman budidaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gulma
Gulma merupakan salah satu faktor pemb atas produksi tanaman, oleh
karena gulma dapat menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok
gulma dapat menurunkan hasil sebesar 20-40 % apabila tidak disiangi. besarnya
persentase penurunan hasil pertanian karena adanya gulma berbanding lurus dengan
kerapatan gulma per satuan luas tertentu. Gulma mengurangi hasil tanaman dalam
persaingan mendapatkan cahaya, oksigen, dan CO2, serta makanan. Penurunan hasil
tanaman tersebut diakibatkan karena gulma dapat menurunkan aktivitas
pertumbuhan antara lain kerdilnya pertumbuhan tanaman, terjadi klorosis,
kekurangan hara, serta terjadinya pengurangan jumlah dan ukuran organ tanaman.
Gejala kekurangan unsur hara pada tanaman dapat mengakibatkan kegagalan total
tanaman bibit, tanaman sangat kerdil, gejala-gejala pada daun yang bersifat khas,
dan kelainan yang timbul pada jaringan tanaman (Sukman dan Yakup, 2002).
Pada areal pertanaman sering ditemui kendala yang disebabkan oleh
keberadaan Organisme Pengganggu Tanaman, khususnya gulma. Gulma
merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menghambat
partumbuhan, perkembangan dan produktivitas tanaman. Kehadiran gulma
disekitar tanaman budidaya tidak dapat dihindarkan, terutama jika lahan
ditelantarkan atau tanpa pengolahan (Widayat dkk, 2015).
Kehadiran gulma di suatu areal pertanaman secara umum memberikan
pengaruh negatif terhadap tanaman, karena gulma memiliki daya kompetitif yang
tinggi sehingga memungkinkan terjadinya persaingan cahaya, CO2, air, unsur hara,
ruang tumbuh yang digunakan secara bersamaan. Selain itu gulma memiliki
peranan lain yaitu sebagai alelopati, alelomediasi dan alelopoli. Alelopati, karena
gulma dapat mengeluarkan bahan kimia untuk menekan bahkan mematikan
tumbuhan atau tanaman lain sedangkan alelomediasi, karena gulma merupakan
tempat tinggal bagi beberapa jenis hama tertentu atau gulma sebagai penghubung
antara hama dengan tanaman budidaya, dan alelopoli, karena gulma selalu bersifat
monopoli atas air, hara, CO2, O2 dan sinar matahari. Secara umum persaingan antara
tanaman dan gulma dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman budidaya tertekan,
menghambat kelancaran aktifitas pertanian, estetika lingkungan tidak nyaman dan
meningkatkan biaya pemeliharaan tanaman budidaya (Widayat dkk, 2015).
Kehadiran gulma pada pertanaman akan menimbulkan kompetisi yang
sangat serius dalam mendapatkan air, hara, cahaya matahari dan tempat tumbuh,
dampaknya hasil tanaman tidak mampu menunjukkan potensi yang sebenarnya.
Secara umum dikatakan bahwa besarnya pengaruh kompetisi dengan gulma sangat
ditentukan oleh lokasi atau kesuburan tanah, tanaman budidaya, jenis gulma,
tingkat kelembaban tanah, tingkat pengelolaan lahan, pupuk, (Widayat dkk, 2015).
2.2 Identifikasi Gulma
Kehadiran berbagai jenis gulma pada suatu daerah membentuk komunitas.
Jenis gulma dalam komunitas atau lebih, baru dapat dikatakan homogen, apabila
indeks kesamaan dari kedua komunitas lebih besar atau sama dengan 70%. Dengan
demikian, jika dua lahan memiliki indeks kesamaan kurang dari 70% dapat
dikatakan bahwa dua lahan tersebut memiliki jenis-jenis gulma yang berbeda atau
tidak homogen . Tipe komunitas terjadi karena adanya sifat yang berbeda dalam
dominasi jenis, komposisi jenis, struktur lapisan tajuk (Wattimena, 2012).
Menurut Tustiyani dkk (2018), Identifikasi gulma yang ditemukan dari
masing-masing titik pengamatan dilakukan dengan cara melihat secara visual
bentuk morfologi gulma tersebut, Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan
gulma berdasarkan spesies dan dihitung jumlahnya apabila sudah diketahui spesies
gulma tersebut. Identifikasi dilakukan untuk memperoleh data keragaman dan
dominasi jenis gulma pada lahan pertanaman jeruk. Nilai SDR dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝒌𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒍𝒂𝒕𝒊𝒇 + 𝒇𝒓𝒆𝒌𝒖𝒆𝒏𝒔𝒊 𝒓𝒆𝒍𝒂𝒕𝒊𝒇
(𝑺𝑫𝑹)
𝟐

Identifikasi gulma dapat ditempuh dengan satu cara atau kombinasi dari cara-
cara di bawah ini (Tustiyani dkk, 2018):
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2. Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5. Membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia.
Keragaman gulma dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Banyak faktor yang
mempengaruhi keragaman gulma pada tiap lokasi pengamatan, seperti cahaya,
unsur hara, pengolahan tanah, cara budidaya tanaman, serta jarak tanam atau
kerapatan tanaman yang digunakan berbeda serta umur tanaman tersebut. Spesies
gulma juga dipengaruhi oleh kerapatan tanaman, kesuburan tanah, pola budidaya
dan pengolahan tanah. Sebaran gulma antara satu daerah dengan daerah lainnya
berbeda sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Prawoto, et. al (2008), menyatakan bahwa identifikasi gulma
didsarkan pada kenampakan luar atau sifat-sifat morfologi dari gulma tersebut
sehingga tidak diperlukan peralatan yang rumit. Bagian-bagian dari gulma yang
biasa diamati sifat morfologinya untuk keperluan identifikasi adalah sebagai
berikut:
1. Bagian vegetatif yang meliputi batang (berkayu, menjalar, silindris dan
bulat), perakaran (akar tunggang/ akar serabut), daun (bentuk daun, ujung
daun, kedudukan daun, dan tepi daun), serta modifikasi batang/ daun
(sulur/umbi).
2. Bagian generatif yang meliputi bunga (bunga tunggal/ majemuk, duduk
bunga, kelopak, dan putik), buah (bentuk, ukuran, dan warna), serta biji
(bentuk, ukuran, dan warna).
2.3 Klasifikasi Gulma
Gulma diklasifikasikan berdasarkan karakteristik reproduksi, bentuk
kehidupan, botani dan lain-lain. Dalam prakteknya terutama untuk kepentingan
pengelolaan vegetasi maka klasifikasi botani biasannya digunakan. Menurut
klasifikasi ini gulma dibedakan menjadi rumput, teki, dan gulma daun lebar.
Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan terdiri atas gulma berkayu, gulma air,
gulma perambat termasuk epiphytes dan parasite. Ditinjau dari siklus hidupnya
dikenal sebagai gulma semusim, dua musim, dan tahunan. Beberapa jenis gulma
mungkin termasuk kombinasi dari karakteristik tersebut (Hamid Iskandar, 2010).
Menurut Sembodo (2010), berikut ini adalah klasifikasi gulma berdasarkan
kesamaan respon atau tanggap gulma terhadap herbisida :
1. Gulma Golongan Rumput (Grasses)
Gulma yang tergolong dalam golongan ini merupakan semua jenis gulma
yang termasuk dari famili Poaceae atau Gramineae. Penyebutan gulma dalam
golongan ini sebagai gulma daun sempit dinilai kurang baik karena gulma dalam
golongan tekian juga berdaun sempit. Morfologi dari golongan gulma ini memiliki
tulang daun sejajar dengan tulang daun utama serta bentuk daun menyerupai pita
yang letaknya berselang-seling pada ruas batang. Batang gulma ini berbetuk
silindris, beruas, dan berongga dengan sistem perakaran serabut.
2. Gulma Golongan Teki (Sedges)
Gulma golongan teki merupakan semua jenis gulma dalam famili
Cyperaceae. Ciri-ciri utama dari gulma golongan ini adalah letak daun yang berjejal
pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita serta tangkai bunga tidak beruas.
Batang dapat berbentuk silindris, segi empat, atau segi tiga. Gulma dalam golongan
ini juga dapat membentuk umbi pada jenis tertentu yang antarumbi-nya
dihubungkan dengan sulur-sulur dan apabila sulur terputus maka umbi yang
terpisah akan tumbuh menjadi individu baru.
3. Gulma Golongan Daun Lebar (Broadleaves)
Golongan ini memiliki anggota dengan jumlah yang paling banyak dan paling
beragam. Semua jenis gulma yang tidak termasuk dalam famili Poaceae dan
Cyperaceae adalah golongan ini. Ciri-ciri dari gulma akan beragam tergantung dari
jenisnya. Bentuk daun dari gulma ini yaitu lonjong, bulat, menjari, atau berbentuk
hati. Sistem perakaran berupa akar tunggang. Batang umumnya bercabang,
berkayu, dan sukulen. Pembungaan berbentuk majemuk atau komposit serta ada
yang tunggal.
BAB III
METODOLOGI

1.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas


Hasanuddin, Makassar pada hari Selasa, 1 Oktober 2019 pukul 16.30 WITA sampai
selesai.
1.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah patok ukuran 30 cm sebanyak
8 buah.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tali rafiah, alat tulis
menulis, dan alat dokumentasi.
1.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menandai plot dengan ukuran 1m x 1m menggunakan tali rafiah yang dikaitkan
pada patok pada setiap ujung plot
3. Mengamati jenis-jenis gulma yang terdapat pada areal plot tersebut
4. Mengidentifikasi dan menghitung populasi gulma yang terdapat pada areal plot
tersebut
5. Melakukan dokumentasi pada setiap gulma yang diamati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil


sebagai berikut:
A. Gulma Darat
1. Cleome spinosa Jacq.
Menurut Mulyani (2006), Cleome spinose dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Capparidales
Famili : Capparidaceae
Genus : Cleome
Spesies : Cleome spinose Jacq.
Secara umum, morfologi tanaman Cleome spinosa ini merupakan golongan
herba tegak dan merambat dengan tinggi sekitar 0,15-0,80 m. Gulma ini juga selalu
berbunga sepanjang tahun. Daun mahkota bunga memiliki ujung runcing seperti
cakar dengan panjang 9-12 mm. Pada daunnya dapat pula ditemui bulu-bulu halus
yang pendek. Ukuran tangkai buahnya sekitar 20-30 mm. Batangnya berbentuk
kapsul yang berada di atas goresan daun yang meruncing seperti paruh, memiliki
diameter biji 1,75-2 mm, serta di dalam satu tangkai terdapat 3 helai daun. Bentuk
daun memanjang atau bulat dengan bulu-bulu tebal dan pendek (Thomas, 2013).
Jika dilihat dari habitat dan penyebarannya pada umumnya, gulma ini dapat
ditemukan di pinggir jalan, sawah, ladang, dan juga dapat ditemukan hidup sebagai
epifit pada batu dan kayu. Di Indonesia, gulma ini banyak ditemukan di pulau
Kalimantan. Anggota famili Capparaceae ini mengandung tioglukosida (dikenal
sebagai glukosinolat) yang melepaskan senyawa-senyawa isotiosianat jika tanaman
dihancurkan. Selain itu, tanaman ini juga mengandung senyawa alkaloid dan
flavonoid yang jenisnya sampai saat ini belum diketahui. Gulma ini dapat
digunakan sebagai antifeedant (pengganti herbisida) untuk mengendalikan hama
Plutella xylostella L. pada tanaman kubis. Hal ini disebabkan karena kandungan
senyawa isotiosianatnya yang dapat mengiritasi kulit dan mengenai kontak
alergenik hama tersebut (Thomas, 2013).
2. Zantedeschia aethiopica L.
Menurut Gizawi (2013), klasifikasi tanaman Zantedeschia aethiopica L. dapat
diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Zantedeschia
Spesies : Zantedeschia aethiopica L.
Tumbuhan ini berbentuk herba dengan tinggi tanaman 46-75 cm. Daunnya
mempunyai pelepah yang tumbuh dari umbi, bentuk daunnya bervariasi menurut
spesies, berwarna hijau dengan variasi bercak-bercak. Bunga bersifat monoceous,
berukuran kecil, dilengkapi dengan seludang bunga dan mempunyai sumbu yang
disebut spadiks. Bunga tersusun pada spadiks dengan bunga betina terletak pada
bagian bawah dan bunga jantan pada bagian atas (Gizawi, 2013).
Tumbuhan ini menyukai tanah yang subur, mengandung bahan organik dan
berpasir. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan umbi batang, dimana hal ini ditandai
dengan adanya mata tunas di sekeliling permukaan umbi yang kemudian akan
tumbuh menjadi tanaman baru (Gizawi, 2013).
3. Convolvulus arvensis
Menurut Mahmud (2018), klasifikasi tanaman Convolvulus arvensis dapat
diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Asterids
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Convolvolus
Spesies : Convolvolus arvensis L.
Tanaman ini memiliki daun yang disusun secara spiral, linear hingga berbentuk
panah, memiliki panjang sekitar 2-5 cm dan bergantian, dengan tangkai daun 1-3
cm. Bunganya berbentuk terompet, diameter 1-2,5 cm, berwarna merah muda dan
putih atau pucat, dengan lima garis radial merah muda yang sedikit lebih gelap.
Buahnya berwarna coklat muda, bulat dan lebarnya 0,3 cm. Setiap buah
mengandung 2 biji yang dimakan burung dan dapat tetap hidup di tanah selama
beberapa decade atau waktu (Mahmud, 2018).
Tanaman ini dapat ditemukan sebagian besar di Eurasia. Tanaman ini terus
menyebar di setiap negara bagian. Habitat alaminya meliputi padang rumput,
kebun, ladang, tepian tanah liat, area di sepanjang tepi jalan dan jalur kereta api,
lahan kosong, dan area limbah lainnya. Tumbuhan ini paling mudah ditemukan
terutama di daerah yang terganggu. Tumbuhan ini mengandung berbagai senyawa
alkaloid, termasuk senyawa pseudotropine dan beberapa senyawa lainnya, seperti
tropin, tropinon, dan meso-cuscohygrine. Gulma ini bersaing dengan spesies lain
untuk mendapatkan sinar matahari, kelembaban dan nutrisi. Tumbuhan ini adalah
salah satu gulma paling serius di bidang pertanian khususnya di daerah beriklim
sedang di dunia (Mahmud, 2018).
4. Commelina benghalensis L.
Menurut Pebrian (2017), klasifikasi tanaman ini dapat diuraikan sebagai
berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili :Commelinaceae
Genus : Commelina
Spesies : Commelina benghalensis L.
Di India, tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang tumbuh pada bulan Mei
hingga Desember dan berbunga dari bulan Juni hingga bulan Oktober. Commelina
benghalensis menghasilkan tiga jenis cabang yang aerotropis aerial, subaerial
(diageotropik), dan di bawah tanah (geotropik positif). Cabang-cabang bawah tanah
tidak menghasilkan daun. Bunganya memiliki kelopak berwarna biru, sementara
bijinya berbentuk bulat dengan ukuran 2 mm (Pebrian, 2017).
Commelina benghalensis adalah tanaman yang beraneka ragam, berasal dari
daerah tropis dan subtropis di Asia dan Afrika, dimana daerah ini dikenal sebagai
paleotropik. Meskipun tanaman ini dapat dibudidayakan dan dimanfaatkan akar dan
umbinya sebagai sumber makanan, Commelina benghalensis ini tidak
dibudidayakan di Eropa karena ia tumbuh sebagai gulma. Gulma ini sangat
menyukai daerah dengan kondisi tanah terganggu (Pebrian, 2017).
5. Cleome rutidospermae
Menurut Pebriani (2013), klasifikasi tanaman ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Capparidales
Famili : Capparidaceae
Genus : Cleome
Spesies : Cleome rutidospermae
Tumbuhan jenis ini dikenal dengan nama Maman Ungu, dimana tumbuhan ini
merupakan tumbuhan herba yang berbunga sepanjang tahun. Daunnya berbentuk
seperti hati, dan satu tangkai umumnya terdiri atas satu helai daun saja. Ujung daun
meruncing. Tumbuhan ini banyak ditemukan di sawah dan ladang sekitar tanaman
budidaya (Pebriani, 2013).
Anggota famili Capparaceae ini memiliki kandungan glukosinolat dan produk
degradasinya, isotiosianat. Glukosinolat mampu memacu aktivitas zat antioksidan
dan mekanisme detoksifikasi. Sedangkan senyawa isotiosianat dapat menghambat
pertumbuhan tumor dan perkembangan kanker (Pebriani, 2013).
6. Dactylis glomerata L.
Menurut Desi (2017), klasifikasi tanaman ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Monocotyledonae
Kelas : Commelinids
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Dactylis
Spesies : Dactylis glomerata L.
Gulma ini tumbuh dalam rumpun abadi padat hingga setinggi 20 – 140 cm
dengan daun berwarna abu-abu hijau sepanjang 20–50 cm dan lebar hingga 1,5 cm,
dan kepala bunga berbentuk segitiga berumbai khas dengan panjang 10–15 cm yang
bisa berwarna hijau atau merah hingga ungu (biasanya hijau di tempat teduh, lebih
merah di bawah sinar matahari penuh), berubah abu-abu pucat-coklat pada saat
benih jatuh tempo. Spikelet memiliki panjang 5-9 mm, biasanya berisi dua hingga
lima bunga (Desi, 2017).
Dactylis glomerata telah banyak menyebar ke Amerika Utara, Selandia Baru,
dan Australia. Di beberapa daerah, ia telah menjadi spesies invasif. Gulma ini juga
berbunga dari bulan Juni hingga bulan September. Habitat alaminya adalah daerah-
daerah kering seperti di daerah Mediterania, karena memiliki toleransi kekeringan
yang cukup besar (Desi, 2017).
7. Digitaria sanguinalis
Menurut Cholid (2015), klasifikasi tanaman ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Digitaria
Spesies : Digitaria sanguinalis
Tinggi tanaman ini dapat mencapai 1 – 1,2 m. Batangnya besar dan pipih
semakin ke bawah rongganya semakin besar. Pelepah daunnya menyatu menjadi
satu pada batang, helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepih kasar,
warna agak keunguan, ukurannya 2-25 x 0,3-1,3 cm. Bulirnya berjumlah 2-22 per
karang bunga, tumbuh pada ketinggian yang tidak sama. Anak bulir berselang
seling kiri dan kanan dari porosnya, ukurannya 2-4 mm. Rambut tepi dari sekam
pada buah saling menjauh. Jumlah benang sari 3, kepala sari berwarna kuning atau
ungu. Tangkai putik berjumlah 2, kepala putik muncul di ujung anak bulir dan
warnanya ungu kemerahan.. Tumbuhnya pada ketinggian 1-1500 m dari permukaan
laut (Cholid, 2015).
B. Gulma Air
1. Eichornia crassipes
Menurut Putera (2012), klasifikasi tanaman ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichornia
Spesies : Eichornia crassipes
Akar eceng gondok adalah akar serabut dan tidak bercabang, serta memiliki
tudung akar. Daun eceng gondok termasuk ke dalam jenis makrofilta yang terletak
di atas permukaan air. Dalam daun ini terdapat lapisan rongga udara sehingga
tanaman ini dapat mengapung di atas permukaan air. Tangkai eceng gondok
berbentuk bundar dan berongga. Bunga eceng gondok tergolong bunga majemuk
yang berjumlah 6 sampai 35. Bentuk bunganya dapat berupa karangan bulir
(Haryanti, 2006).
Eceng gondok ini umumnya tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan
rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai-sungai.
Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrim dari beberapa
ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan
racun-racun dalam air (Haryanti, 2006).
2. Solanum americanum
Tanaman ini merupakan herba tegak tidak berkayu dengan tinggi batang kurang
lebih 1 m, batang bulat berwarna hijau keunguan dengan diameter 1,5 cm. Memiliki
perakaran tunggang. Daun berbentuk lanset, tepi daun rata, pertulangan daun
menyirip, bertangkai panjang, dan tumbuh secara berselang-seling. Bunga tumbuh
berkelompok antara 4-7 bunga dalam satu tangkai. Buahnya berukuran kecil,
berbentuk bulat dengan diameter 6 mm. Bijinya berukuran sangat kecil, berbentuk
bulat pipih, dan berwarna putih tulang (Sofiyanti, 2000).
Menurut Sofiyanti (2000), klasifikasi tanaman ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum americanum
Tumbuhan ini mengandung beberapa senyawa aktif yang beracun, seperti
alkaloid (solanin, solasonin, solamargin, chaconin, dan solasodin), flavonoid,
saponin, tanin, fenol, asam sianida, dan asam fitrat. Dari beberapa senyawa tersebut,
maka senyawa yang paling beracun adalah solanin, karena senyawa ini terdapat
pada semua bagian tumbuhan terutama pada daun dan buah yang masih berwarna
hijau. Organ target utama dari racunnya adalah jantung, pusat sistem saraf, dan
saluran pencernaan (Sofiyanti, 2000).
3. Phalaris arundinaceae
Menurut Dick (2013), klasifikasi tanaman ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Phalaris
Spesies : Phalaris arundinaceae
Phalaris arundinaceae merupakan rumput abadi yang dapat tumbuh setinggi
0,5-2 meter. Diameter batangnya mencapai 1,25 cm. Bentuk daunnya rata dengan
panjang 0,3-1,2 m dan lebar 1,9 cm. Ujung daun lancip secara bertahap. Kepala
bunga menyebar timbul dari batang yang tidak berambut dan berwarna hijau, ungu,
atau coklat. Warna bunga akan berubah dari hijau menjadi keunguan saat benih
telah menjadi matang (Dick, 2013).
Di beberapa tempat, Phalaris arundinaceae merupakan spesies yang invasif di
lahan basah, terutama di daerah yang terganggu. Gulma ini biasanya dijumpai pada
daerah dataran yang terkena banjir, padang rumput di tepi sungai, dan tipe habitat
lahan basah lainnya. Spesies ini berkembang biak dengan biji dan rimpang sehingga
sulit untuk dikendalikan (Dick, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Cholid, M. 2015. Gulma Tanaman Tebu dan Pengendaliannya. Malang: Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat.

Desi, Yulfi. 2017. Morphological and Biochemical Characters of Various Isolates


of Rhizobacteria from Rhizosphere of Maize (Zea mays). Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Vol. 3(1): 1-5.

Dick, Gary O., Michael Smart, Lynde L. Dodd. 2013. Propagation and
Establishment of Native Plants for Vegetative Restoration of Aquatic
Ecosystems. Washington: Army Crops of Engineers

Gizawi, Agie. S. 2013. Perbandingan Potensi Tanaman Air Echinodorus


palaefolius, Pontederia lanceolate, dan Zanthedescia aethiopica sebagai
Agen Fitoremediasi Limbah Rumah Tangga. Jakarta: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Hamid Iskandar, 2010. Identifikasi Gulma Pada Areal Pertanaman Cengkeh


(Eugenia Aromatica) Di Desa Nalbessy Kecamatan Leksula Kabupaten Buru
Selatan. Jurnal Ilmiah Agribisnis Dan Perikanan (Agrikan Ummu-Ternate).
Volume 3 Edisi 1.

Haryanti, S. 2006. Adaptasi Morfologi, Fisiologi, dan Anatomi Eceng Gondok


(Eichornia crassipes) di Berbagai Perairan Tercemar. Jurnal Anatomi
Fisiologi, Vol.14(2): 39-46.

Mahmud, Amir. 2018. Pengendalian Gulma dengan Beberapa Jenis Mulsa pada
Beberapa Varietas Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) dengan Metode
System of Rice Intensification (SRI). Jurnal Agrohita, Vol. 2(2): 30-40.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. Morfologi dan


Sitologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolahannya. Cetakan Pertama. Graha


Ilmu : Yogyakarta.

Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Sofiyanti, N. 2000. Studi Taksonomi 5 Jenis Solanum (Solanaceae) di Daerah


Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah Ditinjau Dari Sumber Bukti
Morfologi dan Sitologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Tustiyani, I. ∙ D. R. Nurjanah ∙ S. S. Maesyaroh ∙ J. Mutakin. 2018. Identifikasi


keanekaragaman dan dominansi gulma pada lahan pertanaman jeruk
(CitrusSp.). Jurnal Kultivasi. Vol.18(1).
Thomas, V. 2013. Flora of India. India: Deep Printers.

Prawoto, wibawa, santoso, J.b Baon. 2008. Panduan Lengkap Kakao Manajemen
Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Bogor : Penebar Swadaya.

Pebrian, L.Y. 2017. Aktivitas Analgesik Ekstrak Etanol Daun Aur-Aur (Commelina
diffusa Burm F.) terhadap Mencit Jantan (Mus Musculus L.). Malang:
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang.

Pebriani, R. L. 2013. Potensi Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha


HBK) sebagai Bioherbisida terhadap Gulma Maman Ungu (Cleome
rutidosperma DC) dan Rumput Bahia (Paspalum notatum Flugge).
Protobiont, Vol.2(2): 10-16.

Wattimena, 2012. Komunitas Gulma Pada Pertanaman Pala (Myristica Fragrans H)


Belum Menghasilkan Dan Menghasilkan Di Desa Hutumuri Kota Ambon.
Jurnal Agrologia, Vol. 1, No. 2. Hal. 134-142.

Widayat dkk, 2015. Pengaruh keberadaan gulma (Ageratum conyzoides dan


Boreria alata) terhadap pertumbuhan dan hasil tiga ukuran varietas kedelai
(Glycine max L. Merr) pada percobaan pot bertingkat. Jurnal Kultivasi Vol.
14 (2).

Anda mungkin juga menyukai