Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Penyakit Pada Tanaman Perkebunan

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Hama dan Penyakit
Tanaman
Dosen Pengampu: Dr. H. Salamet Ginandjar, Ir., MM., M.Kom.

Disusun Oleh:

Nida Fazriani 1187060041


Rahmaniah Cahyaningtyas 1187060047
Supriatna Wira Kusuma 1187060060
Viko Feisal Firdaus 1187060066

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr Wb
    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Penyakit
Pada Tanaman Perkebunan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Tak
lupa juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. H. Salamet Ginandjar, Ir., MM., M.Kom
selaku Dosen mata kuliah Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman UIN SGD yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai penyakit pada tanaman perkebunan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 15 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................................6
ISI...............................................................................................................................................................6
A. Nomena...........................................................................................................................6

B. Pengertian Penyakit Pada Tanaman Perkebunan............................................................6

C. Pengertian Tanaman Perkebunan....................................................................................6

D. Jenis-Jenis Tanaman Perkebunan....................................................................................8

1) Perkebunan Teh...........................................................................................................................8
2) Perkebunan Kopi.........................................................................................................................9
a. Kopi arabika......................................................................................................................................10
b. Kopi robusta......................................................................................................................................10
c. Kopi liberika......................................................................................................................................10
3) Perkebunan Coklat.....................................................................................................................11
4) Perkebunan Cengkeh.................................................................................................................11
5) Perkebunan Tebu.......................................................................................................................13
6) Perkebunan Kelapa....................................................................................................................14
E. Penyakit pada Tanaman Perkebunan dan Penegendaliannya........................................15

BAB III.....................................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................................31
A. Kesimpulan...................................................................................................................31

B. Saran..............................................................................................................................31

Daftar Pustaka.........................................................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya, tanaman perkebunan adalah jenis tanaman yang dinilai baik bagi
para petani untuk dibudidayakan. Selain karena sesuai dengan lahan pertanian dan
menjadi komoditas yang banyak tersebar di berbagai wilayah. Tanaman perkebunan yang
dengan sekali penanaman dapat hidup bertahun-tahun sehingga dapat terus memberi
penghasilan yang dapat membantu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan para
petani. 

Akan tetapi tidak jarang dalam tiap kegiatan pembudidayaannya, seringkali


berhadapan dengan berbagai macam kendala diantaranya adalah serangan penyakit.

            Suatu tanaman, pada dasarnya, dengan potensial genetiknya dapat menghasilkan
produksi yang maksimal. Akan tetapi, setelah berinteraksi dengan lingkungannya, hasil
produksi tanaman akan merupakan resultanse dari perpaduan antara sifat genetik dan
pengaruh faktor luar, sehingga tanaman tidak dapat mencapai hasil maksimal. salah satu
faktor yang dapat menurunkan produksi tanaman adalah serangan penyakit.

            Penyakit tanaman dapat mengakibatkan kerugian baik secara kuantitas maupun
kualitas hasil panen. Upaya untuk mengurangi kerugian akibat infeksi penyakit tanaman
tersebut dapat dilakukan pengendalian dengan sasaran dan cara-cara yang tepat.

            Tanaman akan bereaksi terhadap serangan patogen. Reaksi tanaman yang
mempunyai efektifitas tinggi dalam mengurangi akibat serangan patogen merupakan
indikasi ketahanan tanaman yang tinggi pula. Ketahanan tanaman dapat berupa ketahanan
fisis, histologis, fisiologis dan biokhemis.

            Keadaan lingkungan ikut mempunyai andil di dalam menciptakan kemungkinan


terjadinya serangan patogen pada tanaman. Untuk hidup dengan optimal, tanaman
memerlukan suhu, kelembaban cahaya dan jumlah nutrisi serta udara dalam rentangan
tertentu. (Iin Mutmainna Sudirman , 2012)
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud tanaman perkebunan?


2. Apa saja jenis-jenis tanaman perkebunan?
3. Penyakit apa yang menyerang tanaman perkebunan?
4. Bagaimana cara mengatasi penyakit pada tanaman perkebunan?

C. Tujuan

Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman perkebunan, penyakit yang menyerangnya,


dan cara mengatasinya sebagai bahan wawasan bagi mahasiswa dan sarana informasi.
BAB II
ISI
A. Nomena

ِ َّ ‫َنزل لَ ُكم ِمن‬


َ ‫اء فَأَْنبَْتنَا بِ ِه َح َدائِ َق َذ‬
‫ات‬ ً ‫الس َماء َم‬ َ ْ َ ‫ض َوأ‬ َ ‫األر‬ ِ َّ ‫أ َْم من َخلَ َق‬
ْ ‫الس َم َوات َو‬ َْ
‫َب ْه َج ٍة َما َكا َن لَ ُك ْم أَ ْن ُت ْنبِتُوا َش َج َر َها أَإِلَهٌ َم َع اللَّ ِه بَ ْل ُه ْم َق ْو ٌم َي ْع ِدلُو َن‬
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air
untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-
pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang
lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari
kebenaran). (Q.s An Naml 27 : 60) (Jabal Qur’an, 2010)

B. Pengertian Penyakit Pada Tanaman Perkebunan

1. Penyakit (disease) : an illness that affects a person, animal, or plant: a


condition that prevents the body or mind from working normally (Merriam webster,
2019)
(penyakit yang mempengaruhi orang, hewan atau tumbuhan: suatu kondisi
yang mencegah tubuh atau pikiran dari biasanya bekerja)

a disorder of structure or function in a human, animal, or plant, especially one that


produces specific symptoms or that affects a specific location and is not simply a
direct result of physical injury:bacterial meningitis is quite a rare disease [mass
noun] heart disease. (Oxford, online)
(kelainan struktur atau fungsi manusia, hewan atau tanaman, terutama salah
satu yang menghasilkan gejala-gejala tertentu atau yang mempengaruhi
lokasi tertentu dan tidak hanya akibat langsung dari cedera fisik:meningitis
bakteri adalah penyakit yang sangat langka penyakit jantung [massa
benda]).

2. Pada :
3. Tanaman (crop) :
4. Perkebunan (plantation) : an estate on which crops such as coffee, sugar, and
tobacco are grown.; an area in which trees have been planted, especially for
commercial purposes:new conifer plantations.
(sebuah tempat di mana tanaman kopi, gula dan tembakau tumbuh.; suatu
daerah di mana pohon telah ditanam kembali, terutama untuk tujuan
komersial:perkebunan conifer baru.)

C. Pengertian Tanaman Perkebunan

Pengertian dan definisi yang digunakan dalam Buku Pembakuan Statistik Perkebunan
2007 mengacu pada UU No 18 Tahun 2004 mengenai Perkebunan serta Buku Konsep dan
Definisi Baku Statistik Pertanian (BPS).

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah
dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan
barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat.

Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah
tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan
(pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi
lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman industri seperti kakao, kelapa, dan teh.
Dalam pengertian bahasa Inggris, “perkebunan” dapat mencakup plantation dan orchard.
Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditas yang
dipasarkannya. Namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum
untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Selain itu,
perkebunan selalu menerapkan cara monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada
di dalamnya. Ciri yang lainnya, walaupun tidak selalu demikian, adalah terdapat instalasi
pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu,
sebelum produknya dikirim ke pembeli. (Herwindo, 2012)

Tanaman perkebunan adalah tanaman semusim dan/atau tanaman tahunan yang


karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman
perkebunan.  Tanaman perkebunan dikelompokkan jadi 2 tanaman semusim dan tanaman
tahunan. Tanaman semusim yaitu merupakan tanaman yang hanya dipanen satu kali
dengan siklus hidup satu tahun sekali, contohnya tanaman tebu,kapas dan tembakau.
Sementara tanaman tahunan membutuhkan waktu yang panjang untuk berproduksi dan
bisa menghasilkan sampai puluhan tahun dan bisa dipanen lebih dari satu kali, misalnya
tan kelapa sawit, karet, kakao, cengkeh, kopi, dan lada.

Sebagai komoditas tanaman perkebunan memiliki sebutan lain yaitu tanaman


perdagangan dan tanaman industri, sebutan ini jelas menunjukkan Legitimasi bahwa ada
peluang bisnis dari pengusahaan tanaman perkebunan selain itu tanaman subsector
perkebunan mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara ,
penerimaan tenaga kerja dll.

Tanaman perkebunan mempunyai 2 potensi pasar yaitu pasar dalam negeri dan
pasar luar negeri, pasar dalam negeri tan perkebunan dapat dikonsumsi langsung oleh
masyarakat sebagai bahan baku industri, diolah sebagai bahan mentah atau bahan jadi
makanan ternak dll. Diluar negeri tan perkebunan dibutuhkan untuk konsumsi negara
pengimport dan lebih lanjut sebagai barang ekspor. Yang harus diperhatikan dalam
mengolah  perkebunan adalah :

1.      Planning (perencanaan)

2.      Organizing (pengorganisasian)

3.      Actuating (penggerakan)

4.      Controlling (pengawasan/ pengendalian)

(Muhammad Yusuf, 2018)


D. Jenis-Jenis Tanaman Perkebunan

1) Perkebunan Teh

Tanaman teh merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai kemampuan


produksi relatif lebih cepat dibandingkan tanaman perkebunan lainnya. Kelebihan
lainnya yaitu dapat berfungsi hidrologis dan dengan pengaturan rotasi petik, tanaman teh
dapat dipanen menurut petak pemetikan sehingga hasil tanaman teh tersedia setiap hari.
Umur ekonomisnya dapat mencapai 70 tahun, sehingga akan dapat memberi peluang
bisnis yang cukup handal pada kondisi pasar yang cenderung naik turun (Anonim, 1992
dalam Lintang Ayu;dkk, 2010).

Tanaman teh berasal dari daerah subtropis, oleh karena itu di Indonesia teh lebih
cocok ditanam di daerah dataran tinggi. Lingkungan fisik yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan teh ialah iklim dan tanah. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari,
dan angin. Di Indonesia tanaman teh hanya ditanam di dataran tinggi. Ada kaitan erat
antara tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu semakin rendah elevasi suhu udara akan
semakin tinggi. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan suhu dan
mempengaruhi pertumbuhan perdu teh (Setyamidjaja, 2000 dalam Lintang Ayu; dkk,
2010).

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu faktor
internal tanaman meliputi sifat-sifat unggul, umur, dan klon tanaman yang
dibudidayakan. Faktor eksternal (lingkungan) yaitu kondisi iklim yang meliputi suhu,
curah hujan, kecepatan angin, dan kelembaban serta kondisi tanah seperti jenis tanah,
pH, dan mikroorganisme tanah. Agar interaksi kedua faktor tersebut mendukung proses
pencapaian target produksi, maka dilakukan pengelolaan dalam bentuk tindakan
budidaya yang berorientasi dan disesuaikan dengan proses-proses yang terjadi di dalam
tubuh tanaman (Anonim, 2010 dalam Lintang Ayu; dkk, 2010).
http://blog.airyrooms.com

2) Perkebunan Kopi

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa
melainkan juga sebagai sumber penghasilan petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012
dalam Vinsensia Febrina Siantul;dkk, 2016). Bentuk usaha perkebunan kopi di Indonesia
didominasi oleh perkebunan rakyat (PR) dengan porsi 96% dari total area di Indonesia,
2% perkebunan besar negara (PBN) dan 2% perkebunan besar swasta (PBS). Komposisi
tersebut menunjukkan peranan petani kopi dalam perekonomian nasional cukup
signifikan. Sebaran produksi kopi di Indonesia tidak merata di seluruh daerah/provinsi
sehingga hal ini akan menyebabkan wilayah-wilayah basis komoditas kopi di Indonesia
hanya terpusat pada beberapa daerah/provinsi saja (Kusmiati dan Windiarti, 2011dalam
Vinsensia Febrina Siantul;dkk, 2016).

a. Kopi arabika
Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan jenis kopi yang paling disukai karena rasanya
dinilai paling baik. Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam di ketinggian 1000-2100
meter dpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian diatas 800 meter dpl. Bila
ditanam di dataran yang lebih rendah, jenis kopi ini sangat rentan terhadap penyakit HV.

Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah. Meski
memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tapi mutu biji kopi yang dihasilkan jauh lebih
baik.

b. Kopi robusta
Kopi robusta (Coffea canephora) lebih toleran terhadap ketinggian lahan budidaya. Jenis
kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400-800 m dpl dengan suhu 21-24oC. Buididaya
jenis kopi ini sangat cocok dilakukan didataran rendah dimana kopi arabika rentan
terhadap serangan penyakit HV. Dahulu setelah ada serangan penyakit HV yang masif,
pemerintah kolonial mereplanting tanaman kopi arabika dengan kopi robusta.

c. Kopi liberika
Kopi liberika (Coffea liberica) bisa tumbuh dengan baik didataran rendah dimana
robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan pada penyakit HV
dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi keunggulan kopi liberika. Ukuran
daun, percabangan dan tinggi pohon jenis kopi liberika lebih besar dari arabika dan
robusta.

https://madrecoffee.com

3) Perkebunan Coklat

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang
terus mendapat perhatian untuk dikembangkan. Upaya pengembangan tanaman kakao
disamping masih diarahkan pada peningkatan populasi (luas lahan) juga telah banyak
diarahkan pada peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil. Adapun aspek yang paling
diperhatikan dalam usaha peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil adalah
penggunaan jenis-jenis kakao unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao. Saat ini
terdapat sejumlah jenis kakao unggul yang sering digunakan dalam budidaya kakao,
antara lain jenis (klon) Sulawesi 1 dan Sulawesi 2 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009
dalam Nyoman Mertode; dkk, 2011).
http://kakao-indonesia.com

4) Perkebunan Cengkeh

Cengkih (Syzygium aromaticum L. Merr and Perr) merupakan tanaman tahunan asli
Indonesia yang berasal dari Kepuluan Maluku. Di Indonesia tanaman cengkih banyak
dimanfaatkan untuk campuran rokok kretek, kosmetik, industri obat-obatan, pestisida
nabati, dan bumbu dapur (Puslitbangbun 2007 dalam Nuri Kiptantiyawati, 2016). Di
Indonesia terdapat empat tipe unggul, yaitu Zanzibar, Siputih, Sikotok, dan Ambon. Dari
keempat tipe tersebut, tipe Zanzibar merupakan tipe yang paling banyak dibudidayakan
oleh para petani cengkih (Balittri 2010 dalam Nuri Kiptantiyawati, 2016). Luas areal
tanaman cengkih di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 467 316 ha dan mengalami
pertambahan luas areal pada tahun 2013 menjadi 501 378 ha. Pertambahan luas areal
tersebut didukung dengan peningkatan jumlah produksinya. Produksi cengkih pada tahun
2009 sebesar 81 988 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 109 694
ton atau meningkat sebesar 25.25% (Ditjenbun 2014 dalam Nuri Kiptantiyawati, 2016).

Produktivitas tanaman cengkih dapat ditingkatkan dengan cara rehabilitasi,


intensifikasi, dan peremajaan tanaman. Ketiga program tersebut membutuhkan
pemupukan sebagai faktor penunjang. Pemupukan merupakan penambahan zat hara
tanaman ke dalam tanah. Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan anorganik
atau pupuk buatan (Hardjowigeno 2007 dalam Nuri Kiptantiyawati, 2016). Penggunaan
pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah, hal ini disebabkan fungsi dari
pupuk organik yang dapat menggemburkan lapisan atas tanah (top soil), meningkatkan
populasi jasad renik, dan mempertinggi daya serap dan daya simpan air. Penggunaan
pupuk organik juga dapat meningkatkan kualitas dan produksi tanaman. Selain itu,
penggunaan pupuk organik dapat menekan penggunaan pupuk anorganik secara
berlebihan karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti
penurunan kualitas kesuburan tanah dan berkurangnya jasad renik (Sotedjo 2010 dalam
Nuri Kiptantiyawati, 2016).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cengkih tidak hanya dipengaruhi oleh


daya serap akar tanaman terhadap unsur hara dalam tanah, tetapi juga perlu pemberian
rangsangan hormon dari luar untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangannya. Rangsangan hormon dari luar dapat berupa zat pengatur tumbuh
seperti auksin. (Dwiwarni, 1989 dalam Nuri Kiptantiyawati, 2016) mengemukakan
bahwa tanaman cengkih yang diberikan perlakuan penambahan auksin dan sitokinin
dapat mempercepat perkembangan sel, sehingga daya serap akar terhadap unsur hara
meningkat dan menyebabkan pertambahan tinggi pada tanaman cengkih. Oleh
karena itu, pemberian auksin pada konsentrasi tertentu dapat dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman cengkih secara optimum.

http://www.flickriver.com

5) Perkebunan Tebu

Gula diproduksi di 121 negara dengan produksi dunia melebihi 120 juta ton per
tahun. Sekitar 70% gula dihasilkan dari tebu yang dibudidayakan di negara-negara tropis.
Produksi gula lainnya diperoleh dari bit gula, terutama di daerah beriklim sedang. Secara
historis, gula hanya dihasilkan dari tebu dan dalam jumlah yang relatif kecil. Hal ini
mengakibatkan gula menjadi barang mewah, terutama di Eropa karena tebu sulit
ditanam. Saat ini, beberapa negara mengimpor raw sugar (gula mentah) untuk
memproduksi gula kristal putih.

Tanaman tebu termasuk suku rumput-rumputan yang tumbuh bergerombol


membentuk rumpun. Akarnya berbentuk serabut. Batangnya bulat panjang dan berbuku-
buku. Tingginya dapat mencapai 6 meter. Warna batangnya beragam, ada yang hijau,
kuning, ungu, merah dan lain-lain. Permukaan batangnya kadang kadang berlilin. Pada
buku-buku batang terdapat mata akar dan tunas. Helaian daun berbentuk pita. Panjang
daun dapat mencapai panjang 1-2m dan lebar 48cm. Pada permukaan daun atas dan
bawah terdapat bulu-bulu yang panjang dan tajam. Bunganya tersusun dalam malai yang
tegak berwarna putih. Masa berbunga biasanya antara bulan Februari dan Juni (LIPI,
1978 dalam Dhiyaudzdzikrillah, 2011.).

Tebu merupakan tanaman sub-tropis dan tropis yang menyukai banyak sinar
matahari dan air yang melimpah (akar tidak tergenang) untuk pertumbuhan optimal.
Beberapa spesies yang dikembangkan yaitu Saccharum officinarum, S.spontaneum, S.
barberi, dan S. sinense. Tanaman komersial ini memiliki banyak kultivar yang dapat
dimanfaatkan oleh petani dalam usahataninya. Kemasakan tebu biasanya terjadi pada
umur 12 bulan. Rata-rata tebu yang masak memiliki kandungan gula 10% dari bobot
tebunya. Jika estimasi produktivitas tebu 100 ton per hektar, maka gula yang diperoleh
sebesar 10 ton per hektar. Beberapa faktor yang membedakan kandungan gula dari satu
kebun dengan kebun lainnya yaitu varietas tebu, perubahan musim, dan perbedaan
keadaan lokasi (SKIL, 1998 dalam Dhiyaudzdzikrillah, 2011).

Tebu (Saccharum officinarum) yang banyak dikembangkan oleh masyarakat


merupakan tanaman C4, yang menyimpan hasil produksinya dalam batang. Tebu
merupakan salah satu tanaman yang sangat efisien memproduksi karbohidrat melalui
fotosintesis dibandingkan tumbuhan lain. Fotosintesisnya melibatkan 2 kumpulan sel
yang ditunjukkan dengan adanya Kranz Anatomi, yaitu perpindahan struktur dalam
prosesnya, yang melibatkan sel-sel mesofil dan sel-sel seludang pembuluh. Tanaman C4
lebih efisien ketika proses reduksi CO2 dan tingkat fotorespirasinya rendah. Tanaman ini
cukup beradaptasi dengan iklim yang agak panas.

http://www.warnetgadis.com
6) Perkebunan Kelapa

Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia.
Hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di hampir seluruh wilayah Nusantara.
Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas
dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budi
daya setelah padi. Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha atau 26 persen dari 14,20
juta ha total area perkebunan. Sekitar 96,60 persen pertanaman kelapa dikelola oleh
petani dengan rata-rata pemilikan 1 ha/KK (Allorerung dan Mahmud 2003 dalam Rudi
Hartawan; dkk, 2016), dan sebagian besar dusahakan secara monokultur (97 persen),
kebun campuran atau sebagai tanaman pekarangan.
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran
sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman
kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan,
kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat
yang besar.
Alasan utama yang membuat kelapa menjadi komoditi komersial adalah karena
semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dari analisis
budidaya terlihat bahwa investasi yang besar dan dapat menguntungkan hanya dalam
waktu kurang dari enam tahun, belum termasuk keuntungan lain yang didapat selain
buah. Oleh karena itu, budidaya tanaman kelapa merupakan salah satu alternatif yang
sangat menguntungkan.
Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia sehingga, sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan
(tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya
dapat dipergunakan untuk kebutuhan manusia sehari-hari.
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi
sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembangkan antara lain Virgin Coconut
Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desilcated Coconut (DC), Coconut Milk/Cream
(CM/CC), Coconut Charcoal, Activated Carbon (AC), Brown Sugar (BS), Coconut
Fiber (CF), dan Cocon Wood (CW), yang diusahakan secara parsial maupun terpadu.
Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatannya 5-10
kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk kopra. Berangkat dari kenyataan
luasnya potensi pengembangan produk, kemajuan ekonomi perkelapaan di tingkat
makro (daya saing di pasar global) maupun mikro, (pendapatan petani, nilai tambah
dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya akan semakin menuntut dukungan
pengembangan industri kelapa secara kluster sebagai prasyarat (Allorerung et al. 2005
dalam Rudi Hartawan; dkk, 2016).
http://wisata-jalan-jalan.kampung-media.com

E. Penyakit pada Tanaman Perkebunan dan Penegendaliannya

1. Perkebunan Teh
a. Cacar daun (Exobasidium vexans Massee)
Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur E. vexans dapat
menurunkan produksi pucuk basah sampai 50 persen karena menyerang daun atau
ranting yang masih muda. Umumnya serangan terjadi pada pucuk peko,
daun pertama, kedua dan ketiga. Gejala awal terlihat bintik-bintik kecil tembus
cahaya, kemudian bercak melebar dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh
cincin berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan menonjol ke bawah.
Pusat bercak menjadi coklat tua akhirnya mati sehingga terjadi lobang.
Penyakit tersebar melalui spora yang terbawa angin, serangga atau
manusia. Perkembangan penyakitdipengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi,
angin, ketinggian lokasi kebun dan sifat tanaman.Banyaknya bulu daun pada peko
dapat mempertinggi ketahanan terhadap penyakit cacar.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengaturan naungan agar sinar
matahari dapat masuk ke kebun. Pemangkasan teh di musim kemarau agar
tanaman yang baru dipangkas dapat berkembang karena pada saat ini cacar teh
sulit berkembang. Pengaturan daur petik kurang dari 9 hari dapat mengurangi
sumber penularan baru karena pucuk terserang sudah terpetik. Untuk pencegahan,
sebaiknya ditanam klon teh yang tahan terhadap penyakit cacar daun.

b. Penyakit akar
Penyakit akar yang penting pada tanaman teh yaitu: (1) Penyakit akar
merah anggur (Ganodermapseudoferreum); (2) Penyakit akar merah bata (Proria
hypolateritia); (3) Penyakit akar hitam (Rosellinia arcuata  dan R. bunodes); (4)
Penyakit leher akar (Ustulina maxima); (5) Penyakit kanker belah (Armellaria
fuscipes).
Kelima penyakit ini menular melalui kontak akar sakit dengan akar sehat
atau melalui benang jamur yangmenjalar bebas dalam tanah atau pada sampah-
sampah di atas permukaan tanah (jamur kanker belah). Gejala pada tanaman
terserang adalah daun menguning, layu, gugur dan akhirnya tanaman mati. Untuk
mengetahui penyebabnya, harus melalui pemeriksaan akar. Batang tanaman teh
terbelah dari bagian bawah ke atas, kayu menjadi busuk kering dan lunak
sehingga mudah hancur (penyakit kanker belah). Unsur yang
mempengaruhi penyebaran penyakit adalah ketinggian tempat, jenis/kondisi tanah
dan jenis pohon pelindung.
Pengendalian dilakukan dengan penanaman pohon pelindung yang tahan,
membongkar tanaman teh yangterserang, menjaga kebersihan kebun dan
pemberian Trichoderma sp. 200 gram per pohon pada lobang bekas tanaman yang
dibongkar dan tanaman disekitarnya pada awal musim hujan, di ulang setiap 6
bulan sekali sampai tidak ditemukan gejala penyakit akar di daerah
tersebut. Tanaman teh disekitarnya diberi pupuk kandang atau pupuk organik.

c. Penyakit busuk daun (Cylindrocladium scoparium dan Glomerella cingulata)


Penyakit busuk daun disebabkan oleh C. Scoparium dan G. cingulata yang
menyerang tanaman teh dipesemaian, dapat mengakibatkan matinya setek teh.
Bibit terserang, timbul bercak-bercak coklat pada daun induknya, dimulai dari
bagian ujung atau dari ketiak daun.
Pada serangan lanjut, daun induk terlepas dari tangkai, akhirnya setek
mengering /mati. Serangan lain dimulai dari ujung tunas,kemudian meluas ke
bawah akhirnya seluruh tunas mengering. Penyebaran penyakit melalui konidia
yang dapat bertahan lama di dalam tanah.
Pencegahan penyakit dilakukan dengan mengatur kelembaban di
pesemaian dan membuat parit penyalur air untuk mencegah penggenangan
(drainase). Apabila ditemukan gejala, langsung dilakukan penyemprotan fungisida
kontak yang telah direkomendasikan.

d. Penyakit mati ujung (Die back)


Penyakit mati ujung disebabkan oleh jamur Pestalotia theae yang
menyerang tanaman terutama melalui luka atau bagian daun yang rusak. Gejala
pada daun dimulai bercak kecil berwarna coklat, kemudian melebar. Pusat
bercak keabu-abuan dengan tepinya berwarna coklat. Dapat menyerang ranting
yang masih hijau, dengan gejala sama seperti di daun. Serangan jamur dapat
menjalar sampai ke tunas sehingga ranting dan tunas mengering. Pemetik teh
mempunyai peranan dalam menyebarkan jamur. Penyakit ini akan timbul pada
tanaman yang lemah karena kekurangan unsur hara (N dan K), pemetikan
yang berat, kekeringan, angin kencang dan sinar matahari yangkuat.

Pengendalian dilakukan dengan pemeliharaan kondisi tanaman yang baik


yaitu pemupukan berimbang,membuang bagian tanaman yang terinfeksi dan
pengaturan naungan sehingga bidang petiknya tidak terkena sinar matahari
langsung. (Yana, 2014)

2. Perkebunan Kopi
a. Karat Daun Kopi

Penyebab timbulnya penyakit karat daun ini adalah Cendawan (Hemeleia


Vastatrix). Cendawan ini menyerang berbagai umur tanaman, terutama pada
tanaman yang terpelihara. Gejala yang ditimbulkannya yaitu pada sisi bawah daun
terdapat bercak berwarna kuning muda yang kemudian menjadi kuning tua.
Serangan lebih lanjut daun berwarna merah jingga, kemudian daun gugur
sehingga pohon dapat menjadi gundul. Adapun faktor yang mempengaruhi
perkembangan penyakit adalah keadaan yang gelap atau intensitas cahaya yang
lemah lebih cocok untuk pertumbuhan Uredospora.

Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menanam varietas tahan, misalnya


USDA 762, S. 795, KARTIKA I & II. Adapun secara kimiawi dapat
menggunakan fungisida bahan aktif tembaga atau insektisida sistemik kuratif
(misal bayleton) tetapi tidak boleh 2 kali per tahun. Dilakukan pula karantina.

b. Bercak Cokelat Daun


Penyebab penyakit bercak coklat daun ini adalah Cendawan dengan jenis
Cercospora Coffeicola. Gejala yang ditibulkannya diantaranya yaitu, pada daun
sebelum atas terdapat bercak cokelat dengan warna putih di pusatnya. Bercak
berbentuk lingkaran konsentris dengan batas yang tegas berwarna cokelat dan
merah-merahan. Jika serangan berat, bercak tersebut meluas dan menjadi satu
dengan bercak yang lain, buah yang terserang menjadi hitam dan gugur sebelum
waktunya, dan kulit buah keras sehingga sulit diolah.Faktor yang mempengaruhi
perkembangan penyakit bercak coklat daun adalah adanya kelembaban yang
tinggi dan persemaian yang gelap. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan
dengan fungisida bahan aktif tembaga, mengurangi kelembaban dengan cara
mengatur peneduh, dan daun yang sakit digunting dan dibakar.

c. Mati Pucuk
Penyebab penyakit mati pucuk adalah Cendawan dengan jenis Rhizoctonia Sp.
Gejala yang ditimbulkan pada tanaman muda yaitu, daun berwarna hijau
kekuning-kuningan dan tumbuh agak tegak keatas, besarnya daun tidak sama dan
gugur lebih cepat, sering terjadi kematian pada ujung cabang, pertumbuhan batang
terganggu, membengkok ke arah cabang yang lebih panjang, dan kulit tidak
bergabus. Sedangkan pada tanaman tua daun muda berwarna hijau kekuningan
dan tumbuh agak tegak keatas, sedang daun tua berwarna hijau kecokelatan
terutama diantara tulang daun, cabang dan ranting secara lambat mati mulai dari
pucuk, irisan memanjang batang terlihat ada pewarna pada irisan melintang
pewarna tampak seperti cincin.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah suhu yang agak
rendah dan curah hujan bulanan. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah
memotong dan membakar bagian tanaman yang sakit, bekas luka ditutup dengan
TB 192, disemprot dengan fungisida bahan aktif tembaga, membuat pohon kopi
berbatang 3 atau 4.

d. Jamur Upas

Penyebab penyakit ini adalah Upasia, Corticium, dan Pellicularia. Gejala


yaitu terjadi Infeksi yang terjadi dipercabangan dan ranting dengan beberapa
stadia yaitu, stadium rumah laba-laba : Jamur membentuk misilium yang tipis,
mengikat seperti sutera atau perak. Stadium bintil/bongkol : Jamur membentuk
gumpalan-gumpalan hifa. Stadium curticium : Jamur membentuk kerak warna
merah jambu, jika tua warnanya menjadi muda atau putih. Stadium necator : Jika
jamur berkembang terus akan membentuk peknidium berwarna merah, dan
biasanya terdapat pada sisi yang lebih kering.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah kebun yang


lembab dan banyak hujan. Pengendalian bisa dilakukan dengan mengurangi
kelembaban kebun, membersihkan sumber infeksi, batang dan cabang terserang
dipotong dan dibakar, bekas potongan dioles dengan calixin RM. (Devi Putri,
2015)

3. Perkebunan Coklat

a. Penyakit Busuk Buah Kakao


Penyakit busuk buah kakao adalah salah satu penyakit penting yang sering
menyerang tanaman kakao. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan
Phythoptora palmivora pada buah. Cendawan Phythoptora palmivora sebenarnya
juga dapat menginfeksi pada bagian tanaman kakao lainnya seperti batang, daun,
tunas, bahkan bunga. Kendatipun demikian, dampak negatif serangan pada bagian
tanaman lainnya tersebut tidak sebesar jika cendawan ini menginfeksi buah.

Penyakit busuk buahkakao sering menyerang tanaman yang memiliki sistem


kekebalan yang rentan serta ditunjang oleh keberadaan kebun yang lembab dan
gelap. Gejala serangan penyakit busuk buah adalah timbulnya bercak-bercak
hitam pada bagian kulit luar buah. Bercak-bercak hitam tersebut akan meluas
hingga menutupi semua bagian kulit buah jika tidak segera dikendalikan.

Penyakit ini dapat menyerang semua fase pertumbuhan buah, mulai dari buah
pentil hingga buah dalam fase kemasakan. Buah yang terserang penyakit busuk
buah akan tampak hitam arang dan jika disentuh akan terasa basah membusuk.
Penyakit ini dapat menyebar dari satu buah yang terinfeksi ke buah lainnya
melalui beberapa media seperti sentuhan langsung antarbuah, percikan air, dibawa
oleh hewan (semut atau tupai), bahkan oleh tiupan angin. Penyebaran busuk buah
akan semakin cepat jika kondisi kebun terlalu lembab karena
cendawan Phythoptora palmivoradapat tumbuh subur pada daerah yang lembab.
Penyakit busuk buah kakao  dapat dicegah agar tidak menyerang tanaman
kakao dikebun melalui penggunaan klon tahan busuk buah seperti DRC 16, SCA
6, SCA 12, ISC 6, dan hibridanya, pemupukan yang berimbang, sanitasi kebun
yang dilakukan secara berkala, pemangkasan pohon penaung, pemangkasan pohon
kakao, dan panen sesering mungkin. Sedangkan jika  penyakit busuk buah sudah
menyerang, tindakan pengendalian yag dapat dilakukan antara lain dengan
pemangkasan untuk meminimalisasi kelembaban kebun, sanitasi dan pemusnahan
buah yang terserang, dan penggunaan fungisida tembaga kontak seperti Nordox,
Cupravit, dan Copper Sandoz dengan interval 2 minggu sekali.

b. Penyakit Kanker Batang Tanaman Kakao


Penyakit kanker batang adalah salah satu penyakit penting bagi tanaman kakao
yang disebabkan oleh infeksi cendawan Phythotora palmivora pada batang dan
cabang tanaman kakao. Cendawan Phytoptora palmivora yang juga penyebab
penyakit busuk buah tanaman kakao ini sering menyerang kebun kakao yang
lembab dan gelap.
Penyakit kanker batang tanaman kakao dapat dikenali melalui gejala-gejala
yang ditimbulkan pada batang yang terserang. Batang tanaman kakao yang
terserang penyakit kanker batangmemiliki bercak-cercak hitam. Bercak hitam
tersebut nampak seperti basah dan membusuk. Jika tidak dikendalikan, bercak
hitam akan terus meluas dan mengakibatkan terhambatnya transportasi hara dan
fotosintat di dalam tanaman. Bercak hitam membusuk ditandai dengan adanya
cairan merah berkarat dengan kulit kayu disekitar bagian yang membusuk
berwarna coklat kemerah-merahan.

Penyakit kanker batang kakao dapat menyebar melalui beberapa media seperti


sentuhan langsung dengan buah yang terserang busuk buah, percikan air,
disebarkan oleh hewan (semut atau tupai), bahkan oleh tiupan angin. Penyebaran
kanker batang berbanding lurus dengan penyebaran  Penyakit busuk buah dan
akan semakin cepat jika musim hujan dan atau jika kondisi kebun terlalu lembab.
Untuk membatasi penyebaran, kondisi kelembaban kebun harus tetap dijaga agaar
tidak terlalu lembab dan gelap.
Penyakit kanker batang kakao dapat dikendalikan dengan mengupas kulit
batang yang terserang dan membusuk hingga batas yang sehat, kemudian
membalurkan air perasan kunyit pada bagian yang telah dikupas tersebut. Air
perasan kunyit juga dapat disubstitusi dengan fungisida tembaga kontak seperti
Nordox, Cupravit, dan Copper Sandoz. Jika serangan kanker batang sudah sangat
akut, tanaman harus dibongkar dan bagian yang terserang harus dimusnahkan
dengan cara ditimbun atau dibakar.

c. Penyakit Vsd (Vaskular Streak Dieback)


Penyakit VSD (Vaskular Streak Dieback) adalah salah satu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi cendawan Oncobasidium theobromae pada tanaman
kakao. Penyakit ini dapat menyerang pada semua fase pertumbuhan tanaman
kakao, mulai dari fase pembibitan hingga fase tanaman berproduksi. Serangan
umumnya dimulai dari bagian pucuk pada ranting tanaman.
Penyakit vaskular streak dieback dapat dikenali dari gejala-gejala yang
ditimbukannya pada tanaman kakao yang terserang. Gejala tersebut antara lain
1) Daun kakao menguning dengan bercak-bercak berwarna hijau muda,
2) Terdapatnya 3 noktah hitam pada bekas duduk daun bagian dalam dan
jaringan kayu yang dipotong,
3) Jika dibelah, noktah hitam tersebut terlihat lebih jelas dalam bentuk garis-garis
hitam,
4) Pada serangan akut yang tanpa pengendalian, tanaman akan menjadi gundul
karena kerontokan daun yang terus terjadi.
Penyakit vaskular streak dieback  jika tidak dikendalikan dengan serius dapat
mengakibatkan penurunan produktivitas kebun bahkan dapat hingga
mengakibatkan kematian tanaman. Hal ini terjadi karena rontoknya daun yang
disebabkan oleh VSD mengakibatkan proses fotosintesis tanaman menjadi
terhambat.
Penggunaan bibit yang bebas VSD dan bibit dari klon tahan seperti DRC 15
dan ISC 13 sangat penting untuk mencegah serangan penyakit VSD di kebun. Jika
gejala serangan penyakit vaskular streak dieback sudah muncul di kebun, teknik
pengendalian yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampaknya adalah
dengan memotong bagian ranting yang di kayunya terdapt 3 noktah hitam.
Pemotongan dilakukan hingga 3 noktah hitam pada bagian kayu yang terpotong
tidak tampak lagi dan jika perlu pemotongan dilakukan pada jarak 30 cm dari
bagian tersebut. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan meminimalisasi
kelembaban kebun melalui pemangkasan, menguatkan sistem kekebalan tanaman
melalui pemupukan berimbang, serta sanitasi kebun.
  Pengenalan gejala serangan pada tanaman, organisme penyebab, siklus hidup,
dan teknik pengendalian yang tepat dari beberapa serangan organisme
pengganggu tersebut adalah penting demi tercapainya tujuan dunia perkakaoan
tanah air. Yang perlu diingat adalah bahwa berbagai hama dan penyakit yang akan
dibahas sebetulnya dapat dikendalikan melalui pemangkasan yang tepat waktu,
tepat jenis, tepat cara, dan tepat sasaran. (Redaksi, 2017)

4. Perkebunan Cengkeh

a. Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC)


Penyakit BPKC merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman
cengkeh karena dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 10-15%.
Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas syzygii. Penularan penyakit BPKC dari
pohon sakit ke pohon sehat melalui vektor berupa serangga Hindola fulfa (di
Sumatera) dan H. striata (di Jawa). Pola penyebaran penyakit ini umumnya
mengikuti arah angin. Penularan penyakit ini dapat pula melalui alat-alat pertanian
seperti golok, gergaji, sabit yang digunakan untuk memotong pohon sakit.
Tanaman cengkeh yang terserang penyakit BPKC daunnya gugur secara
mendadak kemudian ranting-ranting pada pucuk mati. Kadang-kadang
percabangan atau seluruh tanaman layu mendadak dan mengakibatkan daun
menjadi kering. Gugurnya daun dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Kematian tanaman cengkeh akibat penyakit ini dapat berlangsung
cepat yaitu antara 3-12 bulan atau lambat yaitu antara 1-6 tahun. Umumnya pohon
dewasa yang terlebih dahulu terserang.
Apabila gejala serangan penyakit BPKC ditandai dengan gugurnya daun di
bagian pucuk pohon, maka pangkal batang atau akar segera diinfus dengan
antibiotika oksitetrasiklin (OTC) sebanyak 6 gr/100 ml air. Jarum infus yang
digunakan berdiameter 1 mm. Penginfusan dilakukan setiap 3-4 bulan sekali.
Pengendalian dapat dipadukan dengan melakukan penyemprotan insektisida
dengan sasaran serangga vector penular penyakit BPKC menggunakan insektisida
Matador 25 EC, Akodan 35 EC, Curacron 500 EC dan Dads 2,5 EC dengan
interval 6 minggu sekali sampai serangga vektor tidak ada lagi. Pohonpohon yang
terserang berat sebaiknya ditebang dan dibakar.

b. Penyakit Cacar Daun Cengkeh (CDC)


Penyakit ini terdapat hampir di semua sentra produksi cengkeh di Indonesia.
Penyakit CDC dikategorikan sebagai penyakit utama di samping penyakit BPKC.
Penyakit CDC dapat menyerang tanaman cengkeh mulai dari pembibitan sampai
tanaman produksi. Berikut ini beberapa jenis penyakit yang sering menyerang
tanaman cengkeh dewasa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phyllostica syzygii.
Cara penularan penyakit CDC adalah melalui angin dan air hujan atau melalui
bibit.
Gejala serangannya dapat dilihat pada permukaan atas daun timbul bercak-
bercak yang menggelembung seperti cacar. Gejala tersebut akan lebih jelas
terlihat pada daun yang masih muda. Pada bercak-bercak tersebut kadang-kadang
terdapat bintil-bintil hitam kecil. Selain pada daun, gejala penyakit gugur akibat
serangan CDC kadang-kadang terlihat juga pada buah. Daun-daun yang terkena
penyakit CDC secara bertahap akan gugur.
Pengendalian penyakit CDC dilakukan secara kimiawi melalui penyemprotan
fungisida dengan interval 7-10 hari sekali, sedangkan untuk pencegahan dapat
dilakukan 10-14 hen sekali. Beberapa jenis fungisida yang dapat digunakan antara
lain Delsen MX- 200 0,2%, Maneb Brestan 0,3%, Difolatan 0,2% dll. Di samping
penyemprotan fungisida, sanitasi kebun perlu mendapat perhatian. Daun, ranting,
dan biji dari tanaman sakit yang jatuh ke tanah sebaiknya dikumpulkan dan
dibakar. Pohon-pohon yang terserang berat sebaiknya ditebang dan dibakar.

c. Embun Jelaga
Penyebab penyakit ini adalah jamur Capnodium sp. dan Limacinula
samoensis. Jamur tersebut hidup pada kotoran serangga Coccus viridis Green
(kutu daun) yang menempel pada daun. Serangga dapat disebarkan oleh semut
dari daun satu ke daun yang lain.
Gejala serangan dapa dilihat pada permukaan daun tampak lapisan berwarna
abu-abu kehitaman. Pada serangan berat, lapisan hitam akan menutup permukaan
daun, tangkai daun dan ranting. Akibat serangan penyakit ini tanaman menjadi
sulit berfotosintesis.
Lapisan hitam pada permukaan daun dapat dihilangkan dengan penyemprotan
larutan kapur sirih 1-2%. Untuk mengendalikan kutu daun dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida. (Nuri Kiptantiyawati, 2016)

5. Perkebunan Tebu
a. Penyakit mosaik
Penyebab adalah virus mosaik. Tanda-tanda penyakit ini yaitu pada daun
terdapat gambaran mosaic berupa garis-garis dan noda-noda berwarna hijau muda
sampai kuning. Cara pencegahan yang dilakukan selama ini adalah dengan
menggunakan bibit terseleksi yang berasal dari tanaman sehat dan varietas tebu
yang tahan terhadap penyakit mosaic seperti Ps 56, F 154, F 156, atau M 442-51.

b. Penyakit pembuluh
Penyebab adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xvli. Tanaman yang terserang
menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna terutama tanaman
keprasan tampak kerdil. Gejala yang khas yaitu terlihat warna jingga kemerah-
merahan pada berkas-berkas pembuluh batang tebu menjelang masaknya tebu.
Cara pencegahan penyakit ini antara lain dengan melakukan desinfeksi alat
pemotong tebu dengan lisol 20%, penanaman dengan menggunakan bibit sehat
yang diperoleh dengan perawatan air panas terhadap bibit tebu pada suhu 50°C
selama 2-3 jam.

c. Penyakit luka api (smut)


Penyebabnya adalah Ustilago scitamiea Syd. Gejala penyakit ini timbulnya
cambuk hitam pada pucuk tebu. Pencegahannya dengan menanamkan bibit yang
sehat dan varietas yang resisten, bibit didesinfeksi dengan 0,5 gr b.a/tridiamefon.

d. Penyakit blendok
Tanda-tanda serangan penyakit yang disebabkan oleh sejenis bakteri ini yaitu
apabila batang dibelah tampak pembuluh-pembuluh berwarna kuning tua sampai
merah tua. Usaha pencegahannya dengan desinfeksi pisau pemotong menggunakan
lisol.

e. Penyakit pokahbung
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di musim
hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat memutih
(chlorosis). Pada serangan yang parah, pucuk tanaman menjadi busuk, pembuluh
tanaman menjadi busuk, pembuluh tanaman menjadi tidak normal bentuknya
(bengkok dan luka). Pemberantasan untuk tanaman yang telah terserang dengan
cara disemprot bubur Bordo 1% seminggu sekali. (Gery Juliansyah, 2014)

6. Perkebunan Kelapa
a. Penyakit Menyerang Tanaman Muda
1) Penyakit busuk tunas (Bud rot)
Penyebabnya adalalah cendawan Phytophthora palmivora Buttler.
Gejala: (1) mengeringnya daun-daun muda di tengah-tengah tajuk; (2) daun
berwarna coklat dan patah pada pangkalnya; (3) pangkal membusuk, yang
kemudian dapat mencapai titik tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman
terhenti dan mati; Pengendalian: belum diketahui cara penanggulangan yang
tepat dan efektif.

2)  Penyakit sarang laba-laba (Leaf blotch)


Penyebabnya adalah cendawan Corticium penicillatum.
Gejala: (1) adanya becak-becak kecil basah, umumnya pada permukaan bawah
daun bibit kelapa, berbentuk bulat, berdiameter kurang dari 3 mm dan
berwarna coklat muda (2) bercak-becak meluas dengan cepat, dan warnanya
berubah menjadi cokalt tua. Beberapa becak bersatu dan terjadi nekrosis besar
memanjang tidak beraturan. Cara pencegahan: (1) semprotlah bibit atau
tanaman muda dengan fungisida seperti Benlate, Dithane M-45, atau lainnya;
(2) daun yang terserang sebaiknya dipotong dan dibakar; (3) hindarilah
terjadinya kelembaban yang terlalu tinggi.

b. Penyakit Menyerang Tanaman yang Menghasilkan


1) Penyakit pucuk busuk (Bud rot)
Penyebab: cendawan Phythopthora palmivora, Erwinia sp., Bacillus
sp., gangguan fisiologis dan akibat sembaran petir. Gejala: (1) pucuk atau
tunas bakal daun mengalami pembusukan sebelum sempat tumbuh keluar.
Pembusukan akan menjalar kebagian lainnya. Bila pangkal pelepah terkena,
tanaman layu dan lambat laun mati; (2) pada tanaman tua, mahkota kelihatan
menguning dan lambat laun berguguran mulai dari ujung. Buah-buah yang
masih muda kemudian rontok. Pada kerusakan yang berat, mahkota daun
gugur seluruhnya. Pengendalian: (1) bila nampak gejala ini, berilah bordo
pasta 1% pada bagian yang diperkirakan terserang penyakit ini, sebelumnya
telah dibersihkan terlebih dulu; (2) semprotkan bubur Bordo 1% atau fungisida
lainnya seperti Koper oxyclorida, Dithane M-45 dan alin-lain untuk mencegah
penularan.
2) Penyakit layu Natuna
Penyebab: Thielaviopsis sp., Botrydiplodia sp., Fusarium sp.,
Chlaropsis sp., bakteri Erwinia sp., dan Pseudomonas sp. Gejala: (1) layu
yang muncul secara tiba-tiba pada seluruh bagian daun mahkota. Kemudian
warna berubah menjadi kusam, pelepah-pelepah bergantungan dan akhirnya
berguguran berikut tandan buahnya; (2) proses kematian sangat cepat 1-3
bualan sejak gejala awal mulai muncul. Pengendalaian: (1) penataan air tanah
dengan membuat saluran-saluran drainase; (2) pengoalah tanah yang abik,
berupa pemeliharaan, pemupukan dan pola tanam yang tepat; (3) karantina
tanaman agar tidak terjadi lalu lintas gelap yang dapat mengakibatkan
penyebaran penyakit dari satu daerah ke daerah lain; (4) menanam bibit yang
sehat, subur dan kuat. Membongkar dan membinasakan tanaman yang
terserang penyakit.

3) Penyakit gejala layu kuning


Penyebab: (1) faktor lingkungan yang jelek misalnya aera, genangan
air dan kekeringan; (2) faktor kultur teknis, misalnya cara pengolahan tanah
yang tidak menurut aturan, penggunaan pestisida yang tidak tepat, pemupukan
yangkurang dan tidak teratur; (3) keadaan vegetasi, misalnya kebun banyak
gulma dan kotor; (4) Faktor hama/penyakit yang berkembang biak tanpa
terkontrol; (5) faktor fisiologis, misalnya gangguan pada akar akibat kondisi
tanah yang kurang cocok, sehingga metabolisme tanaman terganggu. Gejala:
(1) seluruh atau sebagian daun berwarna kuning terutama bila terkena sinar
matahari; (2) tanaman tumbuh kerdil, makin ke pucuk ukuran pelepah dan
daun makin kecil; (3) sebagian pelepah bagian atas kurus dan menekuk pada
ujungnya dan sebagian pelepah bagian bawah menggantung dan kering; (4)
bunga dan bakal buah jarang sekali. Buah muda berguguran dan sedikit sekali
yang sanggup menjadi tua. Ukuran buah kecil dan bersegi-segi tidak teratur;
(5) ukuran mayang yang tumbuh setelah pohon sakit lebih pendek dan kecil,
merekah serta terbuka tidak sempurna. Adakalanya mayang yang masih
terbungkus; (6) membusuk menyerupai serangan penyakit busuk.
Pengendalian: dilaksanakan melalui perbaikan sanitasi, kultur teknis dan
tindakan lain.

4) Penyakit bercak daun


Penyebab: cendawan Pestalotia sp., Gloeosporium sp.,
Helminthosphorium sp., Fusarium sp., Thielaviopsis sp., Curvularia sp., dan
Botrydiplodia sp. Penyebaran penyakit ini melalui penyebaran spora melalui
udara, air ataupun serangga. Gejala: (1) pada daun muda dan tua terdapat
becak-becak dalam berbagai bentuk dan rupa; (2) pada berbagai bagian daun
terjadi perubahan warna, mula-mula berupa bintik-bintik kuning, kemudian
hijau yang berangsur hilang; (3) bintik-bintik meninggalkan bekas terang
berupa warna tertentu seperti hitam, abu-abu dan coklat. Bagian tersebut
kemudian kering karena jaringan mati; (4) bentuk pinggiran becak-becak tidak
teratur, ada yang berupa lingkaran, oval, lonjong atau belah ketupat; (5) pada
serangan berat seluruh mahkota dan daun kelihatan kering, daun-daun dalam
keadaan mennutup. Pada tanaman yang telah berbuah, akibat tidak langsung
buah-buah muda atau putik gugur sebelum waktunya. Pengendalian: (1)
memotong bagian daun yang terserang, kemudian dibakar sampai habis; (2)
tanaman disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45, Difotan 4F,
Koper Oxychlorida atau Cobox 50, dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.

5) Penyakit rontok buah (Immature Nut Fall)


Penyebab: cendawan Phythophthora palmivora. Gejala: (1) buah
rontok; (2) pada bagian pangkal buah terdapat bagian yang busuk. Atau sebagi
akibat cendawan Thielaviopsis paradoxa. Pengendalian: (1) pemupukan yang
teratur dan pemberian air pada musim kemarau; (2) menyemprot tanaman
yang terserang dengan fungisida yang mengandung Cu, misalnya bubur Bordo
atau Koper Oxyclorida.

6) Penyakit karat batang


Penyebab: cendawan Ceratostomella paradoxa. Gejala: (1) batang
menjadi rusak dan dari celah-celah batang yang berwarna karat akan keluar
cairan, dimana jaringan pada bagian ini telah rusak; (2) terjadi gangguan
fisiologis yang mempengaruhi pertumbuhannya. Pengendalian: menyayat atau
mengerok bagian yang rusak, tutup dengan penutup luka.

7) Penyakit busuk akar


Penyebab: cendawan Ganoderma lucidum. Gejala: pembusukan akar
akibat permukaan air tanah yang dangkal, drainase jelek dan tata udara yang
buruk. Pengendalian: perbaikan sifat-sifat fisik tanah dan pembuatan saluran-
saluran drainase. Pohon yang terserang penyakit dibongkar dan dibakar pada
tempat yang terpisah.

8) Penyakit akar
Penyebab: cendawan parasit yang kadang-kadang diperburuk pula
dengan adanya gangguan nematoda parasit. Gejala: (1) adanya perubahan
warna daun secara berangsur-angsur. Warna kuning pucat pada daun terbawah
berangsur-angsur hilang ke bagian daun yang lebih muda; (2) ujung-ujung
daun mengkerut dan banyak yang kering. Gejala ini seperti gejala defisiensi
unsur hara, karena terjadinya gangguan transportasi dalam jaringan tanaman.
Pengendalian: dengan cara kultur teknis dan sanitasi seperti yang dilakukan
pada penyakit layu natuna. (Stepanus Naro, 2014)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tanaman perkebunan adalah tanaman semusim dan/atau tanaman tahunan yang


karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman
perkebunan.  Tanaman perkebunan dikelompokkan jadi 2 tanaman semusim dan
tanaman tahunan.

Ada banyak jenis tanaman perkebunan. Contoh kecilnya yaitu tanaman teh,
tanaman kopi, tanaman coklat, tanaman cengkeh, tanaman tebu, tanaman kelapa, dan
lain sebagainya.

Tanaman tak pernah terhindarkan dari yang namanya hama dan penyakit yang
menyerang dan mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Contoh penyakit pada
tanaman perkebunan salah satunya yaitu embun jelaga. Gejala yang tampak pada
penyakit embun jelaga adalah daun yang menghitam, dan masih banyak penyakit lain
yang menyerang tanaman perkebunan.

Pengendalian pada penyakit yang mempengaruhi tanaman perkebunan


diantaranya yaitu menanam tanaman unggul, yang baik pertahanannya terhadap
pathogen. Bisa juga dilakukan secara kimiawi seperti pemberian pupuk disekitar
tanaman.

B. Saran

Sebaiknya bagian tanaman yang terkontaminasi oleh penyakit segera dipisahkan dan
dibakar. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi proses pertumbuhan tumbuhan yang
lain. Selain itu penyakit disebabkan oleh virus, jamur, dan mikroba lain, yang prinsip
kerjanya sistematik.

Penanaman tanaman unggul sangat disarankan agar tanaman tidak mudah terkena
penyakit, dan penyesuaian tempat tanampun harus diketahui lebih dahulu.
Daftar Pustaka

Ayu, Lintang; Didik Indradewa;dkk.2010.Pertumbuhan, Hasil dan kualitas pucuk teh


(camellia sinensis L. kuntze) di Berbagai Tinggi Tempat.Yogyakarta; Universitas
Gadjah Mada
Dhiyaudzdzikrillah.2011.Pengelolaan Tanaman Tebu (Succharum officiarum L.) Lahan
Kering di PT Gula Putih Mataram, Lampung Dengan Aspek Khusus Tebang, Muat,
dan Angkat.Bogor; Institut Pertanian Bogor
Hartawan, Rudi; Arif Sarjono.2016.Karakteristik Fisik dan Produksi Kelapa Dalam (Cocos
nucifera L.) di Berbagai Ekologi Lahan.Jurnal Media Pertanian. Vol. 1 No. 2 (45-
54)
Herwindo.2012.Definisi (arti) Perkebunan.http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id.Diakses
pada 16 maret 2019
Juliansyah, Gery.2014.Hama Penyakit Tebu. http://geryagronomi.com.Diakses pada 17 Maret
2019
Kiptantiyawati, Nuri.2016.Pertumbuhan Tanaman Cengkih (Syzygium aromaticum (L.)
Merrang Perr) Belum Menhasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk Organik dan
Konsentrasi Hydrasil.Bogor; Institut Pertanian Bogor
Mertode, Nyoman; Zainuddin Basri.2011.Pengaruh Diameter Pangkal Tangkai Daun Pada
Entres Terhadap Pertumbuhan Tunas Kako.Media Litbang Sulteng. IV(1): 01-07
Naro, Stepanus.2014.Hama dan Penyakit Utama Pada Tanaman Kelapa dan
Pengendaliannya.http://nharoekabel.blogspot.com.Diakses pada 17 Maret 2019
Putri, Devi.2015.Penyakit Tanaman Kopi. http://aneka-tanaman-perkebunan.com/. Diakses
pada 17 Maret 2019
Redaksi.2017.Mengenal Hama dan Penyakit Pada Tanaman Kakao.
http://gampongcotbaroh.desa.id. Diakses pada 17 Maret 2019
Siantul, Vinsensia Febrina; Ade Wachjar.2016.Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kopi
Arabika (ceffea arabica L.) di Kebun Bowan, Bondowoso, Jawa
Timur.Bul.Agrohorti.4(3) : 266-275
Sudirman, Iin Mutmainna.2012.Pengenalan Penyakit Pada Tanaman Perkebunan.
http://iinmutmainna.com. Diakses pada 15 Maret 2019
Tohir, Muhammad Shohib.2010.Aisyah Al-Qur’an dan Terjemah untuk wanita.Bandung;
Jabal Qur’an
Yana.2014.Mengenal Hama dan Penyakit Pada Tanaman Teh. https://budidayatanaman-
perkebunan.com. Diakses pada 17 Maret 2019
Yusuf, Muhammad.2018.Muresum Budidaya Tanaman Kopi.Kalimantan; Universitas Borneo
Tarakan

Anda mungkin juga menyukai