Anda di halaman 1dari 24

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak

dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta.

Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal ini

menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika

Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar

di dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman

sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.

Pada awalnya bangsa Portugis mengenal tanaman kelapa sawit saat

melakukan perjalanan ke Pantai Gading (Ghana). Mereka heran ketika menyaksikan

penduduk setempat menggunakannya untuk memasak dan sebagai bahan kecantikan.

Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai

tanaman hias sekitar tahun 1848. Daerah pertama di Indonesia yang diketahui sangat

cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit ini adalah Sumatera Utara.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan

perkebunan kelapa sawit. Di pulau Sumatera saja hingga tahun 1920 sudah puluhan

perusahaan perkebunan yang menanam kelapa sawit. Masa suram bagi tanaman

kelapa sawit sempat terjadi pada waktu penjajahan Jepang, yang mengakibatkan

kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan. Hal itu menyebabkan pabrik-

pabrik pengolahan tidak lagi berproduksi.

Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa

sawit. Upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit dilaksanakan dengan

jangkauan daerah penanaman meluas ke luar dari daerah serta kelapa sawit

sebelumnya, yaitu dengan membangun perkebunan-perkebunan baru di Kalimantan,


2

Sulawesi, dan Papua. Data menunjukkan kecendrungan peningkatan luas areal

perkebunan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat.

Kelapa Sawit merupakan komoditas yang penting karena kebutuhan akan

minyak goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Minyak kelapa sawit merupakan sumber

devisa negara yang sangat potensial karena tidak semua negara dapat

memproduksinya. Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik

pada kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan termasuk daerah Riau

merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.

Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan

Perkebunan Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan Rakyat,

membawa imflikasi baru, mulai dari persediaan lahan, perbaikan infrastruktur ,

dampak lingkungan, sehingga penyediaan sumber daya manusia.

Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun

1969. Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan

totak produksi minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan

produksi minyak sawit Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2005. Tetapi

disayangkan pertambahan luas areal tidak dibarengi dengan peningkatan

produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah standar.

Didaerah-daerah di Riau Areal perkebunan kelapa sawit yang diusahakan

oleh rakyat secara pribadi makin bertambah. Seperti di daerah Desa Pulau Aro Teluk

Kuantan Riau sudah berkembang sejak tahun 2004 dengan dibentukkan kelompok

tani perkebunan kelapa sawit dengan anggota sebanyak 42 Orang dengan luas lahan

lebih kurang 87 ha. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran ( 2) , perkebunan

ini pada saat ini tidak semuanya berhasil . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
3

beberapa faktor antara lain Kurangnya pengetahuan tentang teknik budidaya

tanaman kelapa sawit baik tentang bibit yang baik cara perawatan.

Produk akhir yang diharapkan dari budidaya kelapa sawit yaitu ton

TBS( Tandan Buah Segar ) yang tinggi. Untuk memperoleh hasil tersebut, maka

harus dilakuakan persiapan dan teknik panen yang benar sesuai umur dan keadaan

tanaman di lapangan. Kegiatan panen dilaksanakan pada tanaman muda, dewasa dan

juga tanaman tua hingga tanaman berumur 25 tahun

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pengolahan teknologi pasca panen kelapa sawit

diantaranya:
1. Untuk mengetahui teknik pemeliharaan pembibitan main nursery pada

tanaman kelapa sawit.


2. Untuk mengetahui teknik pemindahan tanaman kelapa sawit dari main

nursery ke lapang.
3. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kelapa sawit.

II. TINJAUAN PUSTAKA


4

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) berasal dari Afrika Barat.

Tetapi ada sebagian berpendapat justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena spesies kelapa sawit banyak

ditemukan di daerah hutan Brazil dibandingkan Amerika. Pada kenyatannya tanaman

kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti malaysia, Indonesia,

Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan, mampu memberikan hasil produksi perhektar

yang lebih tinggi (Fauzi, 2012).

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

colonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit

yang dibawa dari Maritius dan Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada

tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien

Haller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit

di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai

lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan

Aceh. Luas areal perkebunannya saat itu sebesar 5.123 ha. Indonesia mulai

mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa,

kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.

Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2012), sebagai berikut:


5

Divisi : Embryophyta Siphonagama, Kelas: Angiospermae,Ordo :

Monocotyledonae, Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae), Subfamili :

Cocoideae, Genus : Elaeis, Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh

di daerah antara 120 Lintang Utara 120 Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang

dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata

sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari

dan suhu optimum berkisar 240 C - 380 C. Ketinggian di atas permukaan laut yang

optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006).

Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan

vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif

pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap

laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu,

suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200 C

disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata

tahunan sebesar 22 C - 230 C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika.

Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor

iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin

ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan

dengan jaminan ketersediaan air .

Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman

kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa

menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan

terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N). Karena itu,
6

drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan

lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).

Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 20

meter. Tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina

terdapat pada satu pohon. Bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga

betina. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina

terlihat lebih besar dan mekar (Setyamidjaja, 2006).

Akar tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Jika aerasi

cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam

tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m. Batang

tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun

pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan

tanaman kelapa. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian

pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua

sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung

daun. Buah kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu eksokarp, perikarp,

mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 50 %

minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten. Buah sawit

mempunyai warna bervariasi mulai dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit

yang digunakan (Sunarko, 2008).

Menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas,

diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama

pelaksanaan di lapang.Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai

dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.


7

Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus

bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan

tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang

direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit.

Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang

lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat),tebal 0,11 mm

dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah

atas yang telah diayak sebanyak 15 30 kg per polybag, disesuaikan dengan

lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit.

Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada

permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri

tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan,

dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak

misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm (Setyamidjaja, 2006).

Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium

Sp). Bagian diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati

mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian

dengan cara pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim

kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006).

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari

Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di kebun Raya Bogor.Pada tahun 1911,

kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial. Perintis usaha

perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Budidaya
8

yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa

sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di

Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.

Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun

1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan

Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi

ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang,

perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami

penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak

sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal

pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.Pada tahun 1957,

setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih

perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya

produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manajemen

perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan

kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manajemen dalam

perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak

kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai

pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia (Wiharni,1990).

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan

dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong

pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan

mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton.

Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama
9

perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan

program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) (Wiharni,1990).

Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar

serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga

terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

mendapatkan tambahan aerasi.Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun

majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih

muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri

yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga

umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas

sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. (Wiharni,1990).


10

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Pratikum Mata Kuliah Teknologi Pasca Panen ini dilaksanakan di PTPN V,

Kebun Tandun, Kab. Kampar pada tanggal 9 April 2016 dari pukul 07:00 WIB

sampai dengan pukul 17:00 WIB.

B. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum adalah biji sawit, polybag,

tanah organic, cangkul, gembor serta alat tulis dan kamera.


C. Subjek dan Objek
1. Subjek

Dalam praktikum ini yang menjadi subjek adalah Manajer, Staff, dan

Karyawan PTPN V.

2. Sedangkan yang menjadi Objek dalam praktikum ini adalah kelapa sawit

perkebunan PTPN V.
D. Teknik pengumpulan data
1. Data primer
Data yang dihasilkan dari wawancara dengan staff PTPN V Perkebunan

Tandun.

2. Data sekunder

Data yang dihasilkan dari literatur tambahan seperti buku, internet, dan lain-lain.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil PTPN V

PT Perkebunan Nusantara V (Persero), disingkat PTPN V, dibentuk

berdasarkan PP No. 10 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang


11

berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan

kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP II, PTP IV dan PTP V.

PTPN V mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet dan kakao dengan areal

konsesi seluas 90.492,70 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas

57.979,69 ha, karet 14.322 ha dan kakao seluas 1.224 ha. Selain penanaman

komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN V juga mengelola areal Plasma milik petani

seluas 74.526 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 56.665 ha dan tanaman karet

17.861 ha. Disamping itu PTPN V mengelola 2 unit usaha Rumah Sakit.

B. Teknik Budidaya Kelapa Sawit


a. Pembibitan

Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah

lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag

harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah

berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindah tanamkan.

Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang

berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah

dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi

segitiga sama sisi dengan jarak 90 x 90 cm.

Tabel: 1. Seleksi kecambah

No Kegiatan Jumlah (%)


1 Seleksi kecambah 2,5%
2 Seleksi di pre nursery 10%
3 Seleksi di main nursery 15%
4 Cadangan (untuk penyisip) 5%
12

Tabel: 2. Jumlah Bibit Kelapa Sawit

Umur Bibit
Di tanam ke
Jarak bibit Jumlah bibit setiap hektar Lapangan
(cm) (bulan)
sama sisi
Koson Thinning Out
Bibit Jumlah Jumlah
g 10% (15%)

100 x 100 12.500 1.250 11.250 1.650 9.350 14


90 x 90 13.888 1.389 12.499 1.875 10.625 12
85 x 85 14.705 1.471 13.234 1.950 11.050 10
80 x 80 15.625 1.562 14.063 2.100 11.900 9
75 x 75 16.666 1.666 15.006 2.250

Sumber: Publikasi PPKS, Pengantar Manajemen Kelapa Sawit

1.1 Pemeliharaan Pembibitan

Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau

disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan

mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9

bulan. Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :

Pupuk Makro

15-15- Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8

6-4 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr)

12-12- Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr),

17-2 minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).

12-12- Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29

17-2 & 31 (8gr)


13

POC Mulai minggu ke 1 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu

NASA sekali).

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPERNASA 1-3 kali

dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4

liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml

larutan induk tadi untuk penyiraman.

b. Teknik Penanaman

Penanaman kecambah dilakukan tergantung dari waktu pengiriman dan

musim. Pada umumnya penanaman kecambah dilakukan pada musim hujan, tetapi

dapat juga dilakukan pada musim kemarau dan yang terpenting adalah kebutuhan

akan air dapat terpenuhi. Penanaman kecambah ditanam pada hari itu juga pada saat

kecambah baru tiba dipembibitan, jika dipaksa dapat ditanam pada hari berikutnya,

yang terpenting kecambah harus disimpan pada tempat yang aman, sejuk dan

packingnya tidak boleh dibuka. Sebelum ditanam kecambah ditimbang, dihitung

kembali dan dilakukan penyeleksian kecambah yang akan afkir akibat Berjamur,

busuk dan patah.

Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpang sari. Tanaman penutup tanah

(legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena

dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi,

mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman

pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan

segera setelah persiapan lahan selesai.

1.1 Pembuatan Lubang Tanam.


14

Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm

sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak

9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m

dari sisi lereng.

1.2 Cara Penanaman.

Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur.

Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati

dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah di

kembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran

tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara

merata dengan dosis 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4

tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan supernasa.

Adapun cara penggunaan supernasa adalah sebagai berikut: 1

botol supernasa diencerkan dalam 2 liter 2000 ml) air dijadikan larutan induk.

Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap

pohon.

C. Pemeliharaan Tanaman
1.1 Penyulaman dan Penjarangan

Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar

135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.

1.2 Penyiangan

Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

1.3 Pemupukan

Anjuran pemupukan sebagai berikut :

Tabel : 3. Pupuk Makro


15

225 kg/ha
Urea 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
dan 36. 1000 kg/ha
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60
dst.

115 kg/ha
TSP 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
dan 36 750 kg/ha

2. 2. Bulan ke 48 & 60

200 kg/ha
MOP/KCl 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 1200 kg/ha
dan 36.
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst

75 kg/ha
Kieserite 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
dan 36.
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 600 kg/ha

20 kg/ha
Borax 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30
dan 36.
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 40 kg/ha

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September -

Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April). POC NASA.

a. Dosis POC NASA mulai awal tanam.


b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal

memakai POC NASA.

Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4

tutup/ pohon.
16

Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon

Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPERNASA 1-2

kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman.

1.4 Pemangkasan Daun

Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:

1. Pemangkasan pasir. Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk

waktu tanaman berumur 16-20 bulan.


2. Pemangkasan produksi. Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk

(songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.


3. Pemangkasan pemeliharaan. Membuang daun-daun songgo dua secara rutin

sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.


1.5 Kastrasi Bunga. Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh

pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.

1.6 Penyerbukan Buatan

Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan

buatan oleh manusia atau serangga.

a. Penyerbukan oleh manusia. Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada

bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk

sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik

kemerah-merahan dan berlendir.

Cara penyerbukan:

1. Bak seludang bunga.

2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari

pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan

serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.


17

b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit.

Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan.

Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah

tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar

15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

1.7 Pengendalian Hama dan Penyakit

a. Hama Tungau Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang

adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian:

Semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Ulat Setora Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.

Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan

dengan Pestona.

a. Root Blast

Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar.

Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi

pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air

irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan.

Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning

Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun.

Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun,

daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.

Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.


18

c. Dry Basal Rot

Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah

mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.

Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida

alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan

tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan

herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat

Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

1.8 Teknik Replanting (Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit)

Penanaman kembali suatu unit kebun yang telah mencapai umur ekonomis

tanaman. Berikut ini adalah kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawit (replanting)

dengan sistim tumbang cincang yang dilakukan di. Sensus dilaksanakan 3 bulan

sebelum operasional replanting. Desain Blok, Bertujuan untuk mengetahui kondisi

awal blok, dalam merancang jenis pekerjaan yang diperlukan seperti

pembuatan Jalan, Jembatan, Culvert, Parit, dan Teras. Serta menentukan Budget

yang diperlukan sebagai langkah awal memudahkan pekerjaan. Tumbang/Cincang,

Pokok ditumbang dan dicincang dengan ketebalan 10 cm, Sayatan melintang 45 s/d

6O dan perakaran sawit digali. Hasil cincangan dirumpuk di bibir teras. Melubang

Pangkal Pokok, Semua bonggol dan jaringan perakaran harus diangkat dari dalam

lubang, Ukuran lubang 2m x 2 m x 1,2 m. Lubang dibiarkan selama 2 minggu,

kemudian ditutup kembalibertujuan untuk menghindari penyebaran Ganoderman.

D. Tanaman layak Panen


19

Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.

Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah

matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan

matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang

beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang

beratnya 10 kg atau lebih.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sistem pembibitan yang dilaksanakan di PTPN V adalah sistem dua tahap

yaitu sistem pembibitan awal (pr nursery) dan pembibitan utama (main nursery)..
Manajemen yang digunakan dalam pembibitan di PTPN V terdiri dari

perancanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan telah berjalan dengan

baik dan mengikuti sesuai yang telah direncanakan oleh perusahaan.


Kegiatan pelaksanaan pembibitan tanaman kelapa sawit di perusahaan PTPN

V afdelling III tidak terlepas dari hambatan-hambatan atau masalah yang harus

dihadapi, misalnya manajemen pembibitan yang kurang baik, masih banyaknya

jumlah bibit yang tidak bisa didistribusilan keareal penanaman, pemupukan yang

tidak tepat waktu, jenis dan cara, banyaknya tanaman yang terserang hama penyakit

dan anggaran pemeliharaan yang meningkat.

B. Saran
20

Kami berharap kunjungan ini harus tetap dipertahankan kerjasamanya bila

perlu untuk kedepannya dilakukan kerja sama yang lebih serius lagi, seperti

pengiriman mahasiswa untu magang ke perusahaan PTPN V Kebun Tandun, dapat

melakukan penelitian khusus komoditi kelapa sawit, dan agar mahasiswa dapat lebih

mendalami lagi bagaimana proses dari penanganan pasca panen kelapa sawit.
Lokasi pembibitan sebaiknya dekat dengan sumber air, agar biaya yang

dikeluarkan tidak terlalu besar, dan mempermudah dalam penyiraman bibit. Kegiatan

penjarangan sebaiknya cepat dilakukan sedini mungkin pada areal pembibitan

mengingat umur tanaman yang terus bertambah dan dikhawatirkan akan memberikan

dampak buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Indra. 2009. Buku Pedoman Kerja Pabrik Kelapa Sawit. Medan-Indonesia:PT.


Perkebunan Nusantara II (PERSERO) Tanjung Morawa

Basyar, A. Hakim. 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit Blunder Ketiga


Kebijakan Sektor Kehutanan, Jakarta E-law Indonesia dan CePAS, 1999.

Departemen Pertanian RI, Peluang Penanaman Modal di Sektor Pertanian. Jakarta


Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981.

Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, 1987.Pedoman Bercocok Tanam Kelapa


Sawit. Jakarta Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, 1987.

Syamsul. 1996. Bercocok Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah


mada University Press.

Edi, 1997. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisus. Yogyakarta.


Harahap. I. Y., Taufik, C. H., G. Simangunsong, Edy G. S., Yusran, P., Listia, E., dan
S. Rahutomo. 2008. Mucuna bracteata Pengembangan dan Pemanfaatannya
di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan
.
Keteran, S.1986.Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta.UI Press

Kiswanto.2008. Teknik Budidaya kelapa Sawit. Balai Pengkajian Teknologi


Pertanian Lampung. Lampung.
21

Lubis. B. 1998. Pengawasan terhadap Efisiensi Pengolahan dan Mutu Minyak


Sawit.Buletin Perkebunan 19 (3) : 83-97.

Meta. 2008. Panen dan Perkiraan Produksi Kelapa Sawit. Politeknik Kelapa Sawit
Citra Widya Edukasi. Bekasi, Jawa barat.

Nurhida. 2004. Teknik budidaya Kelapa Sawit. Swadaya. Jakarta.

Pahan, I.2002.Kelapa Sawit .Jakarta :Penebar Swadaya

Risza,S.1994.Kelapa Sawit.Yogyakarta:Penerbit Konisius.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

Bulan

No Kegiatan April
1 2 3 4

1 Pengarahan Praktikum X
2 Perjalan menuju PTPN V kebun tandun X
Melihat proses kerja Biogas di PKS kebun
3 X
tandun
Melihat proses pemanfaatan limbah kelapa
4 X
sawit untuk Biogas
5 Melihat cara persortiran TBS X
Pengamatan Proses Pengolahan CPO di
6 X
PKS kebun tandun
8 Laporan X
22

Lampiran 3. Dokumentasi Biodata Diri.

Full Name : Lenny Faridhotul Mutmaini


Nick Name : Lenny or Far
Class : IV B
Place, Date of Birth : Ngawi, February 12th 1995
Ages : 21 Years Old
Nasionality : Indonesia
Height : 158 cm
Weight : 46 kg
Religions : Moslem
Address : Marpoyan damai, Pekan baru, Riau

EDUCATION BACKROUND
2001 2007 : 45th Elementary School of Kampar
2007 2010 : Islamic Junior High School HM TRIBAKTI Kediri
2010 2013 : Islamic Senior High School HM TRIBAKTI Kediri
2013 2014 : Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri JATIM
2014 2015 : Univ. Islamic Riau Pekan baru

COURS AND EDUCATION


ITTR (International English Course)
KLC (Korean Language Course)
23

Lampiran 4. Dokumentasi Praktikum.


24

Anda mungkin juga menyukai