Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KETERAMPILAN KHUSUS HAMA PENYAKIT


TANAMAN

DIAGNOSIS PENYAKIT TANAMAN

KELOMPOK 5
JAKA PEHAGANTA SEMBIRING CAA 118 005
NITA WAHYUNI CAA 118 013
PUJI ANDRIYANI CAA 118 023
IMAWATI HASUGIAN CAA 118 057
SUSI PRANSISKA PINAYUNGAN CAA 118 025

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang membahas
tentang ‘Diagnosis Penyakit Tanaman’ ini dengan lancar dan selesai tepat pada
waktunya.
Kami berharap dengan adanya laporan yang kami susun ini, dapat membantu
pembaca untuk mengembangkan potensi dan memahami materi yang ada. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporann ini.
Kami mohonn maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan
maupun banyak kesalahan dalam penulisannya, kami memohon kritik dan saran
dari para pembaca, akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, Mei 2021

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum...................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1..Penyakit Busuk Lunak Tanaman Kembang Kol....................... 2
2.2. Penyakit Virus Gemini Tanaman Timun .................................. 3
2.3. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman............................................4
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................... 6
3.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 6
3.3 Metode Praktek .......................................................................... 6
3.4 Prosedur Pelaksanaan ................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................... 10
4.2 Pembahasan .............................................................................. 10
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 15
5.2 Saran........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ
tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.Secara
singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab
penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik
atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau
infeksius, misalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi
parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non
infeksius (Catur, 2016).
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang
sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor
lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya (Catur, 2016).
Bunga kol merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan
bunga putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Bunga Kol berasal dari
bahasa Belanda Bloemkool yang berarti "tunas". Bunga Kol tergolong ke dalam
keluarga kubis-kubisan dan termasuk sayuran yang tidak tahan terhadap udara
panas (Sastrosiswojo, 2016).
Tanaman mentimun (Cucumis Sativus) termasuk dalam tanaman merambat
yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga Cucurbitaceae.
Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sangat potensial
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat
pada tahun-tahun mendatang (Kumalasari, 2015).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum lapangan dengan materi Identifikasi Penyakit
Tanaman, yaitu untuk mengetahui penyakit apa yang menyerang tanaman di
lapangan engan melihat gejala dan tanda yang ditunjukkan oleh tanaman tertentu.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kembang Kol (Brassica oleracea var. botrytis L)

Gambar 1. Kembang Kol (Brassica oleracea var. botrytis L)


Taksonomi tanaman kembang kol secara umum diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Familia : Cruciferae
Genus : Brassica
Species : brassica oleracea var. botrytis L.
Kembang kol merupakan sumber vitamin dan mineral dan lazimnya dimakan
dengan dimasak terlebih dahulu, meskipun dapat pula dimakan mentah maupun
dijadikan acar. Walaupun sayuran cantik ini memiliki banyak khasiat bila
dikonsumsi, dianjurkan agar tidak berlebihan mengkonsumsinya, karena kembang
kol mengandung zat anti gizi (goetoregen), yaitu zat pembangkit kembung.
Kembang kol juga merupakan sumber penting protein (1,2 g), karbohidrat (4,97
g), tiamin (0,057 mg), riboflavin (0,063 mg), niasin (0,53 mg), magnesium (15
mg), kalsium (22 mg), zat besi (0,42 mg), zink (0,27 mg), vitamin B6, asam folat
(57 mcg), asam pantotenat (0,667 mg), dan kalium (299 mg). Sayur ini
mengandung sedikit lemak jenuh, dan sangat sedikit kolesterol (Damanik. 2017).
2.2. Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus)

Gambar 2. Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus)


Taksonomi tanaman mentimun secara umum diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) berasal dari bagian utara India,
tepatnya di lereng gunung Himalaya yang kemudian masuk ke wilayah
mediterania, yaitu Cina. Pada tahun 1882, De Condolle memasukkan tanaman
memasukan tanaman ini ke dalam daftar tanaman ash India. Mentimun termasuk
famili Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang disukai oleh semua lapisan masyarakat, karena buahnya dapat
dimamfaatkan untuk menambah cita rasa makanan (Purba, 2017).
2.3. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman

Gambar 1. Segitiga penyakit tumbuhan


(Sumber : www.google.com)
Segitiga penyakit merupakan penyebab penyakit tanaman yang dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu tumbuhan, penyakit, dan lingkungan yang saling terikat dan
saling mempengaruhi. Jika salah satu faktor tersebut tidak tersedia maka penyakit
pada tanaman tidak akan ada. Agar penyakit tanaman terjadi faktor-faktor seperti
inang yang rentan, pathogen dan juga faktor lingkungan harus benar-benar
memeenuhi criteria yang dibutuhkan oleh pathogen yang menyerang inangnya,
inang yang rentan terhadap penyakit sangat dibutuhkan oleh phatogen agar
patoghen mudah untuk menimbulkan penyakit (Catur, 2016).

Gambar 2. Segiempat penyakit tumbuhan


(Sumber :www.google.com)
Konsep timbulnya suatu penyakit semakin berkembang yang dimana manusia
juga ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit pada tumbuhan dikarenakan
dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang serta kondisi
lingkungan yang disebut segiempat penyakit. Pada segiempat penyakit terdiri dari
beberapa faktor antara lain seperti inang, patogen, lingkungan, dan manusia.
Manusia dapat menyebabkan munculnya penyakit pada tanaman karena mampu
mempengaruhi proses perkembagan dan kerentanan tanaman sehingga tanaman
menjadi lebih mudah di serang oleh pathogen dan mudah terkena penyakit (Catur,
2016).

Gambar 3. Limas penyakit Tumbuhan


(Sumber: http://paiyukwe.ac.id)
Pada konsep limas penyakit munculnya suatu penyakit pada tanaman didasari
pada faktor antara lain inang, patogen, lingkungan, manusia, dan waktu tertentu
penyakit akan muncul. Apabila patogen aktif menyerang tanaman dengan kondisi
lingkungan yang mendukung dan campur tangan manusia maka inang akan
menjadi rentan terhadap patogen yang mengakibatkan penyakit tanaman akan
timbul dalam jangka waktu tertentu (Catur, 2016).
BAB III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktek Keterampilan Khusus Hama Penyakit Tanaman dengan materi
Diagnosis Penyakit Tanaman di laksanakan pada Sabtu, 24 April 2021, bertempat
di kebun petani Kalampangan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pasa kegiatan Praktek Keterampilan Khusus Hama
Penyakit Tanaman dengan materi Diagnosis Penyakit Tanaman antara lain, alat
tulis, Hp, pisau kecil, plastic koran. Bahan yang diguanakan adalah tanaman
kembang kol (Brassica oleracea var. botrytis L) dan tanaman mentimun
(Cucumis Sativus).

3.3. Metode Praktek


Metode yang dilakuakn pada praktek Keterampilan Khusus Hama Penyakit
Tanaman dengan materi Diagnosis Penyakit Tanaman, yaitu dengan menentukan
lokasi atau lahan perkebunan tanaman kembang kol dan juga mentimun, lalu
membuat sebuah daftar pertanyaan yang akan di ajukan kepada petani, dan
melakukan pengamatan pada tanaman kembang kol dan mentimun yang terinfeksi
penyakit di lapangan, mencatat dan membandingkan dengan gejala yang ada
diinternet, serta mengambil sampel atau specimen atau bagian tanaman yang
terinfeksi.

3.4. Prosedur Pelaksanaan


Prosedur yang dilakukan pada prektek Keterampilan Khusus Hama Penyakit
Tanaman dengan materi Diagnosis Penyakit Tanaman, antara lain :
1. Menentukan lahan pertanian yang akan diamati
2. Mengamati setiap tanaman yang ada pada lahan pertanian tersebut
3. Mengambil sampel dari tanaman yang diduga terserang penyakit
4. Pengambilan specimen dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang
terinfeksi dengan menggunakan pisau kecil yang telah disediakan dan
meletakan specimen pada plastik.
5. Kuisioner Petani 1 :
Narasumber
a) Nama : Jarkasi
b) Umur : 60 tahun
c) Pendidikan Terakhir : SMP
d) Pekerjaan : Tani
e) Status Kepemilikaan Lahan : Pribadi
f) Luas Lahan : 1,75 ha
g) Lahan yang Ditanami : 1 ha
h) Jenis Komoditi : Mentimun dan Kembang Kol
i) Berapa tahun bapak sudah berkecimpung di dunia pertanian : 40 tahun
Budi Daya
1. Varietas yang digunakan untuk komoditi tersebut : Mentimun (Pluto),
Kembang kol (Mona)
2. Asal Bibit :
[√ ] membeli dari kios petani
3. Umur komoditi yang dibudidayakan : Mentimun (45 hst), Kembang kol (45 hst)
4. Jarak tanam yang digunakan : Mentimun (40x50cm), Kembang Kol (50x60cm)
5. Apakah melakukan pengolahan tanah : [√ ] ya, jelaskan : di karenakan tingkat
pertumbuhan gulma di lahan pertanian tersebut sangat tinggi, jadi dibutuhkan
pengolahan tanah yang maksimal, untuk memperoleh hasil yang baik.
6. Apakah menggunakan pupuk kandang ? Iya, menggunakan pupuk kandang
Jika ya, pupuk kandang apa yang digunakan dan berapa kg/tanaman ? kapan
waktu pemupukan ? Pupuk kandang yang di gunakan adalah pupuk kotoran
ayam, penggunaan pupuk kandang pada tanaman mentimun sebanyak 1 ton/ha
dan pada tanaman kembang kol 1 ton/ha, untuk pemberian pupuk kandang pada
saat sebelum tanam bibit, yang berguna untuk memperbaiki sifat tanah
7. Apakah menggunakan pupuk kimia ? iya, menggunakan pupuk kimia
Jika ya, pupuk kimia apa yang digunakan dan berapa kg/tanaman ? kapan
waktu pemupukan ? dan apa jenis pupuk yang digunakan? Jenis pupuk kimia
yang digunakan adalah urea, npk, sp-36 dan insektisida. Waktu pemupukan di
lakukan sebelum penanam bibit pada lahan, total pemberian pupuk npk 300
kg/ha, urea 1000 kg/ha, sp-36 200 kg/ha
8. Bagaimana pola tanam yang digunakan :
[ ] tumpang sari (nama tanaman), alasannya
[ √ ] Tidak menggunakan pola tanam
9. Masalah penyakit yang sering dihadapi :
a. Penyakit apa yang paling dominan menyerang : Penyakit yang paling
dominan menyerang, untuk tanaman timun adalah penyakit mosaic,
sedangkan untuk tanaman kembang kol adalah penyakit busuk lunak
b. Gejala/tanda apa saja yang ditemui : Gejala pada tanaman timun tampak
seperti berwarna kuning dan keliatan seperti karat, sedangkan tanda atau
gejala pada tanaman kembang kol memiliki bau busuk, berwarna cokalt tua
pada bunga kol nya dan memiliki tekstur berair serta lunak pada bunganya.
c. Pada saat umur berapa terjadinya penyakit tersebut : 1 bulan
d. Saat musim apa penyakit tersebut menyerang : hujan
e. Seberapa parahkah tanaman yang diserang : 40 %
f. Apakah bapak pernah mengikuti pelatihan/penyuluhan mengapa penyakit
tersebut terjadi : tidak
10. Pengendalian seperti apa yang bapa beri, guna meminalisir penyakit tersebut :
Pada tanaman timun biasanya petani tersebut menggunkan insektisida untuk
mengendalikan penyakit mosaik nya, sedangkan pada tanaman kembang kol
petani tersebut menggunakan penyemprotan dengan larutan Fungisida berbahan
aktif, seperti Starner 20 WP, Bion M1/48 WP, Rowcol2 
11. Dari mana bapak mengetahui pengendalian tersebut : pengalaman petani lain
12. Apakah bapak pernah membawa sample penyakit tersebut kepada ahli pakar
untuk mendapatkan saran pengendalian serta mengetahui penyebab penyakit
tersebut : tidak
a. Pada saat umur berapa terjadinya penyakit tersebut : 1 bulan
b. Saat musim apa penyakit tersebut menyerang : hujan
c. Seberapa parahkah tanaman yang diserang : 40 %
d. Apakah bapak pernah mengikuti pelatihan/penyuluhan mengapa penyakit
tersebut terjadi : tidak
13. Pengendalian seperti apa yang bapa beri, guna meminalisir penyakit tersebut :
14. Dari mana bapak mengetahui pengendalian tersebut : pengalaman petani lain
15. Apakah bapak pernah membawa sample penyakit tersebut kepada ahli pakar
untuk mendapatkan saran pengendalian serta mengetahui penyebab penyakit
tersebut : tidak
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


4.1.1. Tanaman Kembang Kol (Brassica oleracea var. botrytis L)

a
Gambar 1. a). Penyakit Busuk Lunak Tanaman Kembang Kol di Lapangan Petani;
b). Perbandingan Internet
(Sumber : a). Dok. Pribadi; b). www.google.com)
4.1.2. Tanaman mentimun (Cucumis Sativus).

a
Gambar 2. a). Penyakit Mosaic Tanaman Mentimun di Lapangan Petani; b).
Perbandingan Internet
(Sumber : a). Dok. Pribadi; b). www.google.com)

4.2. Gejala Penyakit Tanaman


4.2.1. Penyakit Busuk Lunak/ Hitam Tanaman Kembang Kol (Brassica
oleracea var. botrytis L)
Penyakit busuk lunak/ hitam pada tanaman kembang kol (Brassica oleracea
var. botrytis L), di sebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp yang merupakan satu
penyebab penyakit busuk hitam pada tanaman Brassicas, Gejala penyakit busuk
hitam pada fase generatif adalah terdapat busuk dan warna hitam pada massa
kembang kol. Hasil pengamatan di lapangan pada umumnya massa bunga yang
terserang lebih dulu adalah bagian tajuk tengah, kemudian menyebar ke seluruh
massa kembang kol. Mula-mula massa bunga yang terserang akan berwarna
kuning muda hingga kuning tua, kemudian berwarna orange, dan berkembang
menjadi
warna coklat dan terakhir menjadi warna hitam di ikuti pembusukan. penyakit ini
di tandai oleh munculnya bercak cokelat kehitam-hitaman pada daun, batang, dan
tangkai bunga. Gejala khas pada daun adalah tampaknya warna kuning kecoklat-
coklatan dan kemudian mengering. Batang atau massa bunga yang terserang
umumnya menjadi busuk dan berwarna hitam atau coklat sehingga kurang layak
untuk dipanen.
Xanthomonas sp menyebar melalui Seed borne. Bakteri ini dapat menyerang
kelompok tanaman kubis pada semua tingkat pertumbuhan dan perkembangan.
Pada waktu persemaian tanaman kembang kol, patogen ini mengakibatkan rebah
kecambah (damping off), karena infeksi awalnya terjadi pada kotiledon dan
kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman.

Gambar 3. Siklus Hidup Daur Hidup Patogen Busuk Hitam Xanthomonas


campestris pv
(Sumber : www.google.com)
Selama perkecambahan, bibit terinfeksi melalui epikotil dan kotiledon dapat
mengembangkan tepi yang menghitam, mengerut, dan jatuh. Bakteri berkembang
melalui sistem vaskular ke batang dan daun muda, di mana penyakit ini
bermanifestasi sebagai lesi klorotik berbentuk V hingga nekrotik yang memanjang
dari tepi daun. Dalam kondisi lembab, bakteri yang ada di tetesan saluran
pencernaan dapat menyebar melalui angin, hujan, percikan air, dan peralatan
mekanis ke tanaman tetangga. Rute alami invasi Xcc adalah melalui hydathodes ,
meskipun luka daun yang disebabkan oleh serangga dan akar tanaman juga dapat
menjadi pintu masuk. Kadang-kadang, infeksi terjadi melalui stomata. Hidatoda
menyediakan jalur langsung patogen dari tepi daun ke sistem vaskular tumbuhan
dan dengan demikian menyebabkan infeksi inang sistemik. Invasi vena jahitan
menyebabkan produksi benih yang terinfeksi Xcc. Xcc dapat bertahan hidup di
sisa-
sisa tanaman di tanah hingga 2 tahun, tetapi tidak lebih dari 6 minggu di tanah
bebas. Bakteri yang ada di puing-puing tanaman dapat menjadi sumber inokulum
sekunder.
Cara pengendalian penyakit busuk lunak/hitam, antara lain : a). Penggunaan
benih dan transplantasi bebas penyakit bersertifikat; b). Pengolahan air panas
untuk benih yang tidak bersertifikat; perawatan kimia dengan natrium hipoklorit,
hidrogen peroksida, dan cupuric acetate panas atau seng sulfat juga dapat
digunakan; c). Pengendalian serangga; d). Rotasi tanaman dengan tanaman non-
silangan (3–4 tahun); e). Pembuangan sisa-sisa tanaman setelah panen; f).
Pengendalian gulma silangan yang dapat menjadi reservoir patogen; g). Sanitasi
(misalnya, membersihkan peralatan, menghindari pekerjaan di ladang basah).

4.2.2. Penyakit Mosaic Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus).


Penyakit Mosaic Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus), disebabkan oleh
Cucumber Mosaic Virus. Selain menyerang tanaman ketimun, virus mosaik
ketimun juga dapat menyerang melon, labu, cabai, bayam, tomat, seledri, bit,
tanaman polong-polongan, pisang, tanaman famili Crucifereae, delphinium,
gladiol, lili, petunia, zinia dan beberapa jenis gulma. Faktor lingkungan fisik yang
berpengaruh terhadap perkembangan penyakit virus dan vektornya adalah : 1)
curah hujan; 2) Angin; 3) suhu udara; dan 4) jenis tanah dan kelengasannya.
Curah hujan sangat berperan dalam perkembangan penyakit virus yang
mempunyai vektor soilborne dan airborne Curah hujan di daerah tropika dan sub
tropika berkaitan langsung dengan kelembaban udara yang tinggi. Infeksi virus
pada tumbuhan lebih banyak terjadi pada musim semi atau hujan. Kelembaban
udara yang tinggi menyebabkan jaringan palisade daun memanjang dan teksturnya
menjadi lebih lemas. Angin berpengaruh terhadap penyebaran vektor, sehingga
virus yang dibawanya bisa lebih cepat menyebar. Suhu dipengaruhi oleh intensitas
cahaya dan musim. Musim panas intensitas cahaya sangat tinggi, dan panjang hari
lebih lama, keadaan ini menyebabkan daun menjadi lebih tebal dan teksturnya
agak keras. Suhu berpengaruh pada pergerakan dan kecepatan memperbanyak diri
vektor airborne.
Gejala penyakit yang ditimbulkan CMV dapat bermacam-macam tergantung
pada tanaman yang diinfeksi dan umur tanaman saat terjadi infeksi. Gejala
penyakit
yang terlihat pada tanaman mentimun, antara lain mosaic, klorosis, kerdil, daun
mengalami malformasi dan nekrosis sistemik. Kondisi kenyataan dilapang pada
pertanaman mentimun lebih dari 80 % tanaman menujukkan gejala terserang
penyakit mosaik dan petani di Baturiti dalam budidaya mentimun selalu
berdampingan dengan budidaya beberapa komoditas tanaman hortikultura dan
legumminosae lainnya.
CMV terutama ditularkan oleh kutu daun, tetapi dalam beberapa kasus juga
dapat disebarkan secara mekanis oleh manusia. Namun, penyebaran virus ini
secara mekanis tidak sesering kasus virus lainnya (seperti Tobacco Mosaic Virus ,
TMV), karena CMV bukanlah virus yang sangat stabil. Ketika ditularkan oleh
kutu daun, virus ini memiliki masa perolehan lima hingga sepuluh detik dan masa
inokulasi sekitar satu menit. Namun demikian, setelah dua menit, kemungkinan
inokulasi sangat berkurang, dan dalam dua jam praktis tidak mungkin untuk
menularkannya. Selain itu, CMV dapat menahan musim dingin di tanaman dan
gulma abadi, karena dapat bertahan di musim dingin di akar tanaman dan pindah
ke bagian udara di musim semi, di mana ia dapat ditularkan oleh kutu daun ke
tanaman lain. Setelah virus menembus ke dalam sel inang, virus melepaskan
RNA-nya ke dalam sitoplasma inang. Kemudian, protein 1a dan 2a diproduksi
untuk memungkinkan replikasi virus, yang berlangsung di pabrik virus , yang
merupakan kompartemen subseluler yang meningkatkan efisiensi proses ini. Di
sana, genom dsRNA disintesis dari ssRNA (+) dan ditranskripsi untuk
mendapatkan mRNA virus serta ssRNA baru. Setelah itu, protein kapsid
diproduksi dan partikel virus baru dirakit. Akhirnya, virus siap berpindah ke sel
baru dengan memicu pembentukan struktur tubular yang memediasi pergerakan
virion. Pergerakan jarak pendek (sel-ke-sel) virus dicapai melalui plasmodesmata,
sedangkan pergerakan jarak jauh (di dalam tumbuhan) terjadi melalui floem.
Pengendalian virus masih bersifat preventif, yang dilakukan dilakukan secara
tidak langsung dengan memadukan beberapa metode yaitu : 1) pencegahan infeksi
di lapang misalnya dengan rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang
virus maupun vektornya, menekan populasi vektor, 2) mencegah penyebaran di
dalam tanaman misalnya dengan menghilangkan gulma inang, mencegah
penularan
mekanis, 3) menanam bibit bebas virus, 4) tanam serempak dan 5) proteksi silang.
Alternatif pengendalian CMV dengan vaksin Carna-5 sebagai biokontrol.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktek dan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada lahan pertanian khususnya petani kembang kol dan juga mentimun di
daerah Kalampangan, Palangka Raya, sangat banyak dijumpai tanaman kembang
kol yang terserang penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas sp dan pada tanaman mentimun banyak dijumpai tanaman yang
terserang penyakit virus mosaic yang di sebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus.

5.2. Saran
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lahan pertanian kalampangan
khususnya pada lahan pertanian tanaman kembang koll dan juga mentimun
disarankan untuk lebih sering melakukan sanitasi lingkungan dan juga melakukan
pengecekan atau pengendalian hama yang sering menyerang tanaman tersebut,
agar tanaman yang berada di lahan dapat terhindar dari para pathogen-pathogen
penyebab penyakit tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Damanik. 2017. Uji Efiksasi Agens Hayati Penyakit Busuk Lunak Bakteri
Xanthomonas sp Pada Beberapa Varietas Tanaman Kembang Kol. Jurnal
Online Agroekologi 7 (4): 235-242.
Sastrosiswojo. 2016. Penerapan Teknologi PHT Pada Tanaman Kembang Kol.
Bandung. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Purba, E. R. dkk. 2017. Deteksi Squash Mosaic Virus Lima Varietas Mentimun
(Cucumis sativus L.). Jurnal Hortikultura Indonesia 8 (2): 104-110.
Kumalasari, R. N. dkk. 2015. Pengaruh Berbagai Jenis Ekstrak Nabati Terhadap
INfeksi CMV Pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal
HPT 3 (1): 30-38.
Adinugroho, Wahyu Catur. 2016. Konsep Timbulnya Penyakit. Mayor Silvikultur
Tropika Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Diakses 30
November 2020.

Anda mungkin juga menyukai