DISUSUN OLEH
KARDILA
VINDO LESMANA
RISKY SAFITRI
NOORHASANAH
SHOLATI MUZDALIFAH
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
pedaging adalah untuk mendapatkan keuntungan guna mencukupi kebutuhan
hidup dan meningkatkan usahanya.
Analisis usaha peternakan yakni menggambarkan tentang kemampuan
peternak dalam memperoleh keuntungan dari sejumlah modal yang diinvestasikan
dan atas besarnya biaya operasional yang digunakan untuk menunjang usaha
peternakan tersebut. Fungsi dari analisis tersebut untuk menentukan biaya-biaya
produksi dan keuntungan yang diperoleh dari usaha ternaknya. Analisis
profitabilitas yang dilakukan adalah dengan melakukan penghitungan tentang:
keuntungan, Rasio Biaya, biaya tetap, biaya variabel.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Menganalisis besarnya biaya produksi yang digunakan dalam usaha
peternakan ayam pedaging
2. Menganalisis keuntungan yang didapat dari usaha peternakan ayam
pedaging.
3. Menganalisis profitabilitas dari usaha peternakan ayam pedaging.
2
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Biaya Tetap (fixed cost) yang terdiri dari: biaya penyusutan ternak,
penyusutan peralatan, penyusutan kandang dan bunga modal.
2. Biaya Tidak Tetap (variable cost) yang terdiri dari biaya pakan, transportasi,
obat-obatan dan biaya pemeliharaan ayam petelur lainnya.
3. Usaha Peternakan adalah suatu kegiatan usaha dalam meningkatkan manfaat
ternak melalui organisasi operasional.
4. Biaya produksi adalah biaya yang timbul karenadalam proses produksi, yang
dalam satuan rupiah.
5. Penerimaan adalah uang yang diperoleh dari penjualan hasil produksi, yang
dihitung dalam satuan rupiah.
6. Pendapatan adalah penerimaan total dikurangi biaya riil yaitu biaya benar-
benar dibayar oleh petani, dihitung dalam satuan rupiah
.
3
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Pemeliharaan ayam pedaging dimulai dari DOC sampai panen (Pada umur
1 bulan). Pemeliharaan ayam pedaging dengan cara intensif, yakni ayam yang
dipelihara dalam kandang secara terus menerus bertujuan untuk meningkatkan
produktivitasnya.Produktivitas ayam pedaging dapat meningkat bila pemeliharaan
ayam pedaging dilakukan dengan maksimal, yaitu melalui pemberian pakan yang
mengandung kandungan makanan yang dibutuhkan oleh ayam petelur serta
menggunakan manajemen pemeliharaan ayam pedaging yang baik dan sanitasi
dijaga dengan baik.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali yaitu pagi dan sore, dengan jumlah
proporsi yang telah diperkirakan sampai terpenuhi kebutuhan ayam pedaging.
Rata-rata pemberian pakan per ekor per hari adalah 110 – 130 gram. Pemberian
air minum secara adlibitum yakni air selalu tersedia untuk ayam.
4
Table 1. Biaya tetap (fixed cost)
6. Total 462.000
3. Gas 1 Buah
5
5. Tenaga kerja 1 Orang
7. Total 1.286.000
penyediaan bibit ayam petelur. Biaya pembelian pakan yakni sebesar Rp.
935.850.000,-/tahun atau 70,92 % dari total biaya produksi. Proporsi biaya
produksi untuk pembelian pakan masih tergolong pada jumlah yang standar.
Biaya pembelian pakan diminimalkan tetapi kandungan nutrisi yang ada di dalam
kandang mampu memberikan produksi yang berada pada tingkatan standar.
4.3. Penerimaan
6
Besarnya penerimaan berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan
dikalikan dengan harga yang berlaku pada saat penjualan produk.
Penerimaan peternakan meliputi: penerimaan yang berasal dari penjualan
produk dan non produk. Penerimaan produk diantaranya adalah: penjualan
telur utuh, penjualan telur putih, telur bentes dan telur pecah. Penjualan non
produk meliputi: penjualan feses dan karung bekas. Penerimaan bulan Juli
2010 – Juni 2011, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Penjualan Produk dan Non Produk pada bulan Juli 2010-Juni 2015
Penjualan
Persen-
Jumlah Total Harga Harga tase
A. Penjualan Produk
7,244.4
7 41,118,453 5675.84 2.66
1 Telur Utuh
698.7
7 3,171,913 4539.28 0.20
2. Telur Putih
315.0
8 1,503,307 4771.19 0.10
3. Telur Bentes
7
0
8,707.
82 47,238,774 18201.22
Total Telur Terjual
24,590. 1,495,478,
28 878 9721.04 96.60
5. Ayam Afkir
1,542,717,
Total Penjualan 652 6.935,40
Produk
Penjualan Non
B. Produk
4,465,1
1011.954 25 4412.38 0.29
1. Feses
913,
3647.18 889 250.55 0.06
2. Karung Bekas
5,379,
Total Penjualan non 014
Produk
1,548,096,
664 1.00
Total Penjualan
Total telur yang dijual dari peternakan baik telur utuh, telur putih,
telur bentes dan telur pecah adalah sebesar 8,707.82 kg atau sekitar
8
3.697.037 butir yang mampu menghasilkan penerimaan sebesar
Rp.1.548.096.664,-/ tahun. Produk ayam afkir memperoleh penerimaan
dengan persentase sebesar 96,60 %.
4.4. Keuntungan
1 514.715.000
Total Modal
9
2 1,319,570,900
Total Biaya Produksi
3 1,548,096,664
Total Penerimaan
4 1,300,000
Pembayaran Pajak
5 228,525,764
Keuntungan Kotor
6 227,225,764
keuntungan Bersih
10
dengan memberikan gaji sesuai dengan standar gaji yang berlaku
minimal Rp.500.000,-/ bulan, maka keuntungan pada pihak perusahaan
dapat lebih ditingkatkan.
1 14,76
Gross Profit Margin (GPM)
2 85,24
Operating Ratio (OR)
11
3 14,68
Net Profit Margin (NPM)
Gross Profit Margin (GPM) merupakan nilai laba kotor dibagi dengan
penjualan. Nilai GPM sebesar 14,76 %. Nilai itu berarti bahwa
setiap Rp.100.000,-/tahunpenjualan produk mampu menghasilkan laba kotor
sebesar Rp.14.760,-/tahun,-. Keuntungan sebesar Rp.14.760,-/tahun dari setiap
penerimaanRp.100.000,-/tahun merupakan surplus bagi perusahaan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan profit guna mengembangkan usahanya. Nilai
GPM tersebut masih berada di bawah standar rata-rata GPM industri, karena rata-
rata nilai GPM untuk industri adalah sebesar 23,8 %. Nilai GPM yang masih
rendah tersebut dipengaruhi oleh jumlah biaya produksi yang dikeluarkan masih
tergolong tinggi.
b. Operating Ratio (OR)
12
Net Profit Margin (NPM) menjelaskan besarnya keuntungan bersih perusahaan,
yaitu keuntungan setelah pembayaran pajak dibanding dengan penerimaan
perusahaan. Besarnya NPM adalah 14,68 %, sehingga hal ini dapat diartikan
bahwa setiap penjualan/ penerimaan sebesar Rp.100.000,-/tahun maka peternakan
nendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp.14,680,-/tahun. Sabardi (1995)
menyatakan bahwa standar rata-rata NPM perusahaan adalah sebesar 5,7%, Nilai
NPM yang tinggi dapat dimanfaatkan pihak perusahaan dalam hal
mengembangkan usaha lebih besar. Nilai NPM yang rendah tersebut disebabkan
oleh jumlah keuntungan bersih yang didapatkan sangat kecil proporsinya
dibanding dengan penerimaan. Tingginya nilai NPM pada suatu perusahaan harus
tetap dipertahankan agar dapat memberikan tingkatan pendapatan guna
pengembangan usaha perusahaan tersebut. Nilai NPM yang rendah pada suatu
perusahaan perlu diantisipasi agar tidak memberikan dampak buruk bagi jalannya
kegiatan operasional perusahaan.
2. Analisis Profitabilitas dalam Hubungannya dengan Investasi
44,15 %
3,01 kali
12 RentabilitasTurn Over of Assets (TOA)
13
a. Rentabilitas
14
manajemen pemeliharaan ayam petelur, ditunjang dengan sanitasi yang sehat,
pengaturan manajemen biaya operasional yang tepat, yakni dengan
meminimalkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengelola sarana produksi
yang ada guna memperoleh keuntungan yang tinggi/ penanganan hasil produksi
yang mempunyai tujuan untuk memperoleh profit/ keuntungan tinggi
(Prawirokusumo, 1990).
15
BAB V
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Glueck, W.F., dan Jauech, L.R., 1994. Manajemen Strategis dan Kebijaksanaan
perusahaan. Edisi Ketiga Erlangga. Jakarta
Hirt, G.A., dan Block, S.B., 1992. Foundation of Financial Management. Sixth
Edition. Printed in United State of America
Lubis, A.M. dan Parnin, F.B., 2001. Delapan Kiat Mencegah Penurunan
Produksi Telur Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta
17
______, M., 2001. Manajemen Peternakan Ayam Petelur. Penebar Swadaya.
Jakarta
Sadono Sukirno, 2005. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Edisi ketiga. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi, Soeharjo, A. Dillon, J.L. dan Hardeker, J.B., 1994. Prinsip Dasar
Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian (dengan Pokok Bahasan Khusus
Perencanaan Pembangunan Daerah). Rajawali. Jakarta
Sudaryani, T., dan Santosa, H., 2001. Pembibitan Ayam Ras. Penebar
Swadaya.Jakarta
18