Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kacang-kacangan sudah ditanam di Indonesia sejak beratus-ratus
tahun yang lalu. Tanaman ini terdiri atas berbagai jenis, misalnya kacang
kacangan, kacang hijau, kacang tanah, dan berbagai jenis kacang sayur misalnya
kecipir, kapri, kacang panjang dan buncis.
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling
melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga
ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain, yaitu mineral, vitamin B,
karbohidrat kompleks dan serat makanan. Karena kandungan seratnya tinggi,
maka kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat. Kacang-kacangan
memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika kita
mengonsumsi kacang-kacangan sebanyak 100 gram, maka jumlah itu akan
mencukupi sekitar 20% kebutuhan protein dan 20% kebutuhan serat per hari
(Koswara,2012).
Kacang-kacangan (leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang
gude, kacang merah, kacang kacangan, dan kacang tanah, sudah dikenal dan
dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial.
Kacang-kacangan dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, seperti tepung,
makanan kaleng, susu, konsentrat protein, digoreng untuk kudapan, dan lain-lain.
Dalam bentuk biji atau polong muda, kacang-kacangan dapat digunakan sebagai
bahan sayuran segar, dikeringkan atau dibekukan (Astawan,2009)
Secara umum serangan patogen pada tanaman palawija disebabkan oleh
virus, organisme seperti mikroplasma, cendawan, dan bakteri. Serangan patogen

dapat terjadi pada seluruh stadia tanaman mulai dari tanaman muda sampai
menjelang panen. Intensitas serangan patogen tergantung dari tingkat ketahanan
varietas yang ditanam dan umur tanaman pada saat terinfeksi. Di samping itu
faktor lingkungan khususnya iklim mikro tanaman sangat berpengaruh terhadap
intensitas serangan patogen.
Tanaman dikatakan sakit kalau terjadi kelainan yang mengakibatkan
perubahan bentuk atau produktivitas. Itu mungkin disebabkan cuaca, kekurangan
hara dan air, infestasi cendawan, bakteri dan virus. Kelainan itu bisa berupa
perubahan warna, bentuk, atau jumlah akar, umbi batang, daun, bunga, maupun
buah yang terbentuk.
Penyakit tanaman pangan dapat mengakibatkan kerugian baik secara
kuantitas maupun kualitas hasil panen. Upaya untuk mengurangi kerugian akibat
infeksi penyakit tanaman tersebut dapat dilakukan pengendalian dengan sasaran
dan cara yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hama pada tanaman kacang-kacangan?
2. Bagaimana penyakit pada tanaman kacang-kacangan?

II. TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-faktor yang sering menyebabkan rendahnya hasil kacang kacangan


di Indonesia antara lain: kekeringan, banjir, hujan terlalu besar pada saat panen,
serangan hama, dan persaingan dengan rerumputan (gulma). Pandangan petani
yang masih menganggap kacangan sebagai tanaman sampingan juga
mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya untuk tanaman Kacangan
merupakan tanaman tanah kering, sehingga dapat menyebabkan gangguan gulma.
Bila pemeliharaannya kurang intensif, tanaman kacangan akan disaingi oleh
gulma, akibatnya hasil panen akan menurun.
Serangan hama dan penyakit pada kacangan merupakan kendala utama
dalam meningkatkan produksi kacangan. Menyempitnya keragaman genetik
tanaman dan usaha peningkatan produksi yang kurang memperhatikan faktorfaktor lingkungan yang menjaga populasi hama, yaitu dengan penggunaan
pestisida yang berlebihan, merupakan penyebab meledaknya populasi organisme
penggangu. Oleh karena itu, pengendalian hama secara terpadu (PHT) sangat
penting untuk diterapakan agar faktor pengendali alami seperti iklim, musuh
alami, dan kompitator dapat bekerja optimal. Pestisida hanya di gunakan bila
populasi organisme pengganggu tanaman sudah mencapai ambang kendali.

A. HAMA TANAMAN KACANG-KACANGAN


1. Lalat bibit (Ophiomyia phaseoli)
Klasifikasi : Filum : arthropoda, Class : insecta, Ordo : Diptera, Family :
Agromyzidae, Genus : Ophiomyia, Spesies: Ophiomyia phaseoli. Lalat Kacang
(Ophiomyia phaseoli) merupakan salah satu jenis hama yang pertama sekali
menyerang tanaman kacangan.

Lalat kacang dewasa berukuran 1,9-2,2 mm berwarna hitam, lalat dewasa


meletakan telur sejak tanaman kacangan muncul diatas tanah sampai sekitar 2
minggu setelah tanam. Telur diletakan secara terpisah dalam lubang di
dikoteledon atau pangkal helai daun pertama atau kedua. Seekor induk betina lalat
mampu meletakan telur 94-183 butir menetas 48 jam setelah diletakan. Larva
berbentuk ramping panjang maksimal 3,75 mm dan lebar 0,15 mm memakan
keping biji atau daun selama 2 hari, larva menggerek daun menuju ke batang
hingga pangkal batang atau pangkal akar. Melalui kulit batang. Stadia larva
berkisar antara 7 -11 hari. Pupa terbentuk di bawah epidermis kulit padakal batang
atau pangkal akar. Siklus hidup lalat kacang berkisar 17-26 hari.
Gejala kerusakan tanaman mulai terlihat pada 14 hari setelah tanam dan
berakhir pada 30 hari setelah tanam. Kerugian hasil yang disebabkan oleh
serangan lalat kacang adalah setara dengan presentase kematian tanaman pada
suatu areal pertanaman. Gejala serangan lalat kacang mula-mula terlihat berupa
bintik-bintik putih pada kotiledon kemudian berupa berupa alur - alur korokan
yang melengkung berwama coklat pada daun pertama dan kotiledon. Gerekan
larva menyebabkan tanaman menjadi layu mati dan kering karena akar tidak dapt
berfungsi normal untuk mengisap air dan unsur hara.
2. Ulat Penggerek Polong (Etiella zinckenella T)
Klasifikasi : Filum : arthropoda, Class : insecta, Ordo : lepidoptera,
Family: pyralidae, Genus : Etiella, Spesies: Etiella zinckella. Morfologi dari ulat
polong yaitu mempunyai panjang ngengat kurang lebih 12 mm. sayap mukanya
pada bagian tepi berwarna putih seperti perak, atau kuning pucat. Kepala ulat
berwarna hitam. Warna ulat mula-mula hijau pucat, kemudian berubah menjadi

merah muda. Bentuk ulat silindris dengan panjang kuang lebih 15 mm. Telur
diletakkan pada polong atau daun. Jmlahnya 7-15 butir. Setelah menetas ulat
segera membuat lubang pada polong. Ulat kemudian memakan biji dan
mengeluarkan kotorannya. Ulat yang telah dewasa berwarna merah. Setelah
dewasa ulat meninggalkan polongan berkepompong di tanah.
Gejala serangan dapat dilihat dengan terdapatnya bercak hitam pada kuit
polong, dan didalamnya terdapat ulat. Warna buah yang terserang berubah dari
hijau menjadi gelap berkilau, sedangkan bijinya keropos.
3. Ulat Polong (Helicoverpa armigera)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Class : Insecta, Ordo : Lepidoptera,
Family : Noctuidae, Genus : Helicoverpa, Spesies: Helicoverpa armigera.
Morfologi ulat polong, Ngengat betina muncul sehari lebih dahulu dari
pada ngengat jantan. Ngengat jantan mudah dibedakan dari ngengat betina karena
ngengat betina mempunyai pola bercak-bercak berwarna pirang tua, sedang
ngengat jantan tidak mempunyai pola seperti itu. Nisbah kelamin jantan dan
betina 1 : 1. Daur hidup H. armigera dari telur hingga ngengat mati berkisar antara
52 - 58 hari. Ngengat betina meletakkan telur satu persatu pada pucuk daun,
sekitar bunga dan cabang. Telur berbentuk bulat dan berwarna putih agak
kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi kuning tua dan ketika akan
menetas terlihat adanya bintik hitam. Stadium telur berkisar antara 10 - 18 hari
dan persentase penetasan telur berkisar 63 - 82 persen. Stadium larva berkisar
antara 12 - 23 hari.
Ketika baru keluar dari telur, larva berwarna kuning muda dan
tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian berubah warna dan terdapat

variasi warna dan pola antar sesama larva. Larva H. armigera terdiri dari lima
instar, instar pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima, masing-masing
berumur 2 - 3 hari, 2 - 4 hari 2 - 5 hari, 2 - 6 hari dan 4 - 7 hari. Pupa dibentuk di
dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah
kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama stadium pupa 15 - 21
hari. Hama ulat buah tersebut menyebar di daerah sentra produksi tomat di
Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Larva H. armigera melubangi buah tomat baik buah muda maupun yang
sudah tua. Buah tomat yang terserang akan busuk dan jatuh ke tanah. Kadangkadang larva juga menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang
tomat. Tanaman inang utama ulat buah adalah tomat, tembakau, jagung, dan
kapas. Tanaman inang lainnya misalnya kentang, kubis, kacang-kacangan.
4. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Class : Insecta, Ordo : Lepidoptera,
Family : Noctuidae, Genus : Plusia, Spesies: Plusia chalcites.
Ulat jengkal memiliki beberapa nama daerah seperti ulat lompat, ulat
kilan, ulat jengkal semu dan ulat keket. Spesies ulat jengkal yg menyerang kacang
panjang adalah Plusia chalcites esper atau Chrydeixis chalcites esper. Ciri-ciri
tubuhnya berwarna hijau dan terdapat garis berwarna lebih muda pada sisi
sampingnya. Panjang tubuhnya sekitar 2 cm. Ciri khasnya adalah berjalan dengan
melompat atau melengkungkan tubuhnya. Lama masa ulat 2 minggu sebelum
menjadi kepompong. Imagonya berupa ngengat yang mampu bertelur sampai
1000 butir. Telurnya berbentuk bulat putih. Telur-telur terdapat di permukaan
bawah daun yang akan menetas setelah 3 hari.

Ulat jengkal menyerang daun muda maupun tua. Ulat ini juga menyerang
pucuk tanaman dan polong muda. Daun pada mulanya tampak berlubang-lubang
tidak beraturan. Pada tahap selanjutnya, tinggal tersisa tulang-tulang daun saja.
Pada tingkat berat, daun akan habis sehingga menimbulkan kerugian cukup besar.
5. Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Homoptera,
Famili : Aphididae , Genus : Aphis, Spesies : Aphis craccivora.
Bioekologi : Sifatnya partenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi
nimfa tanpa terjadi pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya. Lama
hidupnya antara 13 - 18 hari dengan 4 - 8 kali instar. Nimfa yang baru terbentuk
langsung mengisap cairan tanaman secara bergerombol. Nimfa dewasa berwarna
hitam dan berkilau. Antenenya lebih pendek dari pada abdomen. Betina menjadi
dewasa setelah berumur 4 - 20 hari. Panjang tubuh yang bersayap rata-rata 1,4
mm dan yang tidak bersayap rata-rata 1,5 mm. Mulai menghasilkan keturunan
pada umur 5 - 6 hari dan berakhir sepanjang hidupnya.
Stadia yang merusak adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap
pada bagian daun permukaan bawah, kuncup, batang muda. Tanaman yang
terserang akan terhambat pertumbuhannya menjadi lemah dan kehilangan warna
daun, mengkerut dan akhirnya menyebabkan penurunan hasil produksi. Serangan
berat pada fase pembungaan atau pembentukan polong dapat menurunkan hasil
panen. Selain itu, kutu daun kacang juga merupakan vektor penyakit virus
(CAMV).

Tanaman Inang Kacang panjang dan jenis tanaman kacang - kacangan


lainnya (Leguminoseae), kapas-kapasan (Malvaelae), waluh-waluhan
(Cucurcitaceae), dll.
6. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Noctuidae, family
: Lepidoptera, Genus : Spodoptera, Spesies: Spodoptera litura.
Serangga ini berkembang secara metamorfosis sempurna. Perkembangan
S. litura terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Hama ini
bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas. Pada umur 2
minggu, panjang ulat sekitar 5cm. Ulat berkepompong di dalam tanah,
membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan
panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium
telur 2-4 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20-46
hari. Lama stadium pupa 8-11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan
2.000-3.000 telur. Ulat grayak tersebar luas di Asia, Pasifik, dan Australia.
Gejala serangan, Larva yang masih muda merusak daun dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva
instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang polong.
Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak
dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan
buah habis dimakan ulat.
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan
menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat. serangan ulat yang masih kecil
mengakibatkan bagian daun yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang

daunnya saja. Ulat yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat
mengakibatkan tanaman menjadi gundul.
7. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Coleoptera, family
: Brunchidae, Genus : Callosobruchus, Spesies: Callosobruchus maculates.
Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam
gudang. Tarsi tampaknya 4-4-4, tapi sesungguhnya 5-5-5. Tubuh oval, bagian
belakang lebar, warna hitam atau coklat dengan bintik-bintik. Dari atas kepala
tersembunyi elytra pendek tidak sampai ujung abdomen. Serangga ini merupakan
family dengan jumlah yang relatif sedikit. sepanjang hidupnya larva berada dalam
biji-bijian, dewasa sebagian ditemukan dibunga-bunga.
Gejala yang disebabkan Biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai
90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman
tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak
jagung 10 cc/kg biji.
8. Ulat bunga (Maruca testulalis)
Klasifikasi : Filum : Arthropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Lepidoptera,
family : pyralididae, Genus : Maruca, Spesies: Maruca testulalis.
Hama ini tersebar di daerah tropis, ia menkhususkan diri menyerang
tanaman family Leguminosae. Termasuk dalam daftarnya buncis, kacang panjang,
tanaman penutup tanah Crotalaria, dan kacangan. Larva menyerang ovarium
bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda, dan tunas.
Ukuran larva berwarna hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm.
Selanjutnya ia akan membentuk pupa di dalam tanah.

Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas atau mengeluarkan polong.


Siklus hidup Ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 35 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan
polong. Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari ,
ini merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini. Setelah umur
6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari
untuk menjadi serangga dewasa.
Gejala yang disebabkan Bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong
muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin
dengan jaring mirip jaring laba-laba, kalau di buka, didalamnya tampak sosok
larva.
B. PENYAKIT TANAMAN KACANG-KACANGAN
1. BERCAK DAUN CERCOSPORA
Gejala Penyakit yaitu Gejala pertama muncul 10 hari setelah inokulasi
berupa lesio kecil klorotik; lesio semakin meluas hingga diameter 1 10 mm
berwarna semakin gelap. Sporululasi patogen terjadi pada bercak yang telah
berkembang penuh biasanya 15 hari setelah inokulasi. Gejala berbeda tergantung
dari spesies patogen (Cercospora arachidicola dan C. personata). Inang kedua
patogen ini hanya kacang tanah.
C. personata bercak relatif lambat muncul, berukuran lebih kecil, berwarna
coklat gelap sampai hitam, halo tidak begitu jelas, sporulasi cendawan lebih
banyak di permukaan bawah daun. C. personata membentuk konidia lebih pendek
dan gemuk bersekat 1-7.
C. arachidicola bercak relatif lebih dulu muncul, berukuran lebih besar,
berwarna kekuningan, mempunyai halo lebih jelas, sporulasi cendawan lebih

banyak di permukaan atas daun. C. arachidicola membentuk konidia lebih panjang


dan ramping bersekat 2-12.
Penyebab Penyakit yaitu Sumber inokulum dapat berupa konidia atau
miselium pada sisa tanaman. Inokulum ini dapat disebarkan oleh angin, air hujan,
serangga dan alat pertanian. Bila temperatur diatas 19C dan kelembaban diatas
95%, konidia berkecambah, menetrasi jaringan tanaman melalui stomata atau
secara langsung. Miselium tumbuh inter atau intraseluler. C. personata
membentuk haustorium tetapi C. arachidicola tidak. Defisiensi magnesium dapat
mengakibatkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Pemupukan berat
dengan N dan P dapat memperberat serangan, sedangkan K dapat menurunkan.
Penyakit layu bakteri merupakan penyakit penting pada tanaman kacang
tanah, tomat, dan kentang. Penyakit tersebut disebabkan oleh Ralstonia
solanacearum yang bisa menempel pada lebih 200 jenis tanaman inang.
2. KARAT DAUN (RUST)
Karat Daun adalah penyakit penting secara ekonomi di negara-negara
penghasil kacang tanah; menyebabkan kehilangan hasil yang cukup signifikan
terutama bila serangannya bersama-sama dengan penyakit bercak daun
cercospora. Terjadinya penyakit sebelum atau di awal fase generatif tanaman
menyebabkan pengurangan pengisian polong.
Gejala Penyakit yaitu Karat mudah dikenali jika pustul berwarna orange
yang merupakan uredia cendawan terlihat di permukaan bawah daun; bila pustul
pecah maka keluar masa uredospora berwarna coklat agak kemerahan.
Uredospora penting untuk infeksi sekunder; pada kultivar rentan, di sekitar
pustul muncul pustul sekunder, atau bahkan di permukaan atas daun. Disamping

pada daun, gejala karat juga dapat timbul di seluruh bagian tanaman di atas
permukaan tanah kecuali bunga, daun-daun yang terserang karat tetap menempel,
tidak gugur lebih awal
Penyebab Penyakit yaitu Puccinia arachidis membentuk uredospora bulat
agak lonjong, berduri, coklat kemerahan. Teliospora umumnya bersel dua tetapi
ada yang bersel satu, tiga atau empat Inang terbatas hanya pada genus Arachis dan
inang fase piknium dan aesium belum ditemukan. Uredospora adalah satu-satunya
propagul untuk penyebarannya. Teliospora tidak berfungsi sebagai propagul
karena segera berkecambah setelah mencapai ukuran dewasa tanpa dormansi.
Patogen dapat bertahan antar musim tanam pada tanaman kacang tanah
yang tertinggal di lahan. Penyebaran jarak jauh melalui uredospora yang
diterbangkan angin, atau melalui sisa tanaman, polong dan benih yang
permukaannya terinfestasi uredospore. Penyebaran antar tanaman dibantu oleh
angin, air hujan, dan serangga. Infeksi terjadi bila terdapat air bebas di permukaan
tanaman (20-30C), kelembaban 87% (23-24C) sesuai untuk perkembangan
penyakit; kelembaban di bawah 75% (di atas 26C) menghambat infeksi.

3. BELANG DAUN (MOTTLE)


Gejala Penyakit yaitu Gejala belang dapat disebabkan oleh Peanut mottle
virus (PeMoV) maupun Peanut stripe virus (PStV). Gejala pada daun muda
berupa belang (mottle) atau mosaik hijua tua tidak teratur. Pada daun tua gejala
tidak jelas. Kadang-kadang gejala oleh PStV berupa garis putus-putus berwarna
hijau gelap (stripe). Tetapi umumnya gejala kedua virus ini sukar dibedakan.

Gejala muncul pada helaian anak daun dengan terdapatnya gambaran


belang-belang yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda. Ukuran daun
tidak banyak berbeda dari daun yang sehat. Infeksi yang terjadi pada waktu
tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin
klorosis. Penyimpangan anatomi juga terdapat pada lembaga atau embrio biji
tanaman sakit. Sel-sel lembaga menjadi tidak teratur dan mempunyai ukuran lebih
kecil (Rusli, 1985). Penyakit tidak mengurangi berat, gaya kecambah, dan ukuran
biji, tetapi mengurangi jumlah polong, jumlah biji dan berat kering biji. Makin
awal terjadinya infeksi, pengurangan semakin besar (Sumarno, 1987).
Penularan virus secara mekanik, oleh kutu-kutu daun dan oleh biji tanaman sakit.
Penyakit dapat ditularkan oleh kutu daun Aphis craccivora yang umum terdapat
pada kacang tanah dan kacang panjang. Virus bersifat non persisten (tidak
diturunkan dari induk ke anaknya). Kutu yang mengandung virus sudah dapat
menularkan virus ke tanaman sehat bila dibiarkan menghisap selama 3 menit.
Oleh kutu daun PMoV dapat ditularkan ke tanaman kedelai dan sebaliknya.
Sebagian dari biji tanaman sakit (kurang lebih 27,5%) tumbuh menjadi tanaman
sakit.
Penyebab Penyakit yaitu PeMoV dan PStV termasuk potyvirus;
mempunyai partikel panjang (700 mm) lentur; membentuk badan inklusi berupa
cakra serta dapat ditularkan secara mekanik, melalui benih (8.5% PeMoV; 37%
PStV bila infeksi sebelum fase pembungaan) dan beberapa spesies aphis (Aphis
craccivora, A. gossypii, Myzus persicae, Rhopalosiphum padi, R. maidis) secara
nonpersisten
4. LAYU BAKTERI

Kacang tanah umumnya kurang rentan dibandingkan tomat, kentang,


tembakau dan terung. Insiden penyakit 4-8% pada kultivar kacang tanah resisten
dan 10-30% pada yang rentan.
Gejala Penyakit yaitu Gejala awal berupa kelayuan tidak permanen,
tanaman segar kembali malam atau pagi hari. Daun yang layu melengkung ke
atas. Gejala ini diikuti oleh kematian sebagian atau seluruh cabang dalam satu
tanaman. Jaringan xylem dan pith mengalami perubahan warna. Pada kondisi ini
sistem perakaran tidak berfungsi sehingga tanaman layu dan mati.
Gejala pertama pada waktu tanaman berumur 2 minggu. Tanaman layu
dengan tiba-tiba, sedemikian cepat sehingga daun tanaman masih tetap berwarna
hijau. Tanaman seperti tersiram air panas, sehingga sering juga disebut dengan
hama wedang (wedang = air panas). Pada serangan yang lebih ringan terjadi
kelayuan sepihak dan kadang-kadang tanaman yang sakit dapat sembuh kembali.
Tanaman yang sakit layu selalu mempunyai sejumlah akar yang busuk. Populasi
bakteri dalam tanah akan berkurang bila tanah dikeringkan dengan kata lain R.
Solanacearum menyukai tempat yang berkelembaban tinggi. Kemungkinan besar
bakteri memencar karena terbawa oleh alat-alat pertanian seperti bajak dan
cangkul. Pada umunya R.solanacearum hanya mengadakan infeksi melalui lukaluka. Luka-luka pada akar dapat terjadi karena serangga dan nematoda (Fitri,
2010).
Penyebab Penyakit yaitu Bila akar dipotong dan dicelupkan dalam air
bening maka terlihatlah ooze putih yang merupakan masa sel bakteri.
Pseudomonas solanacearum adalah patogen tular tanah. Kelembaban tanah yang
tinggi membantu bakteri untuk bertahan. Suhu tanah 22-33C optimum untuk

perkembangan penyakit. Disamping tanaman sakit, benih yang terinfeksi juga


dapat berfungsi sebagai inokulum awal di lapangan. Dilaporkan penularan melalui
benih 5-15%, tetapi daya tahan bakteri cepat menurun bila kelembaban benih di
bawah 9%.
5. LAYU PYTHIUM
Gejala Penyakit yaitu Dilaporkan terdapat di negara-negara penghasil
kacang tanah; kerugian bervariasi 0-80% tergantung isolat patogen dan varietas
kacang tanah. Gejala layu muncul karena sistem perakaran, terutama jaringan
pem-buluh telah terinfeksi Tanaman layu permanen mempunyai perakaran jauh
lebih sedikit. Infeksi pada fase generatif menyebabkan polong mengalami
pembusukan.
Penyebab Penyakit yaitu Pythium myriotylum (lebih dominan dari P.
aphanidermatum, P. debaryanum, dan P irregulare) adalah cendawan penghuni
tanah, dapat hidup sebagai saprofit. Oospora adalah struktur bertahan; sporangium
berumur pendek . Inokulum dapat disebarkan aliran air erosi atau alat pertanian.
6. BUSUK BATANG SCLEROTIUM
Gejala Penyakit yaitu mula-mula timbul pada batang atau daun dekat
permukaan tanah. Biasanya pada bagian ini terdapat kumpulan miselium putih dan
sklerotium. Sclerotium rolfsii menghasilkan oxalic acid, suatu phytotoxin
penyebab warna ungu pada polong dan klorosis atau nekrosis pada daun. Pada
kondisi lingkungan optimum, miselium tumbuh dengan cepat bahkan dapat
sampai ke tanaman di sebelahnya. Sklerotium (0,5-2,0 mm) yang dibentuk pada
mulanya berwarna putih kemudian menjadi coklat gelap. Sklerotium yang

tertanam di dalam tanah dapat bertahan sampai satu tahun, tetapi bila di atas
permukaan tanah dapat sampai beberapa tahun.
Gejala layu mendadak merupakan gejala pertama yang timbul. Daun-daun
yang terinfeksi mula-mula berupa bercak bulat berwarna merah sampai coklat
dengan pinggir berwarna coklat tua, kemudian mengering dan sering menempel
pada batang mati. Gejala khas patogen ini adalah miselium putih yang terbentuk
pada pangkal batang, sisa daun dan pada tanah di sekeliling tanaman sakit.
Miselium tersebut menjalar ke atas batang sampai beberapa centimeter (Ratu, A.,
2011).
7. SAPU (WITCHES BROOM)
Gejala Penyakit yaitu Tanaman yang terserang mempunyai cabang lateral
atau cabang yang tumbuh pada buku-buku batang/cabang dalam jumlah banyak.
Ginofor mengalami geotropi negatif atau tumbuh ke atas Cabang lateral ini
ruasnya pendek, daun-daun yang tumbuhpun kecil-kecil sehingga penampakan
tanaman seperti sapu.
Penyebab Penyakit yaitu Phytoplasma adalah organisme satu sel, tidak
mempunyai dinding sel sehingga bentuknya berubah-ubah. Di dalam tanaman,
phytoplasma terbatas pada jaringan phloem. Wereng Orosius argentatus adalah
vektor yang efektif menyebarkan di lapangan
Penyakit ditularkan oleh wereng (Orosius argentatus). Serangga tersebut
dapat menularkan penyakit sapu dari kacang tanah ke kacang tanah lain meskipun
presentase hasilnya rendah. Selain ditularkan Orosius argentatus juga dapat
ditularkan oleh Aphis craccivora. Penyakit sapu biasanya berkembang pada
pertanaman monokultur selama musim tanam yang dilakukan.

Penyakit sapu ini selain dapat menyerang kacang tanah juga dapat
menyerang tanaman kara pedang (Canavalia ensiformis), cabai (Capsium anuum),
kacang hijau (Phaseolus radiatus), kacang panjang (Vigna sinensis), dan tanaman
lain yang berbunga kupu-kupu (Semangun, 1993).

III. PENUTUP
A. Simpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai