PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kacang-kacangan sudah ditanam di Indonesia sejak beratus-ratus
tahun yang lalu. Tanaman ini terdiri atas berbagai jenis, misalnya kacang
kacangan, kacang hijau, kacang tanah, dan berbagai jenis kacang sayur misalnya
kecipir, kapri, kacang panjang dan buncis.
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling
melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga
ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain, yaitu mineral, vitamin B,
karbohidrat kompleks dan serat makanan. Karena kandungan seratnya tinggi,
maka kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat. Kacang-kacangan
memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika kita
mengonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram, maka jumlah itu akan
mencukupi sekitar 20% kebutuhan protein dan 20% kebutuhan serat per hari
(Koswara,2012).
Kacang-kacangan (leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang
gude, kacang merah, kacang kacangan, dan kacang tanah, sudah dikenal dan
dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial.
Kacang-kacangan dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, seperti tepung,
makanan kaleng, susu, konsentrat protein, digoreng untuk kudapan, dan lain-lain.
Dalam bentuk biji atau polong muda, kacang-kacangan dapat digunakan sebagai
bahan sayuran segar, dikeringkan atau dibekukan (Astawan,2009)
Secara umum serangan patogen pada tanaman palawija disebabkan oleh
virus, organisme seperti mikroplasma, cendawan, dan bakteri. Serangan patogen
dapat terjadi pada seluruh stadia tanaman mulai dari tanaman muda sampai
menjelang panen. Intensitas serangan patogen tergantung dari tingkat ketahanan
varietas yang ditanam dan umur tanaman pada saat terinfeksi. Di samping itu
faktor lingkungan khususnya iklim mikro tanaman sangat berpengaruh terhadap
intensitas serangan patogen.
Tanaman dikatakan sakit kalau terjadi kelainan yang mengakibatkan
perubahan bentuk atau produktivitas. Itu mungkin disebabkan cuaca, kekurangan
hara dan air, infestasi cendawan, bakteri dan virus. Kelainan itu bisa berupa
perubahan warna, bentuk, atau jumlah akar, umbi batang, daun, bunga, maupun
buah yang terbentuk.
Penyakit tanaman pangan dapat mengakibatkan kerugian baik secara
kuantitas maupun kualitas hasil panen. Upaya untuk mengurangi kerugian akibat
infeksi penyakit tanaman tersebut dapat dilakukan pengendalian dengan sasaran
dan cara yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hama pada tanaman kacang-kacangan?
2. Bagaimana penyakit pada tanaman kacang-kacangan?
merah muda. Bentuk ulat silindris dengan panjang kuang lebih 15 mm. Telur
diletakkan pada polong atau daun. Jmlahnya 7-15 butir. Setelah menetas ulat
segera membuat lubang pada polong. Ulat kemudian memakan biji dan
mengeluarkan kotorannya. Ulat yang telah dewasa berwarna merah. Setelah
dewasa ulat meninggalkan polongan berkepompong di tanah.
Gejala serangan dapat dilihat dengan terdapatnya bercak hitam pada kuit
polong, dan didalamnya terdapat ulat. Warna buah yang terserang berubah dari
hijau menjadi gelap berkilau, sedangkan bijinya keropos.
3. Ulat Polong (Helicoverpa armigera)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Class : Insecta, Ordo : Lepidoptera,
Family : Noctuidae, Genus : Helicoverpa, Spesies: Helicoverpa armigera.
Morfologi ulat polong, Ngengat betina muncul sehari lebih dahulu dari
pada ngengat jantan. Ngengat jantan mudah dibedakan dari ngengat betina karena
ngengat betina mempunyai pola bercak-bercak berwarna pirang tua, sedang
ngengat jantan tidak mempunyai pola seperti itu. Nisbah kelamin jantan dan
betina 1 : 1. Daur hidup H. armigera dari telur hingga ngengat mati berkisar antara
52 - 58 hari. Ngengat betina meletakkan telur satu persatu pada pucuk daun,
sekitar bunga dan cabang. Telur berbentuk bulat dan berwarna putih agak
kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi kuning tua dan ketika akan
menetas terlihat adanya bintik hitam. Stadium telur berkisar antara 10 - 18 hari
dan persentase penetasan telur berkisar 63 - 82 persen. Stadium larva berkisar
antara 12 - 23 hari.
Ketika baru keluar dari telur, larva berwarna kuning muda dan
tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian berubah warna dan terdapat
variasi warna dan pola antar sesama larva. Larva H. armigera terdiri dari lima
instar, instar pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima, masing-masing
berumur 2 - 3 hari, 2 - 4 hari 2 - 5 hari, 2 - 6 hari dan 4 - 7 hari. Pupa dibentuk di
dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah
kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama stadium pupa 15 - 21
hari. Hama ulat buah tersebut menyebar di daerah sentra produksi tomat di
Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Larva H. armigera melubangi buah tomat baik buah muda maupun yang
sudah tua. Buah tomat yang terserang akan busuk dan jatuh ke tanah. Kadangkadang larva juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang
tomat. Tanaman inang utama ulat buah adalah tomat, tembakau, jagung, dan
kapas. Tanaman inang lainnya misalnya kentang, kubis, kacang-kacangan.
4. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Class : Insecta, Ordo : Lepidoptera,
Family : Noctuidae, Genus : Plusia, Spesies: Plusia chalcites.
Ulat jengkal memiliki beberapa nama daerah seperti ulat lompat, ulat
kilan, ulat jengkal semu dan ulat keket. Spesies ulat jengkal yg menyerang kacang
panjang adalah Plusia chalcites esper atau Chrydeixis chalcites esper. Ciri-ciri
tubuhnya berwarna hijau dan terdapat garis berwarna lebih muda pada sisi
sampingnya. Panjang tubuhnya sekitar 2 cm. Ciri khasnya adalah berjalan dengan
melompat atau melengkungkan tubuhnya. Lama masa ulat 2 minggu sebelum
menjadi kepompong. Imagonya berupa ngengat yang mampu bertelur sampai
1000 butir. Telurnya berbentuk bulat putih. Telur-telur terdapat di permukaan
bawah daun yang akan menetas setelah 3 hari.
Ulat jengkal menyerang daun muda maupun tua. Ulat ini juga menyerang
pucuk tanaman dan polong muda. Daun pada mulanya tampak berlubang-lubang
tidak beraturan. Pada tahap selanjutnya, tinggal tersisa tulang-tulang daun saja.
Pada tingkat berat, daun akan habis sehingga menimbulkan kerugian cukup besar.
5. Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Homoptera,
Famili : Aphididae , Genus : Aphis, Spesies : Aphis craccivora.
Bioekologi : Sifatnya partenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi
nimfa tanpa terjadi pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya. Lama
hidupnya antara 13 - 18 hari dengan 4 - 8 kali instar. Nimfa yang baru terbentuk
langsung mengisap cairan tanaman secara bergerombol. Nimfa dewasa berwarna
hitam dan berkilau. Antenenya lebih pendek dari pada abdomen. Betina menjadi
dewasa setelah berumur 4 - 20 hari. Panjang tubuh yang bersayap rata-rata 1,4
mm dan yang tidak bersayap rata-rata 1,5 mm. Mulai menghasilkan keturunan
pada umur 5 - 6 hari dan berakhir sepanjang hidupnya.
Stadia yang merusak adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap
pada bagian daun permukaan bawah, kuncup, batang muda. Tanaman yang
terserang akan terhambat pertumbuhannya menjadi lemah dan kehilangan warna
daun, mengkerut dan akhirnya menyebabkan penurunan hasil produksi. Serangan
berat pada fase pembungaan atau pembentukan polong dapat menurunkan hasil
panen. Selain itu, kutu daun kacang juga merupakan vektor penyakit virus
(CAMV).
daunnya saja. Ulat yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat
mengakibatkan tanaman menjadi gundul.
7. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Coleoptera, family
: Brunchidae, Genus : Callosobruchus, Spesies: Callosobruchus maculates.
Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam
gudang. Tarsi tampaknya 4-4-4, tapi sesungguhnya 5-5-5. Tubuh oval, bagian
belakang lebar, warna hitam atau coklat dengan bintik-bintik. Dari atas kepala
tersembunyi elytra pendek tidak sampai ujung abdomen. Serangga ini merupakan
family dengan jumlah yang relatif sedikit. sepanjang hidupnya larva berada dalam
biji-bijian, dewasa sebagian ditemukan dibunga-bunga.
Gejala yang disebabkan Biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai
90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman
tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak
jagung 10 cc/kg biji.
8. Ulat bunga (Maruca testulalis)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Lepidoptera,
family : pyralididae, Genus : Maruca, Spesies: Maruca testulalis.
Hama ini tersebar di daerah tropis, ia menkhususkan diri menyerang
tanaman family Leguminosae. Termasuk dalam daftarnya buncis, kacang panjang,
tanaman penutup tanah Crotalaria, dan kacangan. Larva menyerang ovarium
bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda, dan tunas.
Ukuran larva berwarna hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm.
Selanjutnya ia akan membentuk pupa di dalam tanah.
pada daun, gejala karat juga dapat timbul di seluruh bagian tanaman di atas
permukaan tanah kecuali bunga, daun-daun yang terserang karat tetap menempel,
tidak gugur lebih awal
Penyebab Penyakit yaitu Puccinia arachidis membentuk uredospora bulat
agak lonjong, berduri, coklat kemerahan. Teliospora umumnya bersel dua tetapi
ada yang bersel satu, tiga atau empat Inang terbatas hanya pada genus Arachis dan
inang fase piknium dan aesium belum ditemukan. Uredospora adalah satu-satunya
propagul untuk penyebarannya. Teliospora tidak berfungsi sebagai propagul
karena segera berkecambah setelah mencapai ukuran dewasa tanpa dormansi.
Patogen dapat bertahan antar musim tanam pada tanaman kacang tanah
yang tertinggal di lahan. Penyebaran jarak jauh melalui uredospora yang
diterbangkan angin, atau melalui sisa tanaman, polong dan benih yang
permukaannya terinfestasi uredospore. Penyebaran antar tanaman dibantu oleh
angin, air hujan, dan serangga. Infeksi terjadi bila terdapat air bebas di permukaan
tanaman (20-30C), kelembaban 87% (23-24C) sesuai untuk perkembangan
penyakit; kelembaban di bawah 75% (di atas 26C) menghambat infeksi.
tertanam di dalam tanah dapat bertahan sampai satu tahun, tetapi bila di atas
permukaan tanah dapat sampai beberapa tahun.
Gejala layu mendadak merupakan gejala pertama yang timbul. Daun-daun
yang terinfeksi mula-mula berupa bercak bulat berwarna merah sampai coklat
dengan pinggir berwarna coklat tua, kemudian mengering dan sering menempel
pada batang mati. Gejala khas patogen ini adalah miselium putih yang terbentuk
pada pangkal batang, sisa daun dan pada tanah di sekeliling tanaman sakit.
Miselium tersebut menjalar ke atas batang sampai beberapa centimeter (Ratu, A.,
2011).
7. SAPU (WITCHES BROOM)
Gejala Penyakit yaitu Tanaman yang terserang mempunyai cabang lateral
atau cabang yang tumbuh pada buku-buku batang/cabang dalam jumlah banyak.
Ginofor mengalami geotropi negatif atau tumbuh ke atas Cabang lateral ini
ruasnya pendek, daun-daun yang tumbuhpun kecil-kecil sehingga penampakan
tanaman seperti sapu.
Penyebab Penyakit yaitu Phytoplasma adalah organisme satu sel, tidak
mempunyai dinding sel sehingga bentuknya berubah-ubah. Di dalam tanaman,
phytoplasma terbatas pada jaringan phloem. Wereng Orosius argentatus adalah
vektor yang efektif menyebarkan di lapangan
Penyakit ditularkan oleh wereng (Orosius argentatus). Serangga tersebut
dapat menularkan penyakit sapu dari kacang tanah ke kacang tanah lain meskipun
presentase hasilnya rendah. Selain ditularkan Orosius argentatus juga dapat
ditularkan oleh Aphis craccivora. Penyakit sapu biasanya berkembang pada
pertanaman monokultur selama musim tanam yang dilakukan.
Penyakit sapu ini selain dapat menyerang kacang tanah juga dapat
menyerang tanaman kara pedang (Canavalia ensiformis), cabai (Capsium anuum),
kacang hijau (Phaseolus radiatus), kacang panjang (Vigna sinensis), dan tanaman
lain yang berbunga kupu-kupu (Semangun, 1993).
III. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran