”
Written by Danarsi D on May 27, 2017. Posted in Praktikum
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Superfamili : Pentatomoidea
Famili : Plataspididae
Takson ini pertama kali disebutkan sebagai kelompok yang lebih tinggi oleh Dallas (1851-1852).
Fieber (1861) menggunakan nama Arthropteridae, Kirkaldy (1909) menggunakan nama
Coptosominae, dan Leston (1952) menggunakan nama Brachyplatidae. Warna, pembesaran
skutelum, dan lipatan sayap dari serangga ini menunjukkan hubungannya dengan famili Aphylidae,
Canopidae, Lestoniidae, Megarididae, dan Scutelleridae.
Bentuk dan
Ukuran
Ukuran serangga Plataspididae umumnya cukup kecil, dengan panjang 2,5 – 7 mm dan sering
ditemukan dalam kelompok-kelompok kecil pada batang, tunas muda dan bunga pada tanaman
inang. Genus Coptosoma memiliki ukuran tubuh 2,5 – 5 mm, hampir berbentuk lingkaran, dan
Brachyplatys dengan ukuran 5 – 7 mm. Sayap depan lebih panjang dibandingkan dengan tubuhnya,
dan dapat dilipat secara melintang di bawah skutelum. Antena terdiri atas 4 ruas dan tarsi 2 ruas.
Kunci Determinasi
Genus Coptosoma memiliki ciri yaitu oceli yang terdapat di dekat mata; rasio jarak antara mata dan
oceli terhadap jarak interocellar kurang dari 1:2; sterna abdominal biasanya cembung; kepala
biasanya sempit, kira-kira 0,3-0,5 kali lebih lebar dari pronotum; dan dasar skutelum
(pseudoskutelum) biasanya muncul.
Genus Brachyplatys memiliki ciri oceli yang terletak saling berdekatan, rasio jarak antara mata dan
oceli terhadap jarak interocellar lebih besar dari 1:2; sterna abdominal tidak atau sedikit cembung;
kepala melintang, biasanya 0,5-0,7 kali lebar pronotum; pseudoskutelum tidak ada atau kurang
berkembang; tubuh rata; warna hitam, kadang-kadang terlihat kuning, sering dengan garis
submarginal kuning di kepala, pronotum dan skutelum.
Tanaman Inang
Serangga ini sebagian besar merupakan herbivora yang memakan bagian floem dengan inang yang
beragam, di antaranya pada tanaman Leguminoceae dan Fabaceae. Serangga ini diketahui
menyerang tanaman turi (Sesbania grandiflora), gamal (Gliricida maculata) dan akasia (Acacia sp.).
Tanaman gamal dan akasia juga berfungsi sebagai tanaman pelindung pada kebun kakao dan kopi.
Tanaman inang yang lain yaitu kacang panjang, kedelai, kacang koro dan tanaman kacang-kacangan
lainnya. Karena kisaran inangnya yang cukup beragam, maka serangga ini berpotensi untuk menjadi
hama penting. Serangan kepik ini dalam jumlah banyak pada bagian pucuk menyebabkan pucuk
menjadi layu dan mati. Serangan yang tinggi akan menyebabkan daun berguguran kemudian mati.
Serangga ini biasanya ditemukan berkelompok pada pangkal ranting dan dapat berpindah ke ranting
yang lain.
Siklus Hidup
Serangga ini mengalami metamorfosis tidak sempurna, tanpa fase pupa. Imago betina meletakkan
telurnya pada batang, ranting muda, daun dan buah secara berkelompok dan tersusun dalam 2 baris.
Sebelum meletakkan telur, serangga betina menyimpan partikel yang berisi simbion yang kemudian
akan dimakan oleh nimfa yang baru menetas. Jumlah telur pada setiap kelompok antara 25-75 butir.
Telur berwarna putih berbentuk seperti tabung dengan panjang 1 mm dan diameter 0,5 mm. Masa
telur berlangsung antara 7-10 hari. Nimfa yang baru keluar berwarna coklat muda dan berangsur-
angsur berubah menjadi coklat tua. Nimfa instar 1 yang baru keluar dari telur akan segera mencari
bakteri simbion yang terdapat pada bagian tengah dan belakang telur. Bakteri ini membantu nimfa
dalam proses pergantian instar ke instar selanjutnya. Nimfa yang kehilangan akses dengan simbion
menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat, ukuran tubuh lebih kecil dan mortalitas yang lebih
tinggi. Nimfa instar 2 sampai instar 4 akan mencari makanan pada pucuk tanaman. Perkembangan
nimfa menjadi imago ditandai dengan perubahan dari instar 1 sampai instar 5. Siklus hidup serangga
ini yaitu sekitar 30 hari.
Trophobiosis
Serangga ini diketahui memiliki hubungan trophobiosis dengan beberapa spesies semut, di
antaranya Componotus brutus (Formicidae) dan Myrmicaria opaciventris (Myrmicinae). Trophobiosis
dalam hal ini merupakan hubungan simbiosis antara semut dengan kepik Plataspididae. Semut
memakan honeydew dengan kandungan gula yang tinggi, yang disekresikan oleh nimfa dan
serangga dewasa. Sementara itu, dengan dimanfaatkannya honeydew oleh semut akan memberikan
perlindungan terhadap musuh alami, seperti predator dan parasitoid, antara lain parasitoid
telur Ooencyrtus sp. (Hymenoptera: Encyrtidae). Hal tersebut dikarenakan honeydew merupakan
sinyal kimia bagi musuh alami terhadap keberadaan mangsanya, sehingga dengan
dimakannya honeydew oleh semut, semakin sulit bagi musuh alami untuk menemukan mangsanya.
Referensi
Gibernau M & Dejean A. 2001. Ant protection of Heteropteran trophobiont against a parasitoid
wasp. Oecologia 126: 53-57.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Maschwitz U, Fiala B, Dolling WR. 1987. New trophobiotic symbioses of ants with South East Asian
Bugs. Journal of Natural History 21: 1097-1107.
Randall T Schuh & James A Slater. 1995. True Bugs of The World (Hemiptera: Heteroptera),
Classification and Natural History. Cornell University Press, Ithaca, New York.