Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM

BUDIDAYA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L)

DISUSUN OLEH :
1. R.M. Bhismo S.K. (15/379706/PN/14160)
2. Dewi Purnama Sari (15/379713/PN/14167)
3. Ayu Putri Subowo (15/383380/PN/14211)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia berada didaerah tropis, banyak keanekaragaman tanaman yang ada di
Indonesia. Berbagai macam tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun
bahan obat salah satunya tanaman rosela yang dalam bahasa latin yaitu Hibiscus
Sabdariffa L. Sejarah rosela datang ke Indonesia diawali pada tahun 1576. Seorang ahli
botani asal Belanda bernama M. de L’Obel menemukan tanaman ini ditanam di halaman
sebuah rumah di Pulau Jawa. Ada yang berpendapat, Rosella berasal dari India. Diduga
tanaman ini dibawa oleh pedagang India saat datang ke Indonesia sekitar abad ke-14.
Tanaman rosella hidup berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 0,5-5
meter, memiliki batang yang berbentuk silindris dan berkayu, serta memiliki banyak
percabangan. Ketika masih muda, batangnya berwarna hijau. Dan ketika beranjak
dewasa dan sudah berbunga, batang rosella berwarna cokelat kemerahan. Pada batang
rosella melekat daun-daun yang tersusun, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan
pertulangan menjari dan tepi beringgit. Ujung daun rosella ada yang meruncing dan
tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun rosella dapat mencapai 6-15 cm dan lebar
5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang. Mahkota bunganya
berbentuk corong yang tersusun dari 5 helai daun mahkota (Widyanto dan Nelistya,
2009).
Berikut merupakan klasifikasi dan gambar bunga rosella menurut BPOM RI
(2010):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus sabdariffa Linn
Mungkin karena belum diketahui khasiatnya, dulu Rosella belum dikenal
seperti sekarang. Benih tanaman bunga Rosella dibawa oleh para budak dari afrika
dan kemudian tumbuh di berbagai belahan dunia, di antaranya Sudan, Mexico,
Jamaica,Brazil, Panama, hingga beberapa negara bagian Amerika dan Australia. Kini
budidaya tanaman rosela mulai menjamur sebab tanaman ini merupakan tanaman
serbaguna. Hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan industri karung rami telah
memanfaatkan tanaman ini. Bagian batang tanaman ini dimanfaatkan untuk diambil
seratnya. Budidaya tanaman rosella ini sangatlah mudah dan juga tidak memerlukan
tempat yang luas untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
Kelopak bunga rosela disajikan dengan jalan menyeduhnya terlebih dahulu.
Rasanya masam tapi terasa menyegarkan. Di pasaran banyak beredar kelopak bunga
rosela kering. Tidak ada perbedaan kandungan zat yang membedakan hanya kandungan
airnya. Dibeberapa negara eropa, seperti Jerman telah menjadi negara importir kelopak
bunga rosela terbesar. Mereka telah meneliti bahwa kelopak bungan rosela mempunyai
khasiat yang sangat banyak. Terutama digunakan untuk mencegah kanker dan radang.
Dibeberapa negara asia telah menjadi pemasok utama kelopak bungan rosela kering
untuk negara-negara di eropa diantaranya Thailand dan Cina. Tapi karena pasokan yang
terbatas banyak negara menjadi pengekspor bunga rosela kering. Sudan adalah salah satu
negara di benua afrika yang menjadi eksportir bungan rosela kering dengan kualitas yang
baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, melihat menariknya manfaat dan peluang
yang dihasilkan dari tanaman rosela maka makalah ini akan membahas budidaya
tanaman rosela. Diharapkan informasi dalam makalah dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dan serta meningkatkan perngembangan budidaya rosela di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata cara budidaya rosela?
2. Bagaimana perawatan budidaya rosela?
3. Bagaimana pengolahan pasca panen dari rosela?
4. Bagaimana pengembangan budidaya rosela di Indonesia?

C. Tujuan
Mengetahui jenis-jenis rosela, cara budidaya rosela dan kebutuhan lingkungan ideal,
perawatan rosela dari serangan OPT, pengolahan pasca panen, dan pengembangan
budidaya rosela di Indonesia serta eksistensinya.
BAB II
ISI

D. Pembahasan
Rosella di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1992. Budidaya rosella
(Hibiscus sabdariffa Linn) pada awalnya hanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
industri karung goni. Namun penggunaan karung dari serat alam dalam 10 tahun
terakhir sudah tidak dapat bersaing dengan serat impor dari negara Bangladesh, China
dan India serta adanya karung plastik yang harganya jauh lebih murah (Ditjenbun, 2008
Cit Rahmi et al. 2012).Tanaman rosella memiliki lebih dari 300 spesies yang tersebar pada
daerah tropis dan non tropis. Tanaman rosella memiliki dua varietas dengan budidaya dan
manfaat yang berbeda, yaitu:
1. Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosella berkelopak bunga kuning.
2. Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosella berkelopak bunga merah yang kini mulai
diminati petani dan dikembangkan untuk diambil bunga dan bijinya sebagai tanaman
herbal dan bahan baku minuman kesehatan.
Rosella tergolong tanaman semusim. Hibiscus sabdariffa varietas Altisima Wester
biasanya dimanfaatkan untuk diambil serat batangnya. Rosella tipe ini tumbuh tegak, tidak
banyak bercabang, dengan tinggi mencapai 4,8 m. Batangnya berwarna hijau atau merah.
Daunnya berwarna hijau, dan kadang-kadang bertulang daun merah. Bunga berwarna kuning
dengan kelopak berwarna hijau atau merah, tidak berdaging, berduri, dan tidak bisa dimakan.
Rosella jenis ini batangnya mengandung serat lebih tinggi sehingga biasa digunakan untuk
membuat karung. Karena itu, dikenal pula sebagai java jute.
H. sabdariffa varietas sabdariffa, memiliki batang lebih pendek, berbentuk semak.
Dapat dibedakan atas ras bhagalpuriensi, intermedius, albus, dan ruber. Ras bhagalpuriensi
memiliki kelopak bunga berwarna hijau dengan garis merah dan tidak dapat dimakan. Ras
intermedius dan ras albus memiliki kelopak bunga yang berwarna kuning kehijauan, dapat
dimakan, dan menghasilkan serat. Ras yang banyak mendapat perhatian adalah ruber, karena
kelopak bunganya dapat dimakan. H.sabdariffa L. varietas sabdariffa merupakan tanaman
semusim, yang tumbuh tegak, bercabang-cabang, dengan tinggi tanaman dapat mencapai 3,5
m. Batangnya bulat dan berkayu. Warna batang beragam mulai dari hijau tua sampai merah.
Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari dan letaknya berseling, terbagi
ke dalam 3-7 cuping bergantung kultivar dan aksesi, dan pinggiran daun bergerigi. Rosella
memiliki daun yang panjangnya mencapai 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. sementara tangkai
daun berbentuk bulat, berwarna hijau, dengan panjang 4-7 cm.
Negara Indonesia berada di daerah tropis yang banyak memiliki keanekaragaman
spesies, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Tanaman
rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah sejenis semak (perdu) yang ada di seluruh wilayah tropis
dunia sehingga sangat cocok ditanamn di Indonesia. Daerah penghasil rosella di indonesia
saat ini antara lain, Kulon Progo, Pati, Semarang, Sleman, Surakarta. Dalam budidayanya
tanamn rosella memiliki syarat tumbuh diantaranya :
a. Suhu
Tanaman rosella tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian 600 mdpl. Semakin tinggi
dari permukaan laut, pertumbuhan rosella akan terganggu. Rosella dapat tumbuh di daerah
tropis dan subtropis dengan suhu rata-rata 42-32oC. Namun rosella masih toleran pada kisaran
suhu 10-36oC. Untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, rosella
memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu malam tidak kurang dari 21oC.
b. Air
Jika curah hujan tidak mencukupi, dapat diatasi dengan pengairan yang baik. Periode
kering dibutuhkan rosella untuk pembungaan dan produksi biji. Sedangkan hujan atau
kelembaban yang tinggi selama masa panen dan pengeringan dapat menurunkan kualitas
kelopak bunga dan dapat menurunkan produksi.
c. Cahaya, Panjang hari dan Waktu Tanam
Rosella merupakan tanaman berhari pende (untuk induksi pembungaan memerlukan
panjang hari waktu kurang dari 12 jam). Bila ditanam pada bulan-bulan foto periode pendek
akan cepat berbunga dan pendek. Untuk keperluan diambl bunganya, waktu yang tepat adalah
bulan April-Mei. Rosella toleran terhadap sedikit naungan dan dapat tumbuh di green house,
tetapi pertumbuhan terbaik ditunjukkan pada tanaman yang ditanam di lapangan pada kondisi
cahaya penuh. Waktu tanam juga dapat mempengaruhi kandungan kimia kelopak rosella.
Rosella yang ditanam pada bulan Mei menghasilkan antosianin, protein dan karbohidrat total
lebih tinggi dibanding dengan yang ditanam pada bulan April atau Juni.
d. Tanah
Tanaman rosella dapat diusahakan disegala macam tanah akan tetapi yang paling cocok
pada tanah yang subur dan gembur maksudnya yang mempunyai struktur yang dalam,
bertekstur ringan dan berdrainase baik. Rosella masih dapat toleran terhadap tanah masam
dan agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi.
Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosella adalah 5,5-7 dan masih toleran pada pH 4,5-
8,5. Selama pertumbuhan rosella tidak tahan terhadap genangan air. Curah hujan yang
dibutuhkan untuk lahan tegal adalah 800-1670 mm/5 bulan atau 180 mm/bulan. Apabila
ditanam pada wadah yang terbatas ukurannya seperti pada polibag yang berukuran sedang
(diameter 30 cm), pertumbuhan tanaman rosella menjadi tidak optimal dengan tinggi tanaman
kurang dari 1 m. Akibatnya produksi bunga menjadi lebih rendah (Mardiah, 2009).
Tanaman rosella adalah tanaman berbunga yang saat ini mulai digemari untuk
dibudidayakan. Budidaya skala besar tanaman rosella bertujuan untuk mengambil seratnya,
seperti yute dan kenaf. Skala yang lebih kecil seperti rumahan mengembangkan rosella
karena khasiat medisnya. Budidaya rosella relatif mudah, lahan terbuka untuk skala besar dan
polybag atau pot untuk skala kecil, walaupun skala besar juga memerlukan polybag untuk
perbenihan. Lahan terbuka adalah tempat penanaman benih hingga rosella siap dipanen.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam budidaya rosella adalah persiapan lahan
penanaman rosella. Lahan yang dipakai harus diolah tanahnya terlebih dahulu. Kemudian
perbenihan rosella yang dapat dilakukan dengan dua cara, cara yang pertama yaitu dengan
setek dan kedua dengan bijinya. Jika menanam dari biji, biji tersebut harus direndam terlebih
dahulu sebelum akhirnya ditanam. Ketika benih sudah siap, maka benih tersebut disemaikan
dulu di lahan terbuka. Setelah berumur 1 Minggu Setelah Tanam (MST), maka bibit
dipindahkan ke polybag. Setelah berumur sekitar 3 MST, tanaman dapat dipindahkan dari
polybag kembali ke lahan terbuka yang telah dipersiapkan. Tahap selanjutnya adalah
perawatan hingga panen. Perawatan tanaman rosella tergolong mudah, hanya dengan
penggunaan pupuk kandang dan disiram cukup sudah memadai. Penyiraman tanaman rosella
tidak boleh hingga menggenang karena tanaman akan busuk. Gangguan OPT yang kerap
menyerang rosella adalah gulma dan beberapa hama. Gulma yang paling sering
membersamai pertumbuhan rosella adalah ilalang, sementara itu hama yang biasa menyerang
adalah belalang, kutu putih (Pseudococcus sp.), ulat, dan nematode (Meloidoyne arenaria)
(Sudarmiyatun, 2012).

Secara mendetail, lahan yang diperlukan rosella adalah lahan dengan tanah yang
memiliki kandungan lempung yang cukup untuk penyerapan air. Ketinggian lahan yang
cocok untuk rosella adalah 0-900 meter diatas permukaan laut. Lahan dapat dibuat parit
irigasi dan bedengan-bedengan. Jarak tanam sendiri bergatung dari variestas, waktu tanam,
dan kesuburan tanah. Untuk skala besar atau industri serat, jarak tanam rosella adalah rapat
karena batang akan lebih cepat tumbuh ke atas. Jarak tanam yang pernah digunakan untuk
jenis-jenis tanah yang berbeda adalah 12x12 cm, 15x15 cm, 12,5x15 cm, 12,5x20 cm, dan
20x20 cm. Dalam skala kecil sebagai tanaman obat atau teh, jarak tanam berkisar antara
40x40 cm hingga 1x1 m karena pembungaan lebih cepat (Loebis, 1970).

Walaupun mudah, perawatan rosella tidak boleh disepelekan. Tanaman rosella


memerlukan air yang banyak sehingga memerlkan pengairan atau irigasi jika tidak terjadi
hujan. Penyiraman tidak disarankan untuk mengenai tumbuhan secara langsung karena hal
tersebut menjadikan rosella rawan terkena serangan Phytophtora. Penyiangan perlu dilakukan
secara berkala, gulma yang terlalu banyak dapat menyebabkan lingkunga yang rawan
ditumbuhi pathogen Sclerotium. Tanaman rosella memerlukan humus atau bahan organic
(BO) yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Pupuk kimia yang sering dipakai adalah
pupuk ZA dan pupuk single N Nutrient (Tohir, 1967).

Industri serat dengan tanaman rosella umumnya memanen rosella ketika sudah
berumur 5-6 bulan. Tanda lainnya untuk pemanenan rosella adalah ketika tanaman sudah
mulai berbunga. Pembungaan dijadikan patokan karena pertumbuhan bunga dapat mereduksi
serta dan menghentikan aktivitas kambium yang menyebabkan penyusutan kadar serat.
Ketika sebagian kecil tanaman sudah berbunga maka pemanenan harus dilakukan, maka dari
itu penanaman dan pemanenan harus tepat dengan jadwal agar hasil maksimal dan seragam.
Pemanenan rosella untuk serat dilakukan dengan cara memotong batang tanaman yang
berada di atas tanah. Akar yang tertinggal dicabut dan dibuang untuk mencegah
menjadikannya sumber inokulum pathogen dan OPT. Batang yang telah dipanen lalu
direndam air untuk mematangkan serat. Setelah seminggu direndam, biasanya serat sudah
matang. Perendaman harus tepat waktunya, karena perendaman terlalu cepat akan
mengurangi mutu dan hasil akhir, sedangkan untuk perendaman yang terlalu lam hasilnya
akan berjumlah sama namun lebih lemah seratnya (Sukartawi, 1989).
BAB III
PENUTUP
E. Kesimpulan

1. Tanaman rosella memiliki dua varietas Hibiscus sabdariffa var. Altisima, Hibiscus
sabdariffa var. Sabdariffa.
2. Daerah penghasil rosella di indonesia saat ini antara lain, Kulon Progo, Pati,
Semarang, Sleman, Surakarta.
3. syarat tumbuh diantaranya: Suhu rata-rata 42-32oC dan masih toleran pada kisaran
suhu 10-36oC. Air yang mencukupi periode kering dibutuhkan rosella untuk
pembungaan dan produksi biji. Cahaya penuh, panjang hari 12 jam (tanaman berhari
pendek, dan waktu tanam bulan April-Mei. Tanaman rosella dapat diusahakan
disegala macam tanah akan tetapi yang paling cocok pada tanah yang subur dan
gembur maksudnya yang mempunyai struktur yang dalam, bertekstur ringan dan
berdrainase baik.
4. Langkah-langkah budidaya rosella adalah persiapan lahan penanaman, perbenihan ,
perawatan dengan penggunaan pupuk kandang dan disiram cukup sudah memadai
5. Gangguan OPT yang menyerang rosella gulma berupa ilalang dan beberapa hama
seperti belalang, kutu putih (Pseudococcus sp.), ulat, dan nematode (Meloidogyne
arenaria).
6. Pemanenan rosella ketika sudah berumur 5-6 bulan. Tanda lainnya untuk pemanenan
rosella adalah ketika tanaman sudah mulai berbunga. Pemanenan rosella untuk serat
dilakukan dengan cara memotong batang tanaman yang berada di atas tanah. Hasil
panen berupa serat dan bunga.

F. Saran
1. Melihat peluang geo-ekonomi di Indonesia, potensi dari bunga rosella masih dapat
dimanfaatkan lagi baik dari segi budidaya maupun pasca panen.
2. Memanfaatkan bunga rosella sebagai tanaman obat di pekarangan rumah dapat
dilakukan dan memberikan keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2010. Rosela. Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta.

Loebis, A.T. 1970. Pengantar Berjtjotjok Tanam Rosella. Penerbit Yasaguna, Jakarta.

Sudarmiyatun, S. 2012. Budi Daya Tanaman Hias. Balai Pustaka: Jakarta

Sukartawi. 1989. Komoditi Serat Karung di Indonesia. Penerbit UI: Jakarta

Tohir, Kaslan A. 1967. Pedoman Bertjotjok Tanam Tanaman Serat-Serat. Balai Pustaka,
Jakarta.

Widyanto, Poppy dan A. Nelistya. 2009. Rosella Aneka Olahan, Khasiat, dan Ramuan.
Penebar Swadaya, Depok.

Anda mungkin juga menyukai