Oleh :
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS JAMBI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segenap limpahan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Hasil Hutan Bukan Kayu
yang berjudul “POTENSI KESAMBI (Schleichera oleosa) SEBAGAI BAHAN BAKU
PENGHASIL TANIN” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Hasil Hutan Bukan Kayu, namun tidak
hanya itu yang dilakukan, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pemahaman dan
pengetahuan pembaca tentang apa saja Potensi Kesambi Sebagai Bahan Baku Penghasil
Tanin. Sebenarnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sebagai
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi untuk kesempurnaan
makalah ini.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR1
DAFTAR ISI2
BAB I PENDAHULUAN3
1.3 Tujuan4
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN………………………………...……………………...…….5
2.4 Proses Distilasi pada Batang dan Akar pada Pohon Kesambi Sebagai Penghasil Tanin….7
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….……………………..9
3.2 Saran……………………………………………………………………………………….9
SUMBER PUSTAKA…………………………………………………………………...…..10
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kandungan tanaman yang memiliki khasiat bagi kesehatan maupun pengawet makanan
masih belum banyak diketahui. Seperti tanaman kesambi (Schleichera oleosa), memiliki
banyak manfaat. Tanaman ini dipercayai sebagai tanaman obat dan daun kesambi dapat
digunakan sebagai bahan penyamak kulit, karena menurut hasil penelitian, dalam daun
kesambi ditemukan 6,1-14,3 % zat penyamak (Bachli, 2007).
3
3. Apa manfaat Pohon Kesambi sebagai penghasil tanin?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Makalah ini dapat dijadikan informasi bagi mahasiswa maupun masyarakat tentang
karekteristik dari pohon kesambi.
2. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat tentang
pemanfaatan pohon kesambi sebagai penghasil tanin dalam kehidupan sehari-hari.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tanaman kesambi adalah tanaman pohon yang sering kita jumpai berada disekitar
kita. Tanaman kesambi biasanya hidup dipekarangan rumah dan juga hidup liar di hutan.
Kesambi termasuk salah satu tumbuhan hutan yang mudah beradaptasi, mempunyai manfaat
yang serbaguna (multi purpose)serta bernilai ekonomi dan sangat potensial untuk
dikembangkan. Tanaman kesambi dapat menjadi alternatif tanaman unggulan di dalam dan di
luar kawasan hutan. (Bachli, 2007). Nama latin tanaman kesambi atau kosambi adalah
Schleichera oleosa (Lour) sedangkan dalam bahasa Inggris nama lain dari tanaman ini ialah
Lac tree. Tanaman kesambi adalah tanaman sejenis pohon daerah kering, kerabat rambutan
dari suku Sapindaceae. Menurut sejarah asal usul tanaman kesambi ini berasal dari daerah
India dan Indicina. Persebaran tanaman kesambi ini dari daerah India, Sri Langka, Myanmar,
Thailand, Malaysia dan Indonesia.
5
Tanaman kesambi adalah nama sejenis pohon daerah kering, kerabat rambutan dari
suku Sapindaceae dan tanaman pohon yang sering kita jumpai berada disekitar kita. Tanaman
kesambi biasanya hidup di pekarangan rumah, halaman depan rumah dan juga hidup liar di
hutan. Nama Latin tanaman kesambi adalah Schleichera Oleosa (Lour). Sedangkan dalam
bahasa Inggris nama lain dari tanaman ini adalah Lac Tree. Menurut sejarah asal usul
tanaman kesambi ini berasal dari India dan Indocina. Persebaran tanaman kesambi ini dari
daerah India, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Tanaman kesambi merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk dalam keluarga
tanaman lerak-lerakan (Sapindaceae). Tanaman kesambi ini tanaman pohon tumbuh tegak
dengan ukuran yang dapat mencapai 40 m. Batang tanaman kesambi berwarna coklat
kehitaman dengan diameter yang dapat mecapai 2 m, percabangan banyak. Daun tanaman
kesambi majemuk menyirip genap, dengan 4- 8 anak daun berbentuk jorong memanjang,
terkadang ada juga yang bundar telur atau bundar telur sungsang, daunnya berukuran 4,5-
18,5(-25) x 2,5-9 cm, dengan ujung daun yang terbesar, gundul, seperti kertas atau seperti
jangat, yang muda berrwarna kuning kemerahan. Bunga tanaman kesambi terkumpul dalam
malai terbentuk tandan, 6-15 cm, berjejalan pada pangkal tunas bunga muda, kadang
bercabang pendek. Bunga tanaman kesambi tanpa mahkota.
Kelopak tanaman kesambi berjumlah 4-5 menyatu pada pangkalnya, bertaju bundar
telur atau menyegitiga, 1-1,5 mm, berambut tipis pada kedua sisi, berwarna kuning hijau.
Benang sari tanaman kesambi berjumlah 4-9. Buah tanaman kesambi berbentuk gelendong
lebar terkadang agak bulat telur, berukuran 1,5-2,5 cm x 1-2 cm, dengan ujung buah
meruncing, bertekstur licin atau berduri tempel sedikit, berwarna kuning. Biji tanaman
kesambi ada 1-2 butir,berbentuk bulat lonjong berukuran 12 x 10 x 8 mm, berwarna coklat,
terselubung salut biji yang kekuningan, tipis.
6
hewan (hide) yang mentah menjadi kulit (leather) yang awet karena kemampuannya
menyambung silang protein. Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang
terbesar, pada umumnya mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen, biasanya sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering bersifat racun bagi
manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, sehingga
digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloida biasanya tidak berwarna, sering
bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi ada beberapa yang berupa cairan
misalnya nikotin, pada suhu kamar.
2.4 Proses Distilasi pada Batang dan Akar pada Pohon Kesambi Sebagai Penghasil
Tanin
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan panas. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada hukum raoult dan hukum
dalton.
Senyawa tanin dapat diperoleh salah satunya melalui ekstraksi dari kulit pohon
Kesambi tersebut. Ekstraksi senyawa ini salah satunya dipengaruhi oleh jenis pelarut dan
lama waktu ekstraksi, pelarut yang digunakan hendaknya bersifat polar karena tanin
merupakan senyawa polar. Proses ekstraksi akan berjalan lebih cepat apabila dilakukan pada
suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen yang terdapat dalam
bahan akan mengalami kerusakan serta pertimbangan titik didih pelarut yang digunakan
(Moestofa, 1981).
Ekstraksi tanin dari kulit pohon Kesambi salah satunya dipengaruhi oleh polaritas
pelarut yang digunakan. Tanin bersifat polar sehingga diperlukan pelarut yang memiliki
polaritas yang hampir sama dengan tanin. Menurut Natalia (2005), terdapat tiga ukuran yang
menunjukkan kepolaran suatu pelarut yaitu momen dipol, konstanta dielektrik, dan
kelarutannya dengan air. Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konstanta
dielektrik yang tinggi termasuk polar. Suatu senyawa akan terekstrak dengan baik jika
7
menggunakan pelarut yang memiliki konstanta dielektrik atau kepolaran yang sesuai.
Besarnya konstanta dielektrik dapat diatur dengan menambahkan bahan pelarut lain.
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan ekstrak kasar tanin dari kulit pohon Kesambi.
Proses pembuatan ekstrak kulit pohon Kesambi adalah sebagai berikut.
Aktivitas antioksidan kesambi (S. oleosa) juga telah diujikan dalam penelitian Holil &
Griana (2020) yang menyatakan bahwa hasil uji reaksi warna dan uji aktivitas antioksidan
dengan menggunakan metode DPPH disimpulkan bahwa ekstrak daun kesambi memiliki
potensi sebagai antioksidan dan besarnya kemampuan antioksidan daun kesambi ditentukan
oleh pelarut yang digunakan. Proses ekstraksi menggunakan methanol dalam menghasilkan
tanin menghasilkan antioksidan dengan aktivitas terbaik. Golongan senyawa yang diduga
bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan ekstrak daun kesambi berdasarkan uji
reaksi warna adalah fenol, flavonoid dan tanin.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyarankan bahwa penyusunan makalah ini dapat dilanjutkan dan diperbaiki
dalam konteks penyusunannya sehingga materi dan pembahasan mengenai potensi Kesambi
(Schleichera oleosa) semakin banyak dan diketahui pembaca lainnya.
9
SUMBER PUSTAKA
https://repository.polipangkep.ac.id/uploaded_files/dokumen_isi/Monograf/SKRIPSI
%20LENGKAP%20%20ACC-dikompresi(1).pdf
https://katalog.ukdw.ac.id/6489/1/31170101_bab1_bab5_daftar%20pustaka.pdf
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/15524/5.%20MORFOLOGI
%20TANAMAN%20DAN%20STRATEGI%20PEMULIAAN%20KESAMBI.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://ejournal.uksw.edu/juses/article/download/2782/1730
https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/article/view/15659
10