Anda di halaman 1dari 5

DAUN NANGKA

Gabriella Rosita Dei

13/347292/KH/7735

1. Foto Daun Nangka dan klasifikasi ilmiah Klasifikasi


Nangka (Artocarpus
heterophyllus)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta


(Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae 

Genus : Artocarpus 

Spesies : Artocarpus
heterophyllus 
2. Komposisi

bahan kering (BK) : 34%

bahan organik (BO) : 85,95%

protein kasar (PK) : 11,22%

lemak kasar (LK) : 2,55%

serat kasar (SK) : 21,45%

bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) : 50,73%

abu : 14,3%. ( Sasongko dkk, 2010)

3. Deskripsi

Nangka termasuk pohon buah-buahan yang banyak ditanam di pekarangan, ladang,


atau kadang tumbuh liar pada tanah yang tidak tergenang air. Tumbuhan asli Nusa Tenggara
ini tumbuh baik di perbukitan dan dapat ditemukan dari 50-1.200 m dpl. Pohon besar, tinggi
8-15 m, bergetah, berbuah terus menerus. Daun tebal seperti kulit, letak berseling, panjang
tangkai 1-4 cm. Helaian daun memanjang atau bulat telur sungsang, tepi rata kadang
berlekuk, 3-5, ujung meruncing, pangkal menyempit, permukaan atas mengilap, panjang 7-15
cm, lebar 4,5-10 cm, berwarna hijau tua. Bunga dalam bulir, berkelamin tunggal dalam satu
pohon. Buah besar bergantung pada batang atau cabang utama, bentuk memanjang, atau
bentuk ginjal, panjang 30-90 cm, lebar sekitar 50 cm, berkulit tebal dengan duri tempel
pendek berbentuk piramida, berwarna hijau kekuningan, dan berbau keras. Berat buah
mencapai 20 kg. Daging buah tebal berwarna kuning di sekeliling biji. Biji lonjong, panjang
2,5-4 cm. Daging buah dan biji dapat dimakan, buah muda dibuat sayur. Kayu dipakai untuk
bahan bangunan, getah digunakan sebagai perekat untuk menangkap burung, daun untuk
makanan ternak, serta batang dan kulit kayu mengandung zat warna yang dapat digunakan
untuk mewarnai makanan atau bahan pakaian. (Siregar, 1994)

4. Ciri-ciri
Daun berbentuk jorong, Duduk daun tersebar dengan daun-daun penumpu yang lebar
yang kadang-kadang memeluk batang. Pertulangan daun menyirip hingga menempel pada
tepi daun (Craspedodromous). Permukaan daun bagian atas memiliki warna hijau cerah
dengan tekstur yang licin, sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau tua
dengan tekstur yang kasar. Pangkal daun memiliki penumpu berbentuk segitiga dengan warna
kuning kecoklatan. Daun-daun nangka merupakan pakan ternak yang
disukaikambing, domba maupun sapi. Daun tunggal, tersebar, bertangkai 1-4 cm. (Hartadi,
1997)

5. Kandungan Nutrisi dan antinutrisi

Daun mengadung alkaloid, sapoin, glucoside, tanin dan artostenone.

 Saponin
Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan
ternak seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah . Saponin
mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat
penyabunan, dan sifat hemolitik dan sifat membentuk komplek dengan asam
empedu dan kolesterol.

Saponin mempunyai efek menurunkan konsumsi ransum karena rasa pahit dan
terjadinya iritasi pada mucosa mulut dan saluran pencernaan. Pada anak ayam
yang diberi 0,9 % triterpenoid saponin bisa menurunkan konsumsi pakan,
menurunkan pertambahan berat badan, menurunkan kecernaan lemak,
meningkatkan ekskresi cholesterol dan menurunkan absorpsi vitamin A dan D.
 Tanin
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Dengan berat molekul
antara 500-3000 dapat mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin
sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable
tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin mudah dihidrolisa secara
kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia
Spp.

Condensed tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di


tanaman dan dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume
mengandung tannin terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin
gelap menandakan kandungan tannin makain tinggi.

Beberapa bahan pakan yang digunakan dalam ransum ternak mengandung


sejumlah condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed , fava bean
dan beberap biji yang mengandung minyak. Bungkil biji kapas mengandung
tannin terkondensasi 1,6 % BK sedangkan barley, triticale dan bungkil kedelai
mengandung tannin 0,1 % BK. Diantara bahan pakan ternak  yang paling
tinggi kandungan tannin terlihat pada biji sorgum (Sorghum bicolor).

Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan 10,2 %
catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan tannin berkisar dari
0,05-3,67 % (catechin equivalent). Kandungan tannin sorgum sering
dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada
tanaman yaitu untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi
perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur dan cuaca.

Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan


penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada
broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg
abnormalitas.

Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam ransum yaitu dengan


mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu
gelatin, polyvinylpyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai
kemampuan mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada
bahan pakan dapat diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman,
perebusan, fermentasi, dan penyosohan kulit luar biji. (Sasongko, 2010)
 Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki atom
nitrogen yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Alkaloid
dilaporkan memiliki beberapa fungsi medis dalam bidang kesehatan. (Hartati,
2010)
Daftar Pustaka:

Hartadi, (1997). Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Yongyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Hartati, I., 2010, ISOLASI ALKALOID DARI TEPUNG GADUNG (Dioscorea hispida
Dennst), DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI BERBANTU GELOMBANG
MIKRO, Disertasi Doktor pada FT UNDIP Semarang : tidak diterbitkan.

Sasongko,W.T., Yusiati, L.M., Bachruddin, Z. Dan Mugiono, 2010, PENGIKATAN TANIN


DAUN NANGKA DENGAN PROTEIN BOVINE SERUM ALBUMIN, Buletin
Peternakan Vol. 34(3):154-158, Oktober 2010.

Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar swadaya. Jakarta.

Tillman, A.D. dan Hartadi. H. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai