DISUSUN OLEH :
DESI SETYO RINI
LITTA KARINA
NUR AFNI ALVIONITA
PUTRI DIAN SAFIRA
RENDI EKO PUTRA
GURU PEMBIMBING :
MINAR SITUMORANG S.Pd
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan
petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan berupa makalah. Sumber dari makalah ini
berupa dengan informasi yang didapat dari hasil browsing di internet, referensi buku, dan sumber-
sumber lainnya.Diantara sumber-sumber tersebut kami susun, semua informasi dan fakta yang
sesuai dengan makalah ini, sehingga menurut kami data-data di dalam makalah ini sudah cukup
akurat.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang kami temui namun kami
berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini. Akhir kata jika ada sesuatu pada
khususnya kata-kata yang tidak berkenan pada hati pembaca mohon dimaklumi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
PENULIS
.............................................
Belilas, 17 Juli 2018
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang (1)
B. Rumusan masalah (1)
C. Tujuan (1)
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Perkecambahan (2)
B. Tipe – Tipe Perkecambahan (3)
1. Perkecambahan epigeal (3)
2. Perkecambahan hypogeal (4)
C. Metabolisme dan Proses Perkecambahan (5)
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan (7)
1. Faktor dalam (7)
2. Faktor luar (8)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri mahluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Kedua aktifitas kehidupan ini
tidak dapat dipisahkan karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai
pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversibel. Irreversibel maksudnya
tidak dapat kembali pada keadaan awal. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju
kedewasaan. Pertumbuhan pada tanaman terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu
perkecambahan yang diikuti dengan pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.
Perkecambahan merupakan proses munculnya tanaman kecil dari dalam biji. Untuk itu perlu
diketahui bagaimana proses perkecambahan itu terjadi beserta kondisi-kondisi pada kecambah
yang diberikan oleh faktor-faktor penyebab perkecambahan. Perkecambahan biji pada tanaman
dibedakan menjadi perkecambahan epigeal dan hipogeal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses perkecambahan pada biji tumbuhan ?
2. Tipe apa sajakah yang terdapat dalam perkecambahan ?
3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkecambahan ?
4. Bagaimanakah syarat – syarat perkecambahan pada biji tumbuhan
C. Tujuan
1. Mengetahui proses perkecambahan pada biji tumbuhan.
2. Mengetahui tipe – tipe perkecambahan.
3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perkecambahan.
4. Mengetahui syarat – syarat perkecambahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkecambahan
Perkecambahan memiliki banyak arti yang di definisikan oleh banyak ilmuwan.
Misalanya,Perkecambahan adalah munculnya pertumubuhan aktif yang menyababkan pecahnya
kulit biji dan munculnya semai atau benih (Amen, 1963). Perkecambahan merupakan tahap awal
perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam
biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai
kecambah.
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang
memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji
tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula
(Bagod Sudjadi, 2006).
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil
perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio
saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula
tumbuh dan berkembang menjadi akar (Istamar Syamsuri, 2004).
Perkecambahan merupakan sustu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar
menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi
proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis
(Salisbury, 1985).
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula
(calon batang). Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya
radikel menembus kulit benih. Sedangkan para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan
adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan
kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
1. Perkecambahan Epigeal
Ciri utama tipe perkecambahan ini ditandai dengan terangkatnya kotiledon ke atas permukaan
tanah. Hal ini dikarenakan terjadi pemanjangan bagian hipokotil yaitu ruas batang dibawah
kotiledon. Kotiledon dan plumula/bakal daun terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan
tipe ini umumnya terjadi pada biji tanaman Dicotyledoneane
Contoh: Glycine Max (Kedelai)
Vigna Radiata (Kacang Hijau)
Coffea (Kopi)
Phaseolus Vulgaris (Buncis)
Vitis Vinivera (Anggur)
Solanum Lycopersicum (Tomat)
Vigna Unguiculata Sesquipedalis (Kacang Panjang)
Gossypium sp. (Kapas)
Lactuca Sativa (Selada)
2. Perkecambahan Hypogeal
Ciri utama tipe perkecambahan hypogeal ditandai dengan tertinggalnya kotoledon didalam
tanah. Pada perkecambahan hypogeal, bagian yang mengalami pemanjangan adalah ruas batang
di ataas kotiledon atau disebut epikotil sehingga bakal daun atau plumula menembus tanah dan
kotiledon tetap didalam tanah. Perkecambahan hypogeal terjadi pada biji tumbuhan
Monocotyledoneae dan beberapa jenis tumbuhan Dicotyledoneae seperti kacang kapri.
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit
pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut
dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum
terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai
kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan
dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena
cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi
air antara lain:
1. Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan
embrio dan endosperm.
2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh,
dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih
dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd
35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan
ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya
oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002).
Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme
yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan
berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun
untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam
benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari
3 persen.
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis
tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung
pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance
and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi
atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan
cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat
perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap
maupun ada cahaya.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur,
mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama
cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat
kertas, pasir dan tanah.
BAB III
KESIMPULAN
.
Daftar Pustaka
https://luthfifharuq.wordpress.com/
http://www.google.co.id/perkecambahan/25
https://duyiapril.wordpress.com/2015/05/31/makalah-
perkecambahan/
http://mnurcholisnabylateman.blogspot.com/2013/04/c
ontoh-laporan-praktikum-mengenai-tipe.html