Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK POTONG, KERJA DAN KESAYANGAN


KINERJA REPRODUKSI DAN ANALISIS USAHA TERNAK

Disusun oleh:
Fabia Affani
18/428050/PT/07704
Kelompok XXIII

Asisten Pendamping : Prakosa Wirayudha

LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA DAN KESAYANGAN


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Studi kelayakan proyek merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelayakan sebuah proyek. Penilaian dapat berdasarkan hal-hal yang berkaitan
dengan operasional dan berhubungan dengan manfaat dan keuntungan yang
dapat diperoleh. Sudarmo et al. (2018) menyatakan bahwa studi kelayakan proyek
yaitu sebuah kegiatan terstruktur untuk menilai kelayakan sebuah proyek dan juga
untuk menganalisis hal-hal lain yang berkaitan dengan operasional kegiatan
proyek dan untuk memastikan jangkauan manfaat dan keuntungan yang
doidapatkan dari proyek tersebut.
Ternak potong merupakan ternak yang dikembangkan oleh masyarakat
untuk nantinya diambil hasilnya yang berupa daging. Susilorini et al. (2008)
menyatakan bahwa ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk
menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Contoh ternak potong yaitu sapi,
kambing, domba, dan kelinci.
Ternak potong memiliki syarat untuk dapat dikonsumsi yaitu tidak
membahayakan jika dipotong dan dikonsumsi. Rosyidi (2017) menyatakan bahwa
syarat utama ternak potong adalah tidak membahayakan jika dipotong. Untuk
menyatakan hal tersebut perlu pemeriksaan awal sebelum ternak dipotong yang
disebut pemeriksaan ante atau pre-mortem. Pemeriksaan tersebut akan
diputuskan apakah ternak diizinkan dipotong untuk konsumsi masyarakat atau
tidak. Hewan sehat akan diizikan dipotong tanpa syarat apapun. Ternak akan
diizinkan dipotong dengan syarat jika pada pemeriksaan menunjukan adanya
penyakit tertentu, tetapi tidak begitu berbahaya (masih dapat ditanggulangi).
Ternak dapat ditolak untuk dipotong jika ditemui penyakit yang membahayakan.

Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kinerja reproduksi dan analisis usaha ternak adalah
mengetahui kinerja reproduksi ternak dalam suatu peternakan. Tujuan praktikum
kinerja reproduksi dan analisis usaha ternak adalah memahami dan melakukan
analisis usaha ternak suatu peternakan. Tujuan praktikum kinerja reproduksi dan
analisis usaha ternak adalah meninjau kelayakan usaha peternakan.
Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum kinerja reproduksi dan analisis usaha ternak adalah
praktikan dapat mengetahui kinerja reproduksi ternak dalam suatu peternakan.
Manfaat praktikum kinerja reproduksi dan analisis usaha ternak adalah praktikan
dapat memahami dan melakukan analisis usaha ternak. Manfaat praktikum kinerja
reproduksi dan analisis usaha ternak adalah praktikan dapat mengetahui kinerja
dari suatu usaha peternakan dan dapat meninjau kelayakan usaha peternakan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinerja reproduksi adalah gambaran kemampuan ternak dalam


bereproduksi atau menghasilkan keturunan. Panjono et al. (2015) menyatakan
bahwa kinerja reproduksi adalah kemampuan ternak untuk menghasilkan
sejumlah anak dalam kurun waktu tertentu. Budisatria et al. (2019) menyatakan
bahwa kemampuan produktivitas ternak dapat digambarkan dari kinerja
pertumbuhan dan reproduksinya. Kemampuan reproduksi menjadi salah satu
indikator utama produktivitas induk dan menetukan ekonomis tidaknya suatu
usaha ternak, terutama industri ternak. kinerja reproduksi dapat dilihat nilai service
per conception, litter size, interval kelahiran, dan mortalitas.
Interval kelahiran adalah jarak antara kelahiran anak yang satu dengan
kelahiran anak yang lain. Hasibuan dan Mahmilia et al. (2014) menyatakan bahwa
interval kelahiran adalah jarak antara suatu kelahiran dengan kelahiran
selanjutnya. Interval kelahiran umunya dipengaruhi oleh service per conception,
lama bunting, umur sapih, dan kawin pertama setelah melahirkan. Interval
kelahiran yang didapatkan saat praktikum adalah 222 hari untuk domba dengan
S/C 1 dan 240 hari untuk domba dengan S/C 2.
Breeding material merupakan jumlah keturunan yang dapat digunakan
sebagai indukan. Pusparini et al. (2015) menyatakan bahwa breeding material
merupakan bibit yang diduga memiliki mutu genetik yang baik dan didapatkan dari
perkawinan terarah. Breeding material dipergunakan untuk menghasilkan
keturunan yang memiliki mutu tinggi.
Natalitas merupakan jumlah keturunan yang dapat dilahirkan oleh suatu
induk dalam sekali kelahiran. Sudewo et al. (2018) menyatakan bahwa jumlah
anak yang lahir dalam sekali kelahiran penting untuk mempertahankan
produktivitas serta kelangsungan ternak tersebut. Jumlah anak sekelahiran sangat
menentukan terhadap laju peningkatan populasi ternak. Jumlah anak sekelahiran
yang tinggi akan memengaruhi kenaikan populasi. Umumnya jumlah anak
sekelahiran pada kambing adalah 1 sampai 3.
Survival rate merupakan kemampuan ternak untuk bertahan hidup setelah
dilahirkan. Survival rate merupakan lawan dari mortality atau kematian. Putri
(2014) menyatakan bahwa survival rate merupakan perbandingan antara jumlah
individu yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah individu yang hidup
pada awal pemeliharaan. Peluang hidup dalam suatu waktu tertentu yang
dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Hasil jumlah anak yang dapat hidup pada
saat praktikum sebanyak 90% dari jumlah kelahiran. Jumlah anak yang dapat
hidup sebanyak 4219 ekor.
Ternak potong adalah ternak yang dipelihara dengan tujuan dimanfaatkan
dagingnya. Susilorini et al. (2008) menyatakan bahwa ternak potong adalah jenis
ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya.
Jumlah anak yang dapat dipotong berdasarkan praktikum adalah 2700 ekor.
Berat potong adalah berat ternak pada saat dipotong. Jaelani et al. (2014)
menyatakan bahwa berat potong sangat erat kaitannya dengan berat badan akhir,
semakin tinggi berat badan akhir maka semakin tinggi pula berat potong yang
didapat. Berat potong rata rata berdasarkan praktikum adalah 23,45 kg.
Meat Bone Ratio merupakan angkayang menunjukkan proporsi daging
terhadap tulang. Alvarez (2013) menyatakan bahwa Meat Bone Ratio adalah
perbandingan antara massa daging dengan tulang pada sebuah karkas hewan.
Fungsi perhitungan Meat Bone Ratio adalah untuk mengetahui berat daging yang
dihasilkan oleh optimalisasi kecernaan pakan yang dikonsumsi selama masa
pemeliharaan. Hasil jumlah daging yang dihasilkan selama pemeliharaan pada
saat praktikum yaitu sebanyak 32.290,65 kg. Karkas yang dihasilkan pada saat
praktikum sebanyak 63.315 kg. Meat bone ratio yang didapatkan pada saat
praktikum sebesar 4:1.
Pakan adalah bahan yang dapat dimakan ternak dan tidak menimbulkan
keracunan untuk ternak. Subekti (2009) menyatakan bahwa pakan adalah bahan
yang dapat dimakan, dicerna, dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian
dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya. Jumlah kali makan untuk induk dengan S/C 1 adalah 264504
kali, induk dengan S/C 2 adalah 374886 kali, anak periode grower 580500 kali,
anak periode finisher 243000 kali, anak yang dapat dipotong 823500 kali, anak
yang tidak dapat dipotong 114971,4 kali, dan pejantan 21900 kali.
Input adalah total biaya yang digunakan untuk melakukan pemeliharaan.
Input dapat berupa biaya pembelian bibit, biaya pakan, biaya peralatan kandang,
dan lain lain. Siregar (2014) menyatakan bahwa input merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan selama pemeliharaan. Biaya ini dapat berupa biaya
bibit, biaya pakan, biaya peralatan kandang, dan lain lain. Jumlah input yang
dikeluarkan dalam pemeliharaan berdasarkan praktikum adalah Rp
2.298.339.674,00 untuk biaya konsentrat, dan Rp 216.417.000,00 untuk biaya
pakan hijauan.
Output adalah total hasil yang didapatkan setelah melakukan
pemeliharaan. Output dapat berupa hasil penjualan daging, hasil penjualan feses,
dan hasil penjualan urin. Triyanto (2006) menyatakan bahwa output adalah hasil
produksi. Output merupakan hasil kombinasi berbagai faktor produksi secara
bersama sama, sehingga faktor produksi tersebut harus dikombinasikan secara
tepat sehingga tercapai efisiensi yang baik. Hasil yang didapatkan dapat berupa
hasil penjualan daging dan hasil penjualan limbah atau hasil samping. Jumlah
output yang didapatkan dari pemeliharaan adalah Rp 2. 583.252.000,00 dari hasil
penjualan daging, dan Rp 2. 783.222.175 dari hasil penjualan feses.
Input yang digunakan dalam proyek ini adalah sebesar Rp.
2.514.756.674,4 dan output yang didapatkan adalah Rp 2.783.222.175.
Berdasarkan input yang telah digunakan dan output yang didapatkan, didapatkan
keuntungan sebesar Rp 268.475.501 selama pemeliharaan. Keuntungan yang
didapatkan setiap bulannya dapat diketahui dengan membagi keuntungan
tersebut dengan lama proyek, yaitu sebesar Rp 3.728.687,51 per bulan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
kinerja reproduksi ternak dapat diukur menggunakan parameter interval kelahiran,
breeding material, jumlah anak yang dilahirkan, jumlah anak yang dapat hidup,
dan jumlah anak yang dapat dipotong. Analisis usaha ternak dapat dilakukan
dengan menganalisis keuntungan atau kerugian selama pemeliharaan. Analisis
untung rugi dilakukan dengan mengurangi biaya input yang digunakan dengan
hasil output yang didapatkan, sehingga didapatkan keuntungan peternakan
domba adalah Rp 3.728.687,51 setiap bulan. Usaha peternakan tersebut masih
kurang layak dijalankan, karena dengan keuntungan Rp 3.728.687,51 masih
terhitung kecil dan belum cukup untuk biaya input lain seperti biaya pembelian
bibit, tenaga kerja, dan listrik.

Saran
Praktikum kinerja reproduksi dan analisis usaha ternak sudah berjalan
dengan baik. Saran dapat digunakan untuk memperbaiki kegiatan praktikum.
Saran untuk praktikum kinerja reproduksi dan analisis usaha ternak adalah
penggunaan ruang kelas dipastikan semua alat yang akan digunakan dapat
digunakan dengan baik, sehingga tidak perlu berpindah ruang.
DAFTAR PUSTAKA

Alvarez, J. M., Iglesias, R. R., Vinent, J. G., Giorgetti, H., Rodríguez, G., & Baselga,
M. (2013). Introduction of sheep meat breeds in extensive systems: Lamb
carcass characteristics. Small Ruminant Research, 109(1), 9-14.
Budisatria, I. G. S., Panjono, D. Maharani, dan A. Ibrahim. 2019. Kambing
Peranakan Etawah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hasibuan, M.S. and Mahmilia, F., 2014. Mortalitas Prasapih Kambing Kacang dan
Boerka di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
JITV, 19(3).
Jaelani, A., A. Gunawan, dan S. Syaifullah. 2014. Pengaruh penambahan probiotik
starbio dalam ransum terhadap bobot potong, persentase karkas, dan
persentase lemak abdominal ayam broiler. Jurnal ZIRAA’AH. 39(2): 85-94.
Kartadisastra. 2003. Ternak Kelinci : Teknologi Pasca Panen. Kanisius.
Yogyakarta.
Panjono, E. Baliarti, N. Ngadiyono, I. G. S. Budisatria, T. S. M. Widi, dan M. D. E.
Yulianto. 2015. Ilmu Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan. UGM Press.
Yogyakarta.
Pusparini, A., H. Indrijani, dan S. Nurachma. 2015. Seleksi awal performa calon
bibit domba garut jantan dan betina di UPTD BPPTD Margawati Garut.
Jurnal Unpad. 4(4):22-36.
Putri, S. A. 2014. Pemanfaatan Bakteri Heterotrof Terhadap SR (Survival Rate)
dan Laju Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Sistem
Tanpa Pergantian Air. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Rosyidi, D. 2017. Rumah Potong Hewan dan Teknik Pemotongan Ternak Secara
Islami. UB Press. Malang.
Siregar, A. R., S. N. Sirajuddin, dan M. Ranggadatu. 2014. Hubungan antara skala
usaha dan pendapatan pada peternak ayam pedaging yang melakukan
kemitraan di kabupaten Maros. JITP. 3(3) 166-170.
Subekti, E. 2009. Ketahanan Pangan ternak Indonesia.MEDIAGRO. 5(2): 63-71.
Sudarmo, B. S., A. D. Putranto, A. Soekirno, dan E. F. Bena. 2018. Dasar
Kelayakan Proyek Arsitektur dan Ekonomi Bangunan. UB Press. Malang.
Sudewo, A.A., Santosa, S.A. and Susanto, A., 2012. Produktivitas kambing
Peranakan Etawah berdasarkan litter size, tipe kelahiran dan mortalitas di
village breeding centre Kabupaten Banyumas. Prosiding, 3(1).
Susilorini, T. E., M. E. Sawitri, dan Muharlien. 2008. Budi Daya 22 Ternak
Potensial. Penebar Swadaya. Depok.
Triyanto, J. 2009. Analisis produksi padi di Jawa Tengah. Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai