Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Hama dan Penyakit
Tanaman
Dosen Pengampu: Dr. H. Salamet Ginandjar, Ir., MM., M.Kom.
Disusun Oleh:
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Penyakit
Pada Tanaman Perkebunan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Tak
lupa juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. H. Salamet Ginandjar, Ir., MM., M.Kom
selaku Dosen mata kuliah Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman UIN SGD yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai penyakit pada tanaman perkebunan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
ISI...............................................................................................................................................................6
A. Nomena...........................................................................................................................6
1) Perkebunan Teh...........................................................................................................................8
2) Perkebunan Kopi.........................................................................................................................9
a. Kopi arabika......................................................................................................................................10
b. Kopi robusta......................................................................................................................................10
c. Kopi liberika......................................................................................................................................10
3) Perkebunan Coklat.....................................................................................................................11
4) Perkebunan Cengkeh.................................................................................................................11
5) Perkebunan Tebu.......................................................................................................................13
6) Perkebunan Kelapa....................................................................................................................14
E. Penyakit pada Tanaman Perkebunan dan Penegendaliannya........................................15
BAB III.....................................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................................31
A. Kesimpulan...................................................................................................................31
B. Saran..............................................................................................................................31
Daftar Pustaka.........................................................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya, tanaman perkebunan adalah jenis tanaman yang dinilai baik bagi
para petani untuk dibudidayakan. Selain karena sesuai dengan lahan pertanian dan
menjadi komoditas yang banyak tersebar di berbagai wilayah. Tanaman perkebunan yang
dengan sekali penanaman dapat hidup bertahun-tahun sehingga dapat terus memberi
penghasilan yang dapat membantu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan para
petani.
Suatu tanaman, pada dasarnya, dengan potensial genetiknya dapat menghasilkan
produksi yang maksimal. Akan tetapi, setelah berinteraksi dengan lingkungannya, hasil
produksi tanaman akan merupakan resultanse dari perpaduan antara sifat genetik dan
pengaruh faktor luar, sehingga tanaman tidak dapat mencapai hasil maksimal. salah satu
faktor yang dapat menurunkan produksi tanaman adalah serangan penyakit.
Penyakit tanaman dapat mengakibatkan kerugian baik secara kuantitas maupun
kualitas hasil panen. Upaya untuk mengurangi kerugian akibat infeksi penyakit tanaman
tersebut dapat dilakukan pengendalian dengan sasaran dan cara-cara yang tepat.
Tanaman akan bereaksi terhadap serangan patogen. Reaksi tanaman yang
mempunyai efektifitas tinggi dalam mengurangi akibat serangan patogen merupakan
indikasi ketahanan tanaman yang tinggi pula. Ketahanan tanaman dapat berupa ketahanan
fisis, histologis, fisiologis dan biokhemis.
C. Tujuan
2. Pada :
3. Tanaman (crop) :
4. Perkebunan (plantation) : an estate on which crops such as coffee, sugar, and
tobacco are grown.; an area in which trees have been planted, especially for
commercial purposes:new conifer plantations.
(sebuah tempat di mana tanaman kopi, gula dan tembakau tumbuh.; suatu
daerah di mana pohon telah ditanam kembali, terutama untuk tujuan
komersial:perkebunan conifer baru.)
Pengertian dan definisi yang digunakan dalam Buku Pembakuan Statistik Perkebunan
2007 mengacu pada UU No 18 Tahun 2004 mengenai Perkebunan serta Buku Konsep dan
Definisi Baku Statistik Pertanian (BPS).
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah
dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan
barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat.
Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah
tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan
(pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi
lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman industri seperti kakao, kelapa, dan teh.
Dalam pengertian bahasa Inggris, “perkebunan” dapat mencakup plantation dan orchard.
Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditas yang
dipasarkannya. Namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum
untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Selain itu,
perkebunan selalu menerapkan cara monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada
di dalamnya. Ciri yang lainnya, walaupun tidak selalu demikian, adalah terdapat instalasi
pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu,
sebelum produknya dikirim ke pembeli. (Herwindo, 2012)
Tanaman perkebunan mempunyai 2 potensi pasar yaitu pasar dalam negeri dan
pasar luar negeri, pasar dalam negeri tan perkebunan dapat dikonsumsi langsung oleh
masyarakat sebagai bahan baku industri, diolah sebagai bahan mentah atau bahan jadi
makanan ternak dll. Diluar negeri tan perkebunan dibutuhkan untuk konsumsi negara
pengimport dan lebih lanjut sebagai barang ekspor. Yang harus diperhatikan dalam
mengolah perkebunan adalah :
1. Planning (perencanaan)
2. Organizing (pengorganisasian)
3. Actuating (penggerakan)
1) Perkebunan Teh
Tanaman teh berasal dari daerah subtropis, oleh karena itu di Indonesia teh lebih
cocok ditanam di daerah dataran tinggi. Lingkungan fisik yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan teh ialah iklim dan tanah. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari,
dan angin. Di Indonesia tanaman teh hanya ditanam di dataran tinggi. Ada kaitan erat
antara tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu semakin rendah elevasi suhu udara akan
semakin tinggi. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan suhu dan
mempengaruhi pertumbuhan perdu teh (Setyamidjaja, 2000 dalam Lintang Ayu; dkk,
2010).
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu faktor
internal tanaman meliputi sifat-sifat unggul, umur, dan klon tanaman yang
dibudidayakan. Faktor eksternal (lingkungan) yaitu kondisi iklim yang meliputi suhu,
curah hujan, kecepatan angin, dan kelembaban serta kondisi tanah seperti jenis tanah,
pH, dan mikroorganisme tanah. Agar interaksi kedua faktor tersebut mendukung proses
pencapaian target produksi, maka dilakukan pengelolaan dalam bentuk tindakan
budidaya yang berorientasi dan disesuaikan dengan proses-proses yang terjadi di dalam
tubuh tanaman (Anonim, 2010 dalam Lintang Ayu; dkk, 2010).
http://blog.airyrooms.com
2) Perkebunan Kopi
Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa
melainkan juga sebagai sumber penghasilan petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012
dalam Vinsensia Febrina Siantul;dkk, 2016). Bentuk usaha perkebunan kopi di Indonesia
didominasi oleh perkebunan rakyat (PR) dengan porsi 96% dari total area di Indonesia,
2% perkebunan besar negara (PBN) dan 2% perkebunan besar swasta (PBS). Komposisi
tersebut menunjukkan peranan petani kopi dalam perekonomian nasional cukup
signifikan. Sebaran produksi kopi di Indonesia tidak merata di seluruh daerah/provinsi
sehingga hal ini akan menyebabkan wilayah-wilayah basis komoditas kopi di Indonesia
hanya terpusat pada beberapa daerah/provinsi saja (Kusmiati dan Windiarti, 2011dalam
Vinsensia Febrina Siantul;dkk, 2016).
a. Kopi arabika
Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan jenis kopi yang paling disukai karena rasanya
dinilai paling baik. Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam di ketinggian 1000-2100
meter dpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian diatas 800 meter dpl. Bila
ditanam di dataran yang lebih rendah, jenis kopi ini sangat rentan terhadap penyakit HV.
Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah. Meski
memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tapi mutu biji kopi yang dihasilkan jauh lebih
baik.
b. Kopi robusta
Kopi robusta (Coffea canephora) lebih toleran terhadap ketinggian lahan budidaya. Jenis
kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400-800 m dpl dengan suhu 21-24oC. Buididaya
jenis kopi ini sangat cocok dilakukan didataran rendah dimana kopi arabika rentan
terhadap serangan penyakit HV. Dahulu setelah ada serangan penyakit HV yang masif,
pemerintah kolonial mereplanting tanaman kopi arabika dengan kopi robusta.
c. Kopi liberika
Kopi liberika (Coffea liberica) bisa tumbuh dengan baik didataran rendah dimana
robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan pada penyakit HV
dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi keunggulan kopi liberika. Ukuran
daun, percabangan dan tinggi pohon jenis kopi liberika lebih besar dari arabika dan
robusta.
https://madrecoffee.com
3) Perkebunan Coklat
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang
terus mendapat perhatian untuk dikembangkan. Upaya pengembangan tanaman kakao
disamping masih diarahkan pada peningkatan populasi (luas lahan) juga telah banyak
diarahkan pada peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil. Adapun aspek yang paling
diperhatikan dalam usaha peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil adalah
penggunaan jenis-jenis kakao unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao. Saat ini
terdapat sejumlah jenis kakao unggul yang sering digunakan dalam budidaya kakao,
antara lain jenis (klon) Sulawesi 1 dan Sulawesi 2 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009
dalam Nyoman Mertode; dkk, 2011).
http://kakao-indonesia.com
4) Perkebunan Cengkeh
Cengkih (Syzygium aromaticum L. Merr and Perr) merupakan tanaman tahunan asli
Indonesia yang berasal dari Kepuluan Maluku. Di Indonesia tanaman cengkih banyak
dimanfaatkan untuk campuran rokok kretek, kosmetik, industri obat-obatan, pestisida
nabati, dan bumbu dapur (Puslitbangbun 2007 dalam Nuri Kiptantiyawati, 2016). Di
Indonesia terdapat empat tipe unggul, yaitu Zanzibar, Siputih, Sikotok, dan Ambon. Dari
keempat tipe tersebut, tipe Zanzibar merupakan tipe yang paling banyak dibudidayakan
oleh para petani cengkih (Balittri 2010 dalam Nuri Kiptantiyawati, 2016). Luas areal
tanaman cengkih di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 467 316 ha dan mengalami
pertambahan luas areal pada tahun 2013 menjadi 501 378 ha. Pertambahan luas areal
tersebut didukung dengan peningkatan jumlah produksinya. Produksi cengkih pada tahun
2009 sebesar 81 988 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 109 694
ton atau meningkat sebesar 25.25% (Ditjenbun 2014 dalam Nuri Kiptantiyawati, 2016).
http://www.flickriver.com
5) Perkebunan Tebu
Gula diproduksi di 121 negara dengan produksi dunia melebihi 120 juta ton per
tahun. Sekitar 70% gula dihasilkan dari tebu yang dibudidayakan di negara-negara tropis.
Produksi gula lainnya diperoleh dari bit gula, terutama di daerah beriklim sedang. Secara
historis, gula hanya dihasilkan dari tebu dan dalam jumlah yang relatif kecil. Hal ini
mengakibatkan gula menjadi barang mewah, terutama di Eropa karena tebu sulit
ditanam. Saat ini, beberapa negara mengimpor raw sugar (gula mentah) untuk
memproduksi gula kristal putih.
Tebu merupakan tanaman sub-tropis dan tropis yang menyukai banyak sinar
matahari dan air yang melimpah (akar tidak tergenang) untuk pertumbuhan optimal.
Beberapa spesies yang dikembangkan yaitu Saccharum officinarum, S.spontaneum, S.
barberi, dan S. sinense. Tanaman komersial ini memiliki banyak kultivar yang dapat
dimanfaatkan oleh petani dalam usahataninya. Kemasakan tebu biasanya terjadi pada
umur 12 bulan. Rata-rata tebu yang masak memiliki kandungan gula 10% dari bobot
tebunya. Jika estimasi produktivitas tebu 100 ton per hektar, maka gula yang diperoleh
sebesar 10 ton per hektar. Beberapa faktor yang membedakan kandungan gula dari satu
kebun dengan kebun lainnya yaitu varietas tebu, perubahan musim, dan perbedaan
keadaan lokasi (SKIL, 1998 dalam Dhiyaudzdzikrillah, 2011).
http://www.warnetgadis.com
6) Perkebunan Kelapa
Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia.
Hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di hampir seluruh wilayah Nusantara.
Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas
dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budi
daya setelah padi. Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha atau 26 persen dari 14,20
juta ha total area perkebunan. Sekitar 96,60 persen pertanaman kelapa dikelola oleh
petani dengan rata-rata pemilikan 1 ha/KK (Allorerung dan Mahmud 2003 dalam Rudi
Hartawan; dkk, 2016), dan sebagian besar dusahakan secara monokultur (97 persen),
kebun campuran atau sebagai tanaman pekarangan.
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran
sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman
kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan,
kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat
yang besar.
Alasan utama yang membuat kelapa menjadi komoditi komersial adalah karena
semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dari analisis
budidaya terlihat bahwa investasi yang besar dan dapat menguntungkan hanya dalam
waktu kurang dari enam tahun, belum termasuk keuntungan lain yang didapat selain
buah. Oleh karena itu, budidaya tanaman kelapa merupakan salah satu alternatif yang
sangat menguntungkan.
Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia sehingga, sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan
(tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya
dapat dipergunakan untuk kebutuhan manusia sehari-hari.
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi
sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembangkan antara lain Virgin Coconut
Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desilcated Coconut (DC), Coconut Milk/Cream
(CM/CC), Coconut Charcoal, Activated Carbon (AC), Brown Sugar (BS), Coconut
Fiber (CF), dan Cocon Wood (CW), yang diusahakan secara parsial maupun terpadu.
Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatannya 5-10
kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk kopra. Berangkat dari kenyataan
luasnya potensi pengembangan produk, kemajuan ekonomi perkelapaan di tingkat
makro (daya saing di pasar global) maupun mikro, (pendapatan petani, nilai tambah
dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya akan semakin menuntut dukungan
pengembangan industri kelapa secara kluster sebagai prasyarat (Allorerung et al. 2005
dalam Rudi Hartawan; dkk, 2016).
http://wisata-jalan-jalan.kampung-media.com
1. Perkebunan Teh
a. Cacar daun (Exobasidium vexans Massee)
Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur E. vexans dapat
menurunkan produksi pucuk basah sampai 50 persen karena menyerang daun atau
ranting yang masih muda. Umumnya serangan terjadi pada pucuk peko,
daun pertama, kedua dan ketiga. Gejala awal terlihat bintik-bintik kecil tembus
cahaya, kemudian bercak melebar dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh
cincin berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan menonjol ke bawah.
Pusat bercak menjadi coklat tua akhirnya mati sehingga terjadi lobang.
Penyakit tersebar melalui spora yang terbawa angin, serangga atau
manusia. Perkembangan penyakitdipengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi,
angin, ketinggian lokasi kebun dan sifat tanaman.Banyaknya bulu daun pada peko
dapat mempertinggi ketahanan terhadap penyakit cacar.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengaturan naungan agar sinar
matahari dapat masuk ke kebun. Pemangkasan teh di musim kemarau agar
tanaman yang baru dipangkas dapat berkembang karena pada saat ini cacar teh
sulit berkembang. Pengaturan daur petik kurang dari 9 hari dapat mengurangi
sumber penularan baru karena pucuk terserang sudah terpetik. Untuk pencegahan,
sebaiknya ditanam klon teh yang tahan terhadap penyakit cacar daun.
b. Penyakit akar
Penyakit akar yang penting pada tanaman teh yaitu: (1) Penyakit akar
merah anggur (Ganodermapseudoferreum); (2) Penyakit akar merah bata (Proria
hypolateritia); (3) Penyakit akar hitam (Rosellinia arcuata dan R. bunodes); (4)
Penyakit leher akar (Ustulina maxima); (5) Penyakit kanker belah (Armellaria
fuscipes).
Kelima penyakit ini menular melalui kontak akar sakit dengan akar sehat
atau melalui benang jamur yangmenjalar bebas dalam tanah atau pada sampah-
sampah di atas permukaan tanah (jamur kanker belah). Gejala pada tanaman
terserang adalah daun menguning, layu, gugur dan akhirnya tanaman mati. Untuk
mengetahui penyebabnya, harus melalui pemeriksaan akar. Batang tanaman teh
terbelah dari bagian bawah ke atas, kayu menjadi busuk kering dan lunak
sehingga mudah hancur (penyakit kanker belah). Unsur yang
mempengaruhi penyebaran penyakit adalah ketinggian tempat, jenis/kondisi tanah
dan jenis pohon pelindung.
Pengendalian dilakukan dengan penanaman pohon pelindung yang tahan,
membongkar tanaman teh yangterserang, menjaga kebersihan kebun dan
pemberian Trichoderma sp. 200 gram per pohon pada lobang bekas tanaman yang
dibongkar dan tanaman disekitarnya pada awal musim hujan, di ulang setiap 6
bulan sekali sampai tidak ditemukan gejala penyakit akar di daerah
tersebut. Tanaman teh disekitarnya diberi pupuk kandang atau pupuk organik.
2. Perkebunan Kopi
a. Karat Daun Kopi
c. Mati Pucuk
Penyebab penyakit mati pucuk adalah Cendawan dengan jenis Rhizoctonia Sp.
Gejala yang ditimbulkan pada tanaman muda yaitu, daun berwarna hijau
kekuning-kuningan dan tumbuh agak tegak keatas, besarnya daun tidak sama dan
gugur lebih cepat, sering terjadi kematian pada ujung cabang, pertumbuhan batang
terganggu, membengkok ke arah cabang yang lebih panjang, dan kulit tidak
bergabus. Sedangkan pada tanaman tua daun muda berwarna hijau kekuningan
dan tumbuh agak tegak keatas, sedang daun tua berwarna hijau kecokelatan
terutama diantara tulang daun, cabang dan ranting secara lambat mati mulai dari
pucuk, irisan memanjang batang terlihat ada pewarna pada irisan melintang
pewarna tampak seperti cincin.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah suhu yang agak
rendah dan curah hujan bulanan. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah
memotong dan membakar bagian tanaman yang sakit, bekas luka ditutup dengan
TB 192, disemprot dengan fungisida bahan aktif tembaga, membuat pohon kopi
berbatang 3 atau 4.
d. Jamur Upas
3. Perkebunan Coklat
Penyakit ini dapat menyerang semua fase pertumbuhan buah, mulai dari buah
pentil hingga buah dalam fase kemasakan. Buah yang terserang penyakit busuk
buah akan tampak hitam arang dan jika disentuh akan terasa basah membusuk.
Penyakit ini dapat menyebar dari satu buah yang terinfeksi ke buah lainnya
melalui beberapa media seperti sentuhan langsung antarbuah, percikan air, dibawa
oleh hewan (semut atau tupai), bahkan oleh tiupan angin. Penyebaran busuk buah
akan semakin cepat jika kondisi kebun terlalu lembab karena
cendawan Phythoptora palmivoradapat tumbuh subur pada daerah yang lembab.
Penyakit busuk buah kakao dapat dicegah agar tidak menyerang tanaman
kakao dikebun melalui penggunaan klon tahan busuk buah seperti DRC 16, SCA
6, SCA 12, ISC 6, dan hibridanya, pemupukan yang berimbang, sanitasi kebun
yang dilakukan secara berkala, pemangkasan pohon penaung, pemangkasan pohon
kakao, dan panen sesering mungkin. Sedangkan jika penyakit busuk buah sudah
menyerang, tindakan pengendalian yag dapat dilakukan antara lain dengan
pemangkasan untuk meminimalisasi kelembaban kebun, sanitasi dan pemusnahan
buah yang terserang, dan penggunaan fungisida tembaga kontak seperti Nordox,
Cupravit, dan Copper Sandoz dengan interval 2 minggu sekali.
4. Perkebunan Cengkeh
c. Embun Jelaga
Penyebab penyakit ini adalah jamur Capnodium sp. dan Limacinula
samoensis. Jamur tersebut hidup pada kotoran serangga Coccus viridis Green
(kutu daun) yang menempel pada daun. Serangga dapat disebarkan oleh semut
dari daun satu ke daun yang lain.
Gejala serangan dapa dilihat pada permukaan daun tampak lapisan berwarna
abu-abu kehitaman. Pada serangan berat, lapisan hitam akan menutup permukaan
daun, tangkai daun dan ranting. Akibat serangan penyakit ini tanaman menjadi
sulit berfotosintesis.
Lapisan hitam pada permukaan daun dapat dihilangkan dengan penyemprotan
larutan kapur sirih 1-2%. Untuk mengendalikan kutu daun dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida. (Nuri Kiptantiyawati, 2016)
5. Perkebunan Tebu
a. Penyakit mosaik
Penyebab adalah virus mosaik. Tanda-tanda penyakit ini yaitu pada daun
terdapat gambaran mosaic berupa garis-garis dan noda-noda berwarna hijau muda
sampai kuning. Cara pencegahan yang dilakukan selama ini adalah dengan
menggunakan bibit terseleksi yang berasal dari tanaman sehat dan varietas tebu
yang tahan terhadap penyakit mosaic seperti Ps 56, F 154, F 156, atau M 442-51.
b. Penyakit pembuluh
Penyebab adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xvli. Tanaman yang terserang
menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna terutama tanaman
keprasan tampak kerdil. Gejala yang khas yaitu terlihat warna jingga kemerah-
merahan pada berkas-berkas pembuluh batang tebu menjelang masaknya tebu.
Cara pencegahan penyakit ini antara lain dengan melakukan desinfeksi alat
pemotong tebu dengan lisol 20%, penanaman dengan menggunakan bibit sehat
yang diperoleh dengan perawatan air panas terhadap bibit tebu pada suhu 50°C
selama 2-3 jam.
d. Penyakit blendok
Tanda-tanda serangan penyakit yang disebabkan oleh sejenis bakteri ini yaitu
apabila batang dibelah tampak pembuluh-pembuluh berwarna kuning tua sampai
merah tua. Usaha pencegahannya dengan desinfeksi pisau pemotong menggunakan
lisol.
e. Penyakit pokahbung
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di musim
hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat memutih
(chlorosis). Pada serangan yang parah, pucuk tanaman menjadi busuk, pembuluh
tanaman menjadi busuk, pembuluh tanaman menjadi tidak normal bentuknya
(bengkok dan luka). Pemberantasan untuk tanaman yang telah terserang dengan
cara disemprot bubur Bordo 1% seminggu sekali. (Gery Juliansyah, 2014)
6. Perkebunan Kelapa
a. Penyakit Menyerang Tanaman Muda
1) Penyakit busuk tunas (Bud rot)
Penyebabnya adalalah cendawan Phytophthora palmivora Buttler.
Gejala: (1) mengeringnya daun-daun muda di tengah-tengah tajuk; (2) daun
berwarna coklat dan patah pada pangkalnya; (3) pangkal membusuk, yang
kemudian dapat mencapai titik tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman
terhenti dan mati; Pengendalian: belum diketahui cara penanggulangan yang
tepat dan efektif.
8) Penyakit akar
Penyebab: cendawan parasit yang kadang-kadang diperburuk pula
dengan adanya gangguan nematoda parasit. Gejala: (1) adanya perubahan
warna daun secara berangsur-angsur. Warna kuning pucat pada daun terbawah
berangsur-angsur hilang ke bagian daun yang lebih muda; (2) ujung-ujung
daun mengkerut dan banyak yang kering. Gejala ini seperti gejala defisiensi
unsur hara, karena terjadinya gangguan transportasi dalam jaringan tanaman.
Pengendalian: dengan cara kultur teknis dan sanitasi seperti yang dilakukan
pada penyakit layu natuna. (Stepanus Naro, 2014)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada banyak jenis tanaman perkebunan. Contoh kecilnya yaitu tanaman teh,
tanaman kopi, tanaman coklat, tanaman cengkeh, tanaman tebu, tanaman kelapa, dan
lain sebagainya.
Tanaman tak pernah terhindarkan dari yang namanya hama dan penyakit yang
menyerang dan mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Contoh penyakit pada
tanaman perkebunan salah satunya yaitu embun jelaga. Gejala yang tampak pada
penyakit embun jelaga adalah daun yang menghitam, dan masih banyak penyakit lain
yang menyerang tanaman perkebunan.
B. Saran
Sebaiknya bagian tanaman yang terkontaminasi oleh penyakit segera dipisahkan dan
dibakar. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tumbuhan yang
lain. Selain itu penyakit disebabkan oleh virus, jamur, dan mikroba lain, yang prinsip
kerjanya sistematik.
Penanaman tanaman unggul sangat disarankan agar tanaman tidak mudah terkena
penyakit, dan penyesuaian tempat tanampun harus diketahui lebih dahulu.
Daftar Pustaka