PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bertambahnya jumlah penduduk disertai dengan meningkatnya pendapatan
mempengaruhi jumlah konsumsi pangan. Kebutuhan pangan tidak terbatas hanya
pada komoditas pangan seperti beras atau jagung, tetapi juga sayur-sayuran.
Kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan jenis sayuran yang banyak diusahakan
petani Indonesia serta mengandung banyak vitamin dan protein nabati.
Kacang panjang adalah tanaman yang telah di kenal sejak lama sebagai
tanaman yang menyehatkan serta tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi di Asia (Kuswanto et al. 2006). Apabila kontribusi kacang panjang dalam
komposisi sayuran mencapai 10%, maka diperlukan sekitar 763.200 ton/tahun
polong segar. Menurut Departemen Pertanian produksi kacang panjang tahun 2000
baru mencapai 313.526 ton polong segar atau sekitar 41% dari total kebutuhan
penduduk, sehingga produksi kacang panjang belum dapat memenuhi kebutuhan
gizi ideal penduduk Indonesia (Kuswanto et al. 2006).
Penurunan produksi kacang panjang dapat disebabkan oleh beberapa faktor
salah satunya adalah serangan hama. Salah satu hama penting pada tanaman kacang
panjang adalah hama penggerek polong (Maruca testulalis) (Sureja et al. 2010).
M. testulalis adalah hama penting pada tanaman kacang-kacangan di daerah tropis
dan subtropis. Hama ini mengakibatkan kerusakan karena menyerang tunas, bunga
dan polong. Kerusakan yang disebabkan hama ini berkisar antara 9 sampai 51 %
(Baghwat et al. 1998).
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kingdom : Animalia
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus : Maruca
Spesies : Maruca testulalis Geyer.
2
Larva M. Testulalis meililiki warna krem, putih pudar atau putih kekuningan.
Terdapat dua pasang bintik hitam pada setiap ruas tubuhnya. Bintik-bintik tersebut
membentuk baris membujur pada dorsal, dan semakin jelas bersamaan dengan
berkembangnya larva.
Larva M. testulalis terdiri dari 12 ruas dan memiliki dari 9 ruas abdomen,
pada ruas ke 3, 4, 5, 6 dan 9 pada abdomen terdapat sepasang tungkai palsu.
Toraksnya 3 ruas, dan pada setiap ruas terdapat sepasang tungkai sejati. Kepala
larva berwarna coklat atau gelap, pronotum berwarna hitam.
Bunga dan polong biasanya menjadi tempat persembunyian bagi larva pada
siang hari, namun ketika malam hari larva keluar dan berkelana pada permukaan
tanaman. Biasanya jumlah dari larva pada polong lebih sedikit dibanding dibanding
pada bunga. Kuncup bunga dan bunga mengandung jumlah terbesar larva instar
muda yang sedang makan.
Periode larva diikuti oleh periode prapupa yang singkat, berlangsung selama
1 - 2 hari. Pada periode tersebut, larva berhenti makan dan turun ke permukaan
tanah dengan benang suteranya, menuju ke bawah guguran daun.
Pupa terbentuk di dalam sel pupa berdinding ganda di bawah daun-daun yang
telah gugur. Dinding luar sel pupa mengandung benang sutera yang dianyam
bersama-sama dengan tanah dan sisa-sisa tanaman. Dinding sebelah dalam
merupakan anyaman longgar benang keputih-putihan, dan memiliki lubang di
bagian depan (anterior). Pembentukan pupa juga dapat terjadi pada kokon di dalam
polong, atau lebih jarang di dalam tanah.
Warna awal saat pupa terbentuk adalah kuning pudar atau kehijauan, tetapi
kemudian pupa menjadi lebih gelap dan berwarna coklat keabu-abuan . Periode
pupa berlangsung selama 7 - 10 hari.
3
Kemunculan imago didorong oleh curah hujan dan kelembaban tanah yang
tinggi. Imago M. testulalis sangat aktif pada musim hujan.
Imago berwarna coklat cerah, dengan panjang tubuh 11.2 mm, dan rentang
sayap 21 - 27 mm. Imago M. testulalis memiliki sayap yang berwarna coklat, dan
memiliki tiga bercak tembus cahaya yang bentuknya tidak beraturan. Sayap
belakang imago berwarna putih keabuabuan, dengan ciri coklat cerah pada bagian
ujungnya. Pada tepi kedua pasang sayap terdapat rumbai yang sangat halus
Abdomen imago betina relatif lebih besar dibanding yang jantan. Abdomen imago
jantan berbentuk lebih mengerucut ibandingkan imago betina. Lama hidup dari
imago M. testulalis adalah 5 - 7 hari.
Imago M. testulalis adalah hewan nokturnal atau aktif pada malam hari
.populasi imago pada siang hari akan di pengaruhi oleh kanopi tanaman. Pada
kultivar dengan tajuk yang terbuka atau jarang, terdapat sedikit imago dari M.
testulalis.
Periode dari telur sampai dewasa 30 - 35 hari. Siklus satu generasi terjadi
antara 22 - 25 hari. Secara teoritis, dalam satu musim tanam bisa terdapat sampai
empat generasi
4
muda dan polong muda, terkadang larva juga memakan daun dan batang yang
lembut
Pada bunga, larva membuat lubang masuk ke dalam dan keluar dari bagian-
bagian bunga. Larva instar awal menggerek ke dalam bunga muda, makan di
dalamnya, dan menyebabkan gugurnya bunga. Larva M. testulalis tidak memakan
kelopak, melainkan cenderung menggerek ke dalam tabung mahkota. Larva instar
lanjut menggerek dan memakan jaringan polong maupun biji. Polong muda akan
menjadi rusak yang di akibatkan dari aktivitas makan larva; sedangkan pada polong
hijau yang lebih tua larva memakan beberapa biji yang sedang berkembang.
5
2.1.3. Pengendalian M. testulalis
6
yang disemprotkan beberapa hari sebelum panen tidak meninggalkan residu
(Sukrasno, 2003).
Sirih (Piper betle)
Tanaman sirih (Piper betle) di berbagai daerah di Indonesia disebut juga
dengan ranub, belo, demban, cambai, sedah, dan suruh, termasuk dalam famili
Piperaceae. Tanaman sirih mengandung minyak atsiri seperti kadinen, kavikol,
sineol, eugenol, karofilen, karvakol, terpinen dan seskuiterpen (Aldywaridha,
2010).
Sirih merupakan tanaman merambat dan dapat mencapai tinggi 15 m.
Batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan
tempat keluarnya akar. Daun tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh
berselang-seling dan bertangkai . Senyawa yang terkandung dalam sirih antara lain
karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tanin, gula, pati, dan asam
amino. (Setiawati et al., 2008).
Akar Tuba (Derris eliptica)
Akar tuba selama ini dikenal sebagai bahan untuk meracuni ikan di sungai
ternyata juga bersifat toksik pada hama. Akar tuba memiliki senyawa toksis
rotenoid yang dapat mempengarugi enzim respirasi serangga organisme
pengganggu tanaman.
Akar tuba berperan sebagai moluskisida, insektisida, akarisida, nematisida.
Akar tuba bekerja sebagai racun perut dan kontak, menyebabkan serangga untuk
berhenti makan (Setiawati et al., 2008).
Akar tuba mengandung senyawa rotenon, deguelin, elipton, toxicarol.
Rotenon adalah racun kontak yang memiliki daya kerja lambat dan mudah
terdegradasi oleh sinar matahari dan udara.
Sirsak (Annona muricata)
Sirsak adalah sejenis tanaman berkayu dan dapat hidup menahun. Daging
buah bertekstur empuk dan berwarna putih . Senyawa yang terkandung dalam sirsak
antara lain senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalat dan alkaloid murisine. Cara
kerjanya bersifat sebagai insektisida, racun kontak, penolak (repellent) dan
penghambat makan (antifeedant). Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan
biji (Setiawati et al., 2008).
7
Daun sirsak diketahui dapat meningkatkan mortalitas hama karena memiliki
senyawa squamosin dan asimisin. Semakin tinggi konsentrasi senyawa tersebut
maka semakin tinggi pula mortalitas pada hama tersebut .
Biopestisida daun sirsak juga mengandung tanin dalam kadar tinggi.
senyawa tanin merupakan suatu senyawa yang dapat memblokir ketersediaan
protein dengan membentuk kompleks yang kurang bisa dicerna oleh serangga.
Senyawa tersebut dapat menghambat enzim pada saluran pencernaan sehingga akan
merobek pencernaan serangga dan akhirnya menimbulkan kematian.
Daun Pepaya (Carica papaya)
Pepaya (C. papaya) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah.
Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 m. Helaian daunya menyerupai
telapak tangan manusia . Pepaya bersifat sebagai insektisida, fungisida, dan
rodentisida dan juga sebagai zat penolak (repellent). Pepaya mengandung
betakarotene, pectine, d-galaktosa, I-arabinosa, papain, papayotimin papain,
vitokinose, glucodise cacirin, karpain, papain, kemokapain, lisosim, lipase,
glutamin, dan siklotransferase (Setiawati et al., 2008).
Daun pepaya mengandung enzim alkaloid karpain, pseudo karpain,
glikosida, karposid, dan saponin. Alkaloid pada daun pepaya dapat berfungsi
sebagai insektisida.
8
protoksin, karena adanya aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan serangga
dapat mengubah kristal protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek dan
bersifat toksin. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa toksin ini menyebabkan
terbentuknya pori-pori pada sel membran di saluran pencernaan dan mengganggu
keseimbangan osmotik dari sel-sel tersebut. Terganggunya keseimbangan osmotik
ini menyebabkan sel menjadi bengkak dan pecah. Sel yang telah pecah akan
menyebabkan kematian pada serangga .
Viabilitas entomopatogen dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu,
kelembapan, pH, radiasi sinar matahari, nutrisi dan zat kimia seperti pestisida.
Semakin tinggi viabilitas jamur entomopatogen semakin efektif dalam
mengendalikan hama (Susanto, 2007).
Bacillus thuringiensis merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang.
Jika nutrien di mana dia hidup sangat kaya, maka bakteri ini hanya tumbuh pada
fase vegetatif, namun bila suplai makanannya menurun maka akan membentuk
spora dorman yang mengandung satu atau lebih jenis kristal protein. Kristal ini
mengandung protein yang bersifat lethal jika dimakan oleh serangga yang peka.
Beauveria bassiana
Salah satu teknik pengendalian yang berprinsip ramah lingkungan adalah
pemanfaatan agens hayati seperti jamur entomopatogenik Beauveria bassiana.
Jamur ini bersifat saprofit dan parasit pada serangga, keberadaan jamur ini tidak
mengganggu ekosistem dalam tanaman budidaya. Sekarang teknik pengendalian ini
lebih dikenal dengan istilah pengendalian menggunakan bio-insektisida.
Beauveria bassiana diaplikasikan dalam bentuk konidia yang dapat
menginfeksi serangga melalui kulit kutikula, mulut, dan ruas-ruas yang terdapat
pada tubuh serangga. Jamur ini juga memiliki spektrum yang luas dan dapat
mengendalikan banyak spesies serangga sebagai hama tanaman (Susanto, 2007).
Virulensi bioinsektisida B. bassiana yang disimpan lebih dari 2 bulan akan
menurun karena nutrisi dalam media banyak digunakan untuk memproduksi
konidia sehingga cendawan kehabisan cadangan nutrisi. Pada bioinsektisida ini
kerapatan konidia dan viabilitas konidia juga akan menurun.
9
Musuh Alami
Di antara beberapa cara pengendalian hama tumbuhan yang ada,
pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami merupakan cara
pengendalian yang paling aman. Musuh alami yang terdapat pada tanaman kacang
panjang adalah kumbang Coccinellidae, lalat Syrphidae, kumbang Paederus sp.,
laba-laba (Araneae) dan Formicidae (Syahrawati & Busniah 2009).
Kumbang Coccinellidae (Coloeptera: Coccinellidae)
Kumbang famili Coccinellidae banyak ditemukan di tanaman sayuran yang
merupakan habitatnya. Perbedaan karakteristik dari distribusi kumbang koksi
dipengaruhi oleh topografi, posisi geografi wilayah dan kekayaan floranya.
Kumbang koksi dewasa aktif pada pagi dan sore hari sedangkan siang hari biasanya
tersembunyi. Coccinellidae predator yang efektif karna mempunyai spektrum
mangsa yang luas karena dapat memangsa berbagai jenis serangga .
Lalat Syrphidae (Diptera: Syrphidae)
Serangga ini biasanya disebut hover fly karena kemampuannya melakukan
hovering. Syrphidae termasuk famili yang besar. Tercatat terdapat 870 spesies di
Amerika Utara, 250 spesies di Eropa kepulauan Inggris, 300 spesies di Eropa
daratan dan mungkin lebih banyak lagi di Asia termasuk Indonesia.
AnggotaSyrphidae hidup pada berbagai habitat dengan beragam peran seperti
sebagai saprofag, mikofag, herbivor, dan predator. Subfamili yang anggotanya
sebagian besar menjadi predator terutama kutu daun adalah Subfamili Syrphinae.
Kumbang Paederus sp. (Coleoptera: Staphylinidae)
Paederus sp. merupakan salah satu predator polifag yang memangsa
berbagai serangga Kumbang ini termasuk ke dalam ordo Coleoptera, super famili
Staphylinoidea, famili Staphylinidae dan genus Paederus. Pergiliran tanaman
dengan kedelai atau jagung setelah padi dapat membantu mempertahankan populasi
predator tersebut.
Laba-laba (Araneae)
Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadangkadang
kanibal dengan mangsa utamanya adalah serangga. Kebanyakan laba-laba
merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di
dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan,
10
atau lubang di tanah. Laba-laba merupakan predator polifag sehingga berperan
penting dalammengontrol populasi serangga.
Artropoda Permukaan Tanah
Berdasarkan tingkat trofiknya, artropoda dalam pertanian dibagi menjadi 3
yaitu artropoda herbivora, artropoda karnivora dan artropoda omnivora. Di
ekosistem persawahan, artropoda predator (serangga dan laba-laba) merupakan
musuh alami yang paling berperan dalam menekan populasi hama. Hal ini
disebabkan predator tersebut memiliki kemampuan untuk beradaptasi di ekosistem
efemeral tersebut. Menurut (Herlinda et al. (2008)), artropoda yang aktif pada
permukaan tanah yang kelimpahannya tertinggi ialah famili Carabidae, Formicidae,
Collembola dan Lycosidae.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Johan. 2011. Kelimpahan Hama Dan Musuh Alami Serta Pengaruh Perlakuan
Insektisida Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.) Fase
Generatif. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Kuswanto N, E Basuki & Rejeki. 2006. Uji Adaptasi Kacang Panjang (Vigna
sesquopedalis L. Friwith) Galur UNIBRAW. Universitas Brawijaya Gresik.
13
Susanto H. 2007. Pengaruh Insektisida Nabati terhadap Viabilitas Jamur
Entomopatogen. Beauveria bassiana Bals. Universitas Islam Negeri Malang.
Malang.
14