TINJAUAN PUSTAKA
Ulat kantong Metisa plana merupakan salah satu hama pada perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun,
sehingga bekas gigitannya mengering dan berlubang. Daun yang mengering
akan digunakan sebagai bahan pembuat kantong ulat tersebut (Susanto et al.,
2012). Daun yang diserang ulat kantong M.plana dapat menjadi kering seperti
terbakar karena ulat pada saat memakan daun mengeluarkan cairan yang
bersifat racun (Lubis, 2008 ).
4
Ciri khas ulat kantong adalah hidupnya didalam sebuah bangunan mirip
kantong yang berasal dari potongan-potongan daun, tangkai bunga tanaman
inang, disekitar daerah serangan.
Ciri khas yang lain yakni pada bagian tubuh dewasa betina kebanyakan
spesies ulat kantong mereduksi dan tidak mampu untuk terbang. Jantan
memiliki sayap dan akan mencari betina karena bau feromon yang
dikeluarkan betina untuk menarik serangga jantan (Mangoensoekarjo &
Semangun, 2000).
5
1-2 hari. Terdapat perbedaan jumlah hari pada siklus hidup betina dan jantan
M.plana. Jantan bisa mencapai instar 6, sedangkan betina dapat mencapai
instar 7 (Susanto et al., 2012).
Tidak seperti ulat api, telur ulat kantong berada didalam kantong.
Telur berukuran kecil berbentuk bulat dan berwarna putih saat
diletakkan, dan kecoklatan saat akan menetas. Kopulasi terjadi
didalam kantong imago betina dengan telur yang dihasilkan sebanyak
100-300 butir selama hidupnya. Telur diletakkan dalam kantong
imago betina dan menetas dalam waktu 18 hari.
6
1.2.2 Larva
7
e. Instar (e) : kebanyakan potongan daun yang longgar menempel
kebawah, terlihat halus dan terdapat tanda putih yang
menyempit.
f. Instar (f) : Semua potongan daun yang longgar menempel
kebawah dan tanda putih melebar sampai seperempat
panjang kantong.
g. Instar (g) : Sama dengan instar 6, tetapi dengan tanda putih yang
lebih lebar dan lebih panjang (sepertiga panjang
kantong).
Gambar 2.4 (a) Pupa Metisa plana Jantan, (b) Pupa Metisa plana
betina.
8
1.2.4 Imago (Dewasa)
Imago jantan dapat hidup 1-2 hari. Imago jantan memiliki sayap dan
akan mencari betina karena bau feromon yang dikeluarkan betina
untuk menarik serangga jantan. Betina ulat kantong dewasa tanpa
sayap akan menghabiskan seluruh hidupnya didalam kantong. Betina
dapat hidup sampai 7 hari dan dapat menghasilkan telur sebanyak 100-
300 butir serta akan mati setelah telur menetas (Prawirosukarto, 2002).
Serangan yang ditimbulkan oleh Metisa plana pada daun kelapa sawit terlihat
seperti terbakar. Pada larva instar awal bagian yang dimakan adalah bagian
epidermis atas daun, sedangkan untuk larva instar akhir, bagian yang dimakan
adalah epidermis bawah (Susanto et al., 2012).
9
Kerusakan yang disebabkan ulat kantong adalah daun tidak utuh lagi, rusak,
dan berlubang-lubang. Kerusakan helaian daun dimulai dari lapisan
epidermisnya. Kerusakan lebih lanjut adalah mengeringnya daun yang
menyebabkan tajuk bawah berwarna abu-abu dan hanya daun muda yang
masih berwarna hijau, kerusakan akibat hama ini dapat menimbulkan
penyusutan produksi.
Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi
lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8
tahun. keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat
kantong pada tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling
bersinggungan.
Apabila kerusakan daun terjadi pada kelapa sawit yang lebih muda, maka
kehilangan hasil yang ditimbulkannya menjadi lebih kecil. Kehilangan daun
sebesar 50% pada tanaman kelapa sawit yang berumur 2 tahun dan 1 tahun,
masing-masing akan mengakibatkan penurunan produksi sebesar 12%-24%
dan < 4% pada tahun pasca serangan (Prawirosukarto, 2002).
10
untuk menurunkan tingkat serangan. Adapun kriteria tingkat serangan ulat
kantong M.plana menurut (Sulistyo, 2010) adalah :
Ulat kantong termasuk hama yang relatif sulit dikendalikan karena larva
berada di dalam kantong sehingga apabila tidak tepat waktu aplikasi
insektisida akan terhalang oleh kantong tersebut. Kesulitan yang kedua adalah
banyaknya insektisida yang sudah dilarang. Oleh karena itu teknik
pengendalian harus menerapkan ketepatan waktu aplikasi dengan stadia
sensitif ulat kantong. Perkembangan ulat kantong dipantau dari kantor dengan
melihat sebagian pelepah yang terserang ulat kantong. Karena persebaran ulat
kantong relatif lambat maka strategi yang ditempuh biasanya dilakukan
pengendalian yang dimulai dari bagian luasan terluar yang terserang hama ini,
baru merangsek menuju pusat serangan ulat kantong (Susanto et al., 2012).
Pengenalan tentang jenis dan biologi dari hama pemakan daun merupakan
pijakan dasar untuk penyusunan metode pengendalian yang sesuai terhadap
hama tersebut di perkebunan kelapa sawit.
11
Untuk melokalisir serangan hama dapat dilakukan melalui pengedentifikasian
spesies hama dan populasinya melalui pengecekan secara khusus di area yang
mempunyai tingkat populasi hama yang tinggi dengan menilai beratnya
kerusakan sehingga dapat mengetahui kebutuhan pengendalian (Madiyuanto,
2013).
12
dimanfaatkan didalam pengendalian hama ulat kantong M.plana
(Sulistyo, 2010).
13
1.4.2 Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
14
Cara Kerja :
Upaya mendeteksi hama pada waktu yang lebih dini mutlak harus
dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan
pengendalian, keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi
ledakan serangan yang tidak terkendali/terduga. Secara ekonomis, biaya
pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih rendah daripada
pengendalian serangan hama yang sudah menyebar luas (Pahan, 2007).
15