Anda di halaman 1dari 6

ULAT GRAYAK (Spodoptera Litura)

klasifikasi,

ordo Lepidoptera,
famili Noctuidae,
genus Spodoptera dan
spesies litura.
Hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas atau banyak inang, sehingga agak sulit di
kendalikan. Strategipengendalian hama yang efektif dapat disusun dengan mem- pelajari bioekologi hama.
BIOEKOLOGI
Perkembangan ulat grayak bersifat metamorfosis sempurna, terdiri atas stadia ulat, kepompong, ngengat
dan telur.

(M

ARIFIN

BALAI

PENELITIAN

PERTANIAN

BOGOR)

Ulat tua bersembunyi di dalam tanah pada siang hari dan giat nenyerang tanaman pada malam hari.
1.

Telur.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun (kadang- kadang tersusun dua lapis), ber
warna coklatkekuningan, . Telur
diletakkan
pada
bagian
daun
atau
bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman inang maupun
bukan
inang.
Bentuk
telur
ber- variasi. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu- bulu tubuh bagian ujung ngengat
betina, berwarna kuning kecoklatan.
Produksi telur mencapai 3.000 butir per induk betina, tersusun atas 11 kelompok dengan rata-rata 25 -200
butir per kelompok. Stadium telur berlangsung selam 3 hari (2;10;12). Setelah telur menetas, ulat tinggal untuk
sementara waktu di tempat telur diletakkan. Beberapa hari kemudian, ulat tersebut berpencaran
2.

Larva
Larva
mempunyai
warna
yang
ber- variasi, memiliki kalung (bulan sabit) berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dankesepuluh .Pada sisi
lateral dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau
hitamkecoklatan, dan hidup berkelompok
(Gambar 1a). Beberapa hari setelah
menetas (bergantung ketersediaan makan- an), larvamenyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya.
Pada
siang
hari,
larva
bersembunyi
di
dalam
tanah
atau tempat yanglembap dan menyerang tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya matahari yang
rendah. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.
Stadium ulat terdiri atas 6 instar yang berlangsung selama 14 hari. Ulat instar I, II dan III, masing-masing
berlangsung sekitar 2 hari. Ulat berkepompong di dalam tanah. Stadia kepompong dan ngengat, masing-masing
berlangsung selama 8 dan 9 hari. Ngengat meletakkan telur pada umur 2-6 hari.
Ulat muda menyerang daun hingga tertinggal epidermis atas dan tulang-tulang daun saja. Ulat tua merusak
pertulangan daun hingga tampak lobang-lobang bekas gigitan ulat pada daun.

Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah Agrothis ipsilon, namun terdapat perbedaan yang cu
kup mencolok, yaitupada ulat grayak terdapat tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap
memanjang. Pada umur 2 minggu, panjangulat sekitar
5 cm. Ulat berkepompong di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemera
handengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur
24 hari). Stadium larva terdiri atas 5instar yang berlangsung selama 20-46 hari. Lama stadium pupa 8-11 hari.

ulat grayak pada cabe

3.

Ngengat

Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur. Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau
keperakan, dansayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam . Kemampuan terbang ngengat pada malam h
ari mencapai 5 km
Gejala Serangan

serangan pada kedele

serangan pada kubis

Ulat Grayak ini merupakan hama pada hampir semua tanaman baik dari tanaman pangan seperti padi,kedele dan
jagung, juga pada tanaman hortikultura seperti cabe, kubis, kacang panjang dan lainnya. Ulat grayak juga
menyerang tanaman perkebunan seperti tembakau. Bahkan ulat ini juga menyerang berbagai macam
gulma seperti Limnocharis sp., Passiflora foetida , Ageratum sp.,Cleome sp., Clibadium sp., dan Trema sp.
Serangan
Ulat
ini
terjadi
pada
stadium
larva
(ulat).
Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermisbagian atas (transparan) dan tulang
daun.
Larva
instar
lanjut
merusak
tulang
daun dan kadangkadang menyerang polong. Biasanyalarva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak da
n berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanamangundul karena daun dan buah habis dimakan ulat
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat.
Hal yang memicu perkembangan ulat grayak.
Pertumbuhan populasi ulat grayak sering dipicu oleh situasi dan kondisi lingkungan, yakni:
1) Cuaca panas. Pada kondisi kering dan suhu tinggi, metabolisme serangga hama meningkat sehingga memper- pend
ek siklus hidup.Akibatnya jumlah telur yang dihasilkan meningkat dan akhirnya mendorong peningkatan populasi.
2) Penanaman tidak serentak dalam satu areal yang luas. Penanaman
tanaman
seperti kedelai yang tidak serentak menyebabkantanaman berada pada fase pertumbuh- an yang berbeda-beda se
hingga makanan ulat grayak selalu tersedia di lapangan.Akibatnya, pertumbuhan populasi hama makin meningkat
kare- na makanan tersedia sepanjang musim.
3) Aplikasi insektisida. Penggunaan insektisida yang kurang tepat baik jenis maupun dosisnya, dapat memati- kan
musuh alamiserta meningkatkan
(Marwoto, suharsono :Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian, Jalan Raya Kendalpayak, KotakPos 66, Malang 65101)
Komponen Pengendalian

Komponen-komponen pengendalian hama yang dapat dipadukan dalam penerapan PHT pada tanaman kedelai adalah:
1) Pengendalian alami dengan mengu- rangi tindakan-tindakan yang dapat merugikan atau mematikan perkembangan
musuh
alami.
Penyemprotan dengan insektisida yang berlebihan, baik dosis maupun frekuensi aplikasi- nya, akan mengancam pop
ulasimusuh alami (parasitoid dan predator).
2)

Pengendalian fisik dan mekanik yang


bertujuan untuk mengurangi populasi hama, mengganggu aktivitas fisiologis hama, sertamengubah lingkungan fisik m
enjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan hama. Pengurang- an populasi hama dapat puladilakukan de
ngan mengambil kelompok telur, membunuh larva dan imago atau men- cabut tanaman yang sakit.

3)

Pengelolaan ekosistem melalui usaha


bercocok tanam yang bertujuan untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuaibagi kehidupan dan pem
biakan hama, serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati. Beberapa teknik bercocoktanam yang
dapat menekan populasi hama meliputi:
a) Penanaman varietas tahan. Pada tahun 2003 telah dilepas satu varietas kedelai yang toleran ter- hadap serangan
ulat grayak yaitu varietas Ijen (Suhartina 2005).
b) Penggunaan benih sehat dan
berdaya tumbuh baik. Benih yang sehat akan tumbuh menjadi tanaman yang sehat pula.Selan- jutnya, tanaman
yang sehat akan mampu mempertahankan diri dari serangan hama dengan kemampuan tumbuh kembali
(recovery) yang lebih cepat.
c) Pergiliran tanaman untuk memu- tus
siklus
hidup
hama.
Pergiliran tanaman dengan menanam ta- naman bukan inang sebelumatau sesudah kedelai ditanam dapat memutus
siklus hama sehingga populasi hama menjadi tertekan.
d) Sanitasi dengan membersihkan sisa-sisa tanaman atau tanaman lain yang dapat menjadi inang hama.
e) Penetapan masa tanam dan pena- naman secara serempak pada satu hamparan
f) Penanaman tanaman perangkap atau penolak hama sehingga hama
lebih
senang
pada
tanaman perangkap dibanding tanamanutama, misalnya menanam jagung pada areal pertanaman kedelai untuk me
narik hama ulat grayak (Marwoto et al. 1991).
4) Penggunaan agens hayati (pengen- dalian biologis). Pengendalian biologis pada dasarnya adalah pemanfaatan da
n
penggunaan
musuh
alami
untuk mengendalikan hama. Musuh alami seperti parasitoid, predator, dan patogen serangga hama merupakan
agenshayati yang dapat digunakan sebagai pengendali ulat grayak (Marwoto 1999). NPV efektif mengendalikan hama ulat grayak (Bejo1997a). Kombinasi NPV dengan azadirachtin (insektisida nabati dari tanaman mi
mba)
lebih
efektif
mengendalikan ulat grayak(Nathan dan Kalaivani 2005, 2006). Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan agens hayat
i berbahan aktif bakteri yang efektif mengendali-kan ulat grayak (Bejo 1997b). Peman- faatan Bt sebagai agens
hayati
untuk
mengendalikan ulat grayak aman terhadap serangga bukansasaran seperti
parasitoid dan predator (Walker et al.2007).
Kombinasi
feromon
seks
dan aplikasi insektisida berdasarkan pe- mantauanmampu mencegah kehilang- an hasil kedelai akibat serangan
ulat grayak hingga 50% (Marwoto 1996).
5) Pestisida nabati untuk mengembalikan populasi hama pada asas keseim- bangannya. Serbuk biji mimba efektif
mengendalikan hamaulat grayak (Susilo et al. 1996).
6) Pestisida kimiawi dapat
digunakan setelah dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan tentang ambang
kendali.

Secara kimia pengendalian ulat grayak dilakukan dengan menyemprotkan insektisida secara berseling, misalnya
dengan Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 1,0 ml per liter air, Hostathion 40 EC dengan dosis 2 cc per liter air atau
Orthene 75 SP 1 gr per liter air. Pestisida yang dipilih harus yang efektif dan telah diizinkan.Pengendalian
dengan insektisida sebaiknya dilakukan pada ulat instar 1 - 3 karena jika sudah instar 4 ulat agak tahan terhadap
insektisida.
http://bp4k.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=77:serangan-ulat-grayakpada-cabe&catid=41:berita&Itemid=59
Diposkan oleh Lutfi Halil di 21.33
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke

Anda mungkin juga menyukai